Ernowo Ernowo
Center for Geological Resources, Geological Agency, Bandung

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Some Key Features and Possible Origin of the Metamorphic Rock-Hosted Gold Mineralization in Buru Island, Indonesia Idrus, Arifudin; Prihatmoko, Sukmandaru; Hartono, Hill. Gendoet; Idrus, Fadlin; Ernowo, Ernowo; Franklin, Franklin; Moetamar, Moetamar; Setiawan, Iwan
Indonesian Journal on Geoscience Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Geological Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (998.411 KB) | DOI: 10.17014/ijog.v1i1.172

Abstract

DOI: 10.17014/ijog.v1i1.172This paper discusses characteristics of some key features of the primary Buru gold deposit as a tool for a better understanding of the deposit genesis. Currently, about 105,000 artisanal and small-scale gold miners (ASGM) are operating in two main localities, i.e. Gogorea and Gunung Botak by digging pits/shafts following gold-bearing quartz vein orientation. The gold extraction uses mercury (amalgamation) and cyanide processing. The field study identifies two types/generations of quartz veins namely (1) Early quartz veins which are segmented, sigmoidal, dis­continous, and parallel to the foliation of host rock. The quartz vein is lack of sulfides, weak mineralized, crystalline, relatively clear, and maybe poor in gold, and (2) Quartz veins occurred within a ‘mineralized zone’ of about 100 m in width and ~1,000 m in length. The gold mineralization is strongly overprinted by an argillic alteration zone. The mineralization-alteration zone is probably parallel to the mica schist foliation and strongly controlled by N-S or NE-SW-trending structures. The gold-bearing quartz veins are characterized by banded texture particularly colloform following host rock foliation and sulphide banding, brecciated, and rare bladed-like texture. The alteration types consist of propylitic (chlorite, calcite, sericite), argillic, and carbonation represented by graphite banding and carbon flakes. The ore mineralization is characterized by pyrite, native gold, pyrrhotite, and arsenopyrite. Cinnabar, stibnite, chalcopyrite, galena, and sphalerite are rare or maybe absent. In general, sulphide minerals are rare (<3%). Fifteen rock samples were collected in Wamsaid area for geochemical assaying for Au, Ag, As, Sb, Hg, Cu, Pb, and Zn. Eleven of fifteen samples yielded more than 1.00 g/t Au, in which six of them are in excess of 3.00 g/t Au. It can be noted that all high-grade samples are originally or containing limonitic materials, that suggest the role of supergene enrichment. Interestingly, most of the high-grade samples contain also high grade As (up to 991ppm), Sb (up to 885 ppm), and Hg (up to 75 ppm). Fluid inclusions in both quartz vein types consist of four phases including L-rich, V-rich, L-V-rich, and L1-L2-V (CO2)-rich phases. Mineralizing hydrothermal fluid is typified by CO2-rich fluid, moderate temperature of 300 - 400 ºC and a typical low salinity (0.36 to 0.54 wt.% NaCl eq). Based on those key features, gold mineraliza­tion in Buru Island meets the characteristics of LS epithermal or orogenic gold deposit types; however, it tends to be fitter with orogenic gold deposit rather than another type.  
ASPEK GEOLOGI DIDALAM PENYUSUNAN WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM Ernowo, Ernowo; Pardiarto, Bambang
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 6, No 2 (2011): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9339.767 KB)

Abstract

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengamanatkan kepada pemerintah untuk menetapkan Wilayah Pertambangan (WP) sebagai bagian dari Tata Ruang Nasional. Wilayah yang bisa diterbitkan perijinannya ditetapkan oleh pemerintah terlebih dahulu berupa WUP untuk kemudian dilakukan pelelangan kepada para pelaku usaha pertambangan dalam bentuk Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). Beberapa kriteria Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) mineral logam yang berkaitan dengan geologi  sebagaimana ditetapkan didalam Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan adalah memiliki formasi batuan pembawa mineral logam, memiliki singkapan geologi untuk mineral logam, memiliki potensi sumber daya mineral dan memiliki satu atau lebih jenis mineral termasuk mineral ikutannya. Penyusunan WUP tidak bisa dipisahkan dengan Wilayah Pencadangan Negara (WPN) dimana memiliki kesamaan didalamkriteria-kriteria geologi. Penerapan konsep geologi dan keterdapatan mineral sangat diperlukan didalam penyusunan WUP/WPN dimana disusun berdasar data yang sifatnya masih umum (regional) berupa litologi, stratigrafi dan struktur geologi.  Keterkaitan WIUP yang akan dilelang dengan tahapan kegiataneksplorasi tergantung dari tingkat penyelidikan didalam penyediaan data tersebut.
Geologi Dan Mineralisasi Daerah Satoko Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat Ernowo, Ernowo; Widhi, Bambang Nugroho; Moetamar, Moetamar
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 7, No 1 (2012): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6584.392 KB)

Abstract

Batuan pembawa mineralisasi daerah Satoko berupa syenodiorit yang telah mengalami ubahan argilik dengan komposisi didominasi monmorilonit dan haloisit dengan sedikit nontronit. Luas daerah mineralisasi sekitar 0.49 km, dalam bentuk urat-urat kuarsa yang teramati pada beberapa sumur uji. Urat kuarsa berwarna putih susu dengan struktur banded, vuggy dan dog teeth terisi pirit sangat halus, oksida besi, hematit dan limonit. Ketebalan urat kuarsa bervariasi antara 2 – 4 cm dan membentuk zona urat mencapai lebar 40 cm. Analisis kimia dari conto urat kuarsa menunjukkan nilai tertinggi kandungan unsur logam 6.326 ppm Au, 40 ppm Cu, 5.526 ppm Pb, 379 ppm Zn, 5 ppmAg, 4.65% Fe, 35 ppmAs, 8 ppm Mo dan 7 ppm Sb. Korelasi yang erat ditunjukkan oleh kemunculan Cu, Pb dan Zn dengan nilai koefisien diatas 0,8, sedangkan Au menunjukkan korelasi negatif dengan unsur-unsur lain. Analisis inklusi fluida mengindikasikan mineralisasi terjadi pada kisaran temperatur antara 220°-300°C dan kedalaman 291,53 – 863,16 m Kisaran temperatur tersebut merupakan lingkungan tipe mineralisasi epitermal.
REVIEW OFCHROMITE DEPOSITS OF INDONESIA Ernowo, Ernowo; Oktaviani, Penny
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 5, No 1 (2010): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN POTENSI MINERALISASI LOGAM DASAR DI DAERAH TAKENGON, NANGROE ACEH DARUSSALAM Ernowo, Ernowo
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 5, No 3 (2010): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil kegiatan eksplorasi yang dilaksanakan instansi pemerintah maupun perusahaan swasta dengan berbagai metode dan pendekatan konsep telah banyak menghasilkan basis data geologi, geofisika, geokimia dan keterdapatan sumberdaya geologi diantaranya mineral logam dasar. Penelitian ini untuk mengelola dan bertujuan menganalisis hubungan spasial dari basis data yang ada menggunakan sistem informasi geografis. Daerah Takengon dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan keterdapatan data yang cukup meliputi geologi, geofisika, geokimia dan beberapa titik keterdapatan mineral logam dasar. Rasio frekuensi keseluruhan faktor yang berkaitan dengan mineral logam dasar dihitung dengan menggunakan pendekatan empiris dan diintegrasikan untuk menyusun peta indeks potensi mineral. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan potensi yang tinggi pula akan keterdapatan mineral logam dasar. Akurasi peta prediksi ini mencapai 94,85%. Peta ini bisa dipakai untuk membantu menentukan daerah target eksplorasi di lapangan.
GEOKIMIA BIJIH DAN KONSENTRAT DARI CEBAKAN TEMBAGA-EMAS PORFIRI GRASBERG, TEMBAGAPURA ernowo, Ernowo; Pardiarto, Bambang; Sunuhadi, Dwi Nugroho
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 14, No 1 (2019): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1462.686 KB)

Abstract

Cebakan porfiri merupakan salah satu tipe cebakan hidrotermal yang proses pembentukannya berkaitan dengan intrusi porfiritik dengan kontrol struktur geologi yang dominan. Mineralisasi utama terjadi pada zona ubahan potasik berupa mineral-mineral sulfida yang terendapkan secara tersebar atau dalam urat-urat stockwork dan breksi hidrotermal dengan Cu sebagai kandungan logam paling dominan. Selain Cu, Au, Mo dan Ag yang sudah umum diekstrak, cebakan tipe porfiri juga mengandung unsur-unsur ikutan yang dapat bernilai ekonomis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur logam dalam bijih dan konsentrat bijih dari cebakan porfiri Cu-Au Grasberg dengan tujuan mengetahui jenis unsur-unsur ikutan lainnya yang berpeluang untuk dimanfaatkan karena bernilai ekonomis.Metode analisis kimia AAS, ICP-OES, XRF, kolorimetri, spektrofotometri, turbidimetri, volumetri dilakukan terhadap 12 conto bijih terdiri dari masing-masing 3 conto dari jenis bijih MGO, HGO, SGO dan CLO, 11 conto konsentrat serta 1 conto tailing. Spektrofotometri UV-Vis dilakukan terhadap 2 conto konsentrat untuk mengetahui kandungan U dan Th.Kadar Cu, Au dan Ag terkait dengan kandungan mineral-mineral sulfida di dalam bijih dan sudah terbukti ekonomis. Kadar Te dan Se di dalam bijih masing-masing 2,7 ppm dan 6,4 ppm. Di dalam konsentrat bijih, kadar kedua unsur tersebut meningkat menjadi 16 ppm Te dan 174 ppm Se. Data peneliti lain menunjukkan kandungan platinum group elements (PGE) yaitu Pd dan Pt di dalam konsentrat bijih masing-masing 1700 ppb dan 650 ppb. Data tersebut menunjukkan unsur-unsur ikutan Te, Se, Pt dan Pd dari cebakan porfiri Cu-Au Grasberg bisa diambil dari lumpur anoda sebagai produk ikutan dari proses pemurnian bijih tembaga.
GEOKIMIA BIJIH DAN KONSENTRAT DARI CEBAKAN TEMBAGA-EMAS PORFIRI GRASBERG, TEMBAGAPURA ernowo, Ernowo; Pardiarto, Bambang; Sunuhadi, Dwi Nugroho
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 14 No. 1 (2019): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1462.686 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v14i1.243

Abstract

Cebakan porfiri merupakan salah satu tipe cebakan hidrotermal yang proses pembentukannya berkaitan dengan intrusi porfiritik dengan kontrol struktur geologi yang dominan. Mineralisasi utama terjadi pada zona ubahan potasik berupa mineral-mineral sulfida yang terendapkan secara tersebar atau dalam urat-urat stockwork dan breksi hidrotermal dengan Cu sebagai kandungan logam paling dominan. Selain Cu, Au, Mo dan Ag yang sudah umum diekstrak, cebakan tipe porfiri juga mengandung unsur-unsur ikutan yang dapat bernilai ekonomis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur logam dalam bijih dan konsentrat bijih dari cebakan porfiri Cu-Au Grasberg dengan tujuan mengetahui jenis unsur-unsur ikutan lainnya yang berpeluang untuk dimanfaatkan karena bernilai ekonomis.Metode analisis kimia AAS, ICP-OES, XRF, kolorimetri, spektrofotometri, turbidimetri, volumetri dilakukan terhadap 12 conto bijih terdiri dari masing-masing 3 conto dari jenis bijih MGO, HGO, SGO dan CLO, 11 conto konsentrat serta 1 conto tailing. Spektrofotometri UV-Vis dilakukan terhadap 2 conto konsentrat untuk mengetahui kandungan U dan Th.Kadar Cu, Au dan Ag terkait dengan kandungan mineral-mineral sulfida di dalam bijih dan sudah terbukti ekonomis. Kadar Te dan Se di dalam bijih masing-masing 2,7 ppm dan 6,4 ppm. Di dalam konsentrat bijih, kadar kedua unsur tersebut meningkat menjadi 16 ppm Te dan 174 ppm Se. Data peneliti lain menunjukkan kandungan platinum group elements (PGE) yaitu Pd dan Pt di dalam konsentrat bijih masing-masing 1700 ppb dan 650 ppb. Data tersebut menunjukkan unsur-unsur ikutan Te, Se, Pt dan Pd dari cebakan porfiri Cu-Au Grasberg bisa diambil dari lumpur anoda sebagai produk ikutan dari proses pemurnian bijih tembaga.
ANALYSIS OF GRAIN SIZE AND MINERALOGY OF HEAVY MINERAL GRAINS IN PALANGKA RAYA AREA, CENTRAL KALIMANTAN PROVINCE Nurzakiyah, Halimah; Rosana, Mega Fatimah; Sunarie, Cecep Yandri; Ernowo, Ernowo
Journal of Geological Sciences and Applied Geology Vol 8, No 2 (2025): Journal of Geological Sciences and Applied Geology
Publisher : Faculty of Geological Engineering, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/gsag.v8i2.58052

Abstract

The Palangka Raya area is situated on the island of Borneo, specifically within the Central Kalimantan province. The study area is composed of a lithological sequence comprising fine-coarse quartz sandstone and cross-layered conglomerate, with components in the form of malleable and granitic rocks from the Dahor Formation (TQd) and alluvium deposits. This sequence has the potential for heavy mineral deposits associated with sedimentary sands. This study aimed to calculate and identify grain size and heavy mineral content distribution within the investigated area. The research was conducted using a combination of grain size analysis and grain mineralogy analysis on six mesh numbers. The results of the grain size analysis indicate that the majority of samples exhibit grain sizes within the mesh numbers -10+18 and -60+140. The results of the grain mineralogy analysis revealed the presence of heavy minerals, including cassiterite, hematite, biotite, chalcopyrite, zircon, rutile, ilmenite, garnet, amphibole, and staurolite. Heavy mineral variations were observed on mesh numbers -60+140 and <140. These minerals are believed to have originated from metamorphic rocks, S-type granitic rocks, and I-type granitic rocks.
MINERALOGY AND SEDIMENT DISTRIBUTION BASED ON GRAIN SIZE ANALYSIS IN THE KAPUAS AREA, CENTRAL KALIMANTAN Diwantara, Raja Hertansyah; Rosana, Mega Fatimah; Sunarie, Cecep Yandri; Ernowo, Ernowo
Journal of Geological Sciences and Applied Geology Vol 8, No 2 (2025): Journal of Geological Sciences and Applied Geology
Publisher : Faculty of Geological Engineering, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/gsag.v8i2.58054

Abstract

The Kapuas region in Central Kalimantan exhibits intriguing geological potential due to the presence of a large river and sediment flows closely associated with fluvial activity. This study aims to identify the distribution of sediment grain sizes and the presence of heavy minerals in the study area. Sediment sampling locations were identified at four points using shallow drilling techniques, specifically with a hand auger. The research methods employed include grain size analysis (granulometry) and grain counting analysis using polarized microscopy. The results indicate that the grain sizes in the study area range from coarse to fine sand. The sediment transport mechanism occurs as bedload for coarse-sized sediments and in suspension for fine-sized sediments. The mineralogical composition of sediments in the study area contains heavy minerals such as rutile, ilmenite, cassiterite, biotite, hematite, zircon, and chalcopyrite. The varied mineral content reflects a source material origin from acidic to intermediate igneous rocks and metamorphic rocks. This indicates a complex and dynamic geological history in the region.
Geologi Dan Mineralisasi Daerah Satoko Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat Ernowo, Ernowo; Widhi, Bambang Nugroho; Moe'tamar, Moe'tamar
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 7 No 1 (2012): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v7i1.93

Abstract

Batuan pembawa mineralisasi daerah Satoko berupa syenodiorit yang telah mengalami ubahan argilik dengan komposisi didominasi monmorilonit dan haloisit dengan sedikit nontronit. Luas daerah mineralisasi sekitar 0.49 km2, dalam bentuk urat-urat kuarsa yang teramati pada beberapa sumur uji. Urat kuarsa berwarna putih susu dengan struktur banded, vuggy dan dog teeth terisi pirit sangat halus, oksida besi, hematit dan limonit. Ketebalan urat kuarsa bervariasi antara 2 – 4 cm dan membentuk zona urat mencapai lebar 40 cm. Analisis kimia dari conto urat kuarsa menunjukkan nilai tertinggi kandungan unsur logam 6.326 ppm Au, 40 ppm Cu, 5.526 ppm Pb, 379 ppm Zn, 5 ppmAg, 4.65% Fe, 35 ppmAs, 8 ppm Mo dan 7 ppm Sb. Korelasi yang erat ditunjukkan oleh kemunculan Cu, Pb dan Zn dengan nilai koefisien diatas 0,8, sedangkan Au menunjukkan korelasi negatif dengan unsur-unsur lain. Analisis inklusi fluida mengindikasikan mineralisasi terjadi pada kisaran temperatur antara 220°-300°C dan kedalaman 291,53 – 863,16 m Kisaran temperatur tersebut merupakan lingkungan tipe mineralisasi epitermal.