Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KARAKTERISTIK CRISPY COOKIES KAYA SERAT BERBAHAN DASAR RUMPUT LAUT Diny Agustini Sandrasari; Ana Cholifatul Chusna
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal of Food Technology and Health) Vol 2, No 2 (2020): November
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v2i2.525

Abstract

ABSTRAK: Rumput laut merupakan salah satu komoditas laut yang berpotensi sebagai sumber serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi rumput laut terhadap kualitas cookies crispy berserat tinggi. Jenis rumput laut yang digunakan adalah Porphyra sp, Eucheuma cottonii dan Gracilaria sp sedangkan konsentrasi rumput laut ditambahkan 50%, 75%, dan 100%. Parameter untuk menentukan kualitas cookies crispy berserat tinggi adalah uji kerenyahan; kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat, serat kasar air aktivitas dan uji sensori yang meliputi rasa, warna dan aroma. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis rumput laut Eucheuma cottonii dengan konsentrasi 100% merupakan jenis rumput laut yang menghasilkan mutu terbaik crispy cookies dengan kriteria kerenyahan adalah 8,66 gf, kadar air 3,47%, kadar abu 2,28%, kadar lemak 20,20%, kadar protein 12,08%, karbohidrat 65,61%, serat kasar 6,29% dan aktivitas air 0,40 serta rasa yang disukai. ABSTRACT: Seaweed is one of the marine commodities that has the potential as a source of fiber. This study aims to determine the effect of type and concentration of seaweed on the quality of high-fiber crispy cookies. The types of seaweed used were Porphyra sp, Eucheuma cottonii and Gracilaria sp, while the concentration of seaweed was added at 50%, 75%, and 100%. Parameters to determine the quality of high fiber crispy cookies are hardness test; water content, ash, fat, protein, carbohydrate, crude fiber water activity and sensory tests which include taste, color and aroma. The results of this study indicate that the type of seaweed Eucheuma cottonii with a concentration of 100% is the type of seaweed that produces the best quality crispy cookies with the criteria of crispness being 8.66 gf, water content 3.47%, ash content 2.28%, fat content 20 .20%, 12.08% protein content, 65.61% carbohydrates, 6.29% crude fiber and 0.40 water activity and the preferred taste.
MUTU MINUMAN SARI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRASI SARI MARKISA UNGU DAN CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC) YANG BERBEDA Susi; Farida Zaenur Yani; Batubara, Siti Chairiyah; Diny Agustini Sandrasari; Listijono Setyo Pratignjo
Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (The Journal of Food Technology and Health) Vol 6 No 2 (2024): Jurnal Teknologi Pangan dan Kesehatan (Journal Of Food Technology And Health), No
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/jtepakes.v6i2.2814

Abstract

Minuman sari tempe merupakan minuman fungsional yang terbuat dari bahan utama tempe, yang memiliki komposisi gizi yang baik untuk tubuh. Minuman sari tempe memiliki kekurangan yaitu memiliki aroma langu khas tempe dan tidak stabil selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi sari markisa ungu dan CMC terhadap mutu minuman sari tempe. Ditinjau dari uji total padatan terlarut, stabilitas, pH, kadar protein, kadar lemak, dan mutu organoleptik. Uji penunjang meliputi aktivitas antioksidan, cemaran logam (Pb, Hg, As), Angka Lempeng Total (ALT), dan E.coli. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan dua faktor yaitu konsentrasi sari markisa ungu (10%, 15%, dan 20%) dan CMC (0,10%, 0,15%, 0,20%, 0,25%) dengan dua kali ulangan. Hasil analisis ANAVA berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai stabilitas, protein, lemak, kesukaan (warna, aroma, rasa dan kekentalan), namun tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap total padatan terlarut, pH, dan mutu (warna, aroma, rasa, dan kekentalan). Mutu terbaik dihasilkan pada minuman sari tempe dengan sari markisa ungu 20% dan CMC 0,15% dengan hasil akhir nilai total padatan terlarut 9,37°brix, stabilitas 76,00%, pH 4,02, protein 0,29%, dan lemak 0,51%. Kesukaan pada atribut warna 5,00 (suka), aroma 5,13 (suka), rasa 5,00 (suka), dan kekentalan 4,87 (agak suka-suka), sedangkan mutu pada atribut warna 5,15 (kuning), aroma 5,00 (tidak langu), rasa 5,02 (asam), dan kekentalan 3,71 (agak kental). Hasil uji penunjang aktivitas antioksidan 50,68 ppm, cemaran logam negatif atau tidak terdapat logam berat Pb, Hg, As pada produk, cemaran mikroba E.coli 0 MPN/ml dan angka lempeng total 0 koloni/ml. Kata kunci : aroma langu, sari tempe, stabilitas
PELATIHAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) BAGI PELAKU USAHA OLAHAN IKAN DI KAWASAN PANTAI CARITA, BANTEN Diny Agustini Sandrasari; Ratnasari, Lisa; Setyawati, Ekaterina; Sabariman, Mohammad
Jurnal Pengabdian Masyarakat Ekonomi dan Bisnis Digital Vol. 2 No. 3 (2025): September
Publisher : Yayasan Nuraini Ibrahim Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70248/jpmebd.v2i3.3042

Abstract

Produk ikan dan olahannya merupakan salah satu komoditas unggulan di kawasan pesisir Pantai Carita, Banten. Namun, pengolahan ikan di daerah ini umumnya dilakukan secara tradisional tanpa memperhatikan aspek sanitasi dan keamanan pangan. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk memberikan pelatihan dan meningkatkan pengetahuan bagi pelaku usaha terhadap prinsip Good Manufacturing Practices (GMP) melalui pelatihan partisipatif. Sasaran kegiatan ini adalah pelaku usaha olahan ikan yang berada di Kawasan Pantai Carita banten. Metode yang digunakan meliputi penyuluhan dan pelatihan GMP serta evaluasi melalui pre- dan post-test. Hasil kegiatan Pengabdian Masyarakat ini adalah (1) Respon peserta selama mengikuti pelatihan sangat baik, (2) antusias peserta sangat tinggi, (3) meningkatnya pengetahuan peserta terhadap prinsip-prinsip GMP yang dilihat dari hasil evaluasi sebesar 90.5% peserta menjawab pertanyaa dengan benar. Kegiatan ini membuktikan bahwa pelatihan yang terarah dan aplikatif dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan pangan dalam usaha mikro dan kecil. Pelatihan ini juga memicu inisiatif perubahan praktik produksi yang lebih higienis di tingkat pelaku usaha.