Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PELATIHAN PENGGALIAN SUMBER DAYA LOKAL MENUJU DESA ADAT SENDURO DI KABUPATEN LUMAJANG Azizah Alie; Yelly Elanda; Umar Sholahudin; Abdus Sair
Sawala : Jurnal pengabdian Masyarakat Pembangunan Sosial, Desa dan Masyarakat Vol 3, No 1 (2022): Sawala : Jurnal pengabdian Masyarakat Pembangunan Sosial, Desa dan Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sawala.v3i1.37246

Abstract

Salah satu hambatan untuk membentuk desa adat adalah tidak adanya pendampingan kepada masyarakat sehingga masyarakat kesulitan memenuhi persyaratan yang harus diajukan untuk mengubah status desa menjadi desa adat. Desa adat merupakan daerah otonom yang memiliki nilai-nilai asli yang dianut oleh masyarakat setempat dan bercorak sosial religius. Oleh karena itu penting kiranya mengulik kembali nilai-nilai asli dan corak sosial religius masyarakat Senduro sebagai modal menuju desat adat melalui pelatihan penggalian sumber daya lokal.  Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah mengidentifikasi sumber daya local yang dimiliki oleh desa Senduro, meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat desa melalui pelatihan, melibatkan masyarakat dalam proses pembentukan desa adat melalui pemberdayaan. Metode yang digunakan dalam proses pemberdayaan masyarakat ini dengan menggunakan pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal). Dengan menggunakan metode ini maka masyarakat terlibat secara langsung dalam proses penggalian sumber daya lokal yang dimiliki oleh desa. Identifikasi awal dari kegiatan pelatihan, tim penggali sumber daya lokal desa yang terdiri dari karang taruna, tokoh masyarakat dan pemerintah desa antusias dan mampu menangkap materi pelatihan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari proses diskusi dan tanya jawab antara peserta dan fasilitator. Hasil kegiatan pelatihan ini secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil karena tim yang terlibat dalam penggalian sumber daya local mampu mengidentifikasi, menarasikan hasil temuannya dalam bentuk tulisan atau catatan.
Feminisasi Kemiskinan dan Daya Lenting Ibu Rumah Tangga di Kota Surabaya Azizah Alie; Yelly Elanda
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v6i2p198-215

Abstract

Artikel ini membahas kemiskinan struktural pada wanita di kota Surabaya sebab tidak membagikan peluang yang serupa untuk wanita buat memperoleh akses pangkal energi. Ibu rumah tangga pada keluarga miskin seakan terencana dimiskinkan tetapi mereka memiliki energi lenting yang dapat membuat keluarganya bertahan di tengah situasi yang serba kekurangan. Riset ini memakai metode kualitatif dengan pendekatan naratif buat mendefinisikan cara pemiskinan ibu rumah tangga pada keluarga miskin di kota Surabaya serta untuk mengambarkan daya lenting ibu rumah tangga pada keluarga miskin supaya mereka sanggup bertahan hidup. Hasil riset ini membuktikan kalau bunda rumah tangga pada keluarga miskin kota Surabaya hadapi feminisasi kekurangan. Bunda rumah tangga keluarga miskin mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang terbatas. Mereka tidak diberi peluang buat mengakses pangkal energi di luar yang bisa tingkatkan kapasitasnya. Mereka hadapi bobot dobel dimana mereka tidak bisa meninggalkan profesi domestiknya. Guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya serta menghadapi situasi yang krisis, ibu rumah tangga pada keluarga miskin memiliki daya lenting antara lain merupakan berdagang di depan rumahnya, menghemat pengeluaran, menjual atau menggadaikan benda, mengikuti arisan, serta meminjam uang pada orang sebelah atau kerabat atau perbankan. This study discusses structural poverty among women in the city of Surabaya because it does not provide equal opportunities for women to get access to resources. Housewives in poor families seem to be deliberately impoverished but they have resilience that can make their families survive in the midst of deprived conditions. This study uses a qualitative method with a narrative approach to describe the process of impoverishment of housewives in poor families in the city of Surabaya and to describe the resilience of housewives to poor families so that they are able to survive. The results of this study indicate that housewives in poor families in the city of Surabaya experience the feminization of poverty. Housewives of poor families have low human resources. They are not given the opportunity to access outside resources that can increase their capacity. They experience a double burden where they are not allowed to leave their domestic work. To meet the needs of their families and face a crisis situation, housewives in poor families have resilience, including selling in front of their homes, saving expenses, selling/pawning goods, participating in social gatherings, and borrowing money from neighbors/relatives/banks
STRATEGI MASYARAKAT NELAYAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SUBSISTENNYA DI DESA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN GRESIK Yelly Elanda; Azizah Alie
Journal of Urban Sociology Volume 3 No 2 Tahun 2020
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/jus.v3i2.1234

Abstract

This article will talk about the subsistence crisis and the strategies undertaken by the fishing community of Dalegan Village to get out of the subsistence zone. The results of previous research have explained the occurrence of socio-economic changes in the Dalegan village community due to the opening of white sand beach tourism. However, that study has not specifically examined the condition of the Dalegan village fishing community. This article attempts to describe the subsistence conditions experienced by fishermen and how the fishermen's strategies are to meet their subsistence needs. This study uses a qualitative method with a narrative approach through interviews with fishermen in Dalegan Village. The results showed that the fishing community experienced an economic increase due to the opening of the white sand tourism village of Dalegan. However, the fishing community is still experiencing a subsistence crisis. The difficult conditions faced by fishermen are unfavorable natural conditions, insufficient capital, low human resources and inadequate technology. The strategy undertaken by fishermen to get out of the subsistence zone is by borrowing money from cooperatives; asking for help from neighbors, relatives and bosses; children and wives also work and fishermen switch to work in other sectors.Keywords: Fishermen Community, Subsistence Crisis, Tourism Village, Fisherman Strategy
KOMERSIALISASI RAMALAN TAROT OLEH TAROT READER DI KOTA SURABAYA Novena Clarissa Tiananda; Azizah Alie; Yelly Elanda
Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam (SOSEBI) Vol 2 No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.056 KB) | DOI: 10.21274/sosebi.v2i1.5405

Abstract

Abstrak: Artikel ini berbicara tentang praktik komersialisasi yang dilakukan oleh para tarot reader dan latar belakang tarot reader dalam mengkomersilkan ramalan tarot tersebut. Penelitian ini menarik karena terjadi di kalangan anak muda dan wilayah perkotaan yang cenderung rasional namun dalam kehidupannya masih percaya terhadap ramalan. Hal ini menjadi dasar para tarot reader untuk mengkomersilkan ramalan tarot pada kaum muda di Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif melalui wawancara dengan tarot reader dan pengguna jasanya (konsumen). Penelitian ini menggunakan teori kekuasaan dan pengetahuan Michael Foucault dimana peramal (tarot reader) menggunakan pengetahuannya untuk mengkomersilkan ramalan tarot. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya komersialisasi ramalan tarot dikarenakan adanya permintaan dari pengguna jasa, peluang usaha, kesadaran bahwa ilmu meramal tarot bisa menjadi sumber ekonomi atau penghasilan. Peramal tarot mempromosikan jasanya melalui media sosial dan konvensional (dari mulut ke mulut). Praktik komersialisasi yang dilakukan oleh tarot reader mulai dari proses dealing dengan pelanggan, proses peramalan, hingga penentuan tarif jasa didominasi oleh peramal (tarot reader). Kata Kunci: komersialisasi; ramalan tarot; tarot reader; kekuasaan, pengetahuan Abstract: This article talks about the commercialization practices carried out by tarot readers and the background of tarot readers in commercializing the tarot predictions. This research is interesting because it occurs among young people and urban areas who tend to be rational, but do not believe in predictions. This is the basis for tarot readers to commercialize tarot predictions for young people in Surabaya. This study uses a qualitative method with a narrative approach through interviews with tarot readers and service users (consumers). This study uses Michael Foucault's theory of power and knowledge where fortune tellers (tarot readers) use their knowledge to commercialize tarot predictions. The results of this study indicate that the commercialization of tarot divination is due to demand from service users, business opportunities, awareness that tarot fortune-telling can generate economic resources or income. Tarot fortune tellers promote their services through social media and conventional (word of mouth). Commercialization practices carried out by tarot readers, starting from the process of dealing with customers, to service fees are dominated by fortune-tellers (tarot readers). Keywords: commercialization, tarot divination, tarot readers, power, knowledge
KETAHANAN EKONOMI DAN DAYA LENTING IBU RUMAH TANGGA DI KAMPUNG KUE SURABAYA PADA MASA PANDEMI COVID 19 Maria Serlina Jaura; Azizah Alie; Yelly Elanda
Journal of Urban Sociology Volume 5 No 1 Tahun 2022
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/jus.v5i1.2063

Abstract

This article examines the economic resilience of families and the resilience of housewives during the covid 19 pandemic. The COVID-19 pandemic has shaken the economy of housewives in the cake village where the majority of their jobs are cake makers and sellers. The existence of a large-scale social restriction policy (PSBB) caused the turnover of cake sales to decline. The type of method used in this research is qualitative with a narrative approach. Data were obtained through observation and in-depth interviews with housewives who were involved in the production process (cake makers) and cake distribution (cake sellers). This study uses the theory of rational choice expressed by James Coleman. The results of this study indicate that the economic resilience of the family of housewives in the kue village was shaken due to the covid 19 pandemic. Housewives in the cake village only relied on the sales of cakes so that the family's economic resilience was increasingly vulnerable during the covid 19 pandemic. The resilience carried out by mothers households in the cake village during the covid 19 pandemic are (1) selling pastries so that the cake has a long expiration date; (2) relying on social media in marketing their products; (3) tighten belts or be frugal; (4) ask for help to their nearest social network.Keywords: Economic Resilience, Resilience, Kampung Kue, Covid 19 Pandemic
Implementasi Smart City di Indonesia Dalam Perspektif Gender Yelly Elanda; Ruslan Wahyudi; Azizah Alie
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 4 No 2 (2022): Desember
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v4i2.209

Abstract

Konsep smart city di Indonesia diperkenalkan sejak tahun, 2005. Istilah ini kemudian semakin sering dibahas sejak Surabaya, Jakarta dan Bandung mendapatkan penghargaan terkait konsep smart city. Sejak pandemi Covid-19, penggunaan teknologi menjadi semakin masif dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada masyarakat perkotaan. Hal ini tentu dapat mendorong implementasi smart city di berbagai kota di Indonesia. Smart city merupakan konsep yang diharapkan dapat menjadi solusi atas berbagai masalah perkotaan. Konsep ini dinilai dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, dan terciptanya sebuah kota yang inklusi. Namun ada hal yang acapkali terlupakan dalam mewujudkan kota yang inklusi, yakni hadirnya isu gender terkait implementasi smart city. Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini ialah; apa definisi smart city dan bagaimana implementasinya di Indonesia? apakah implementasi smart city sudah responsif terhadap isu gender? dan apa yang harus dilakukan agar implementasi smart city menjadi inklusi gender? Penelitian ini menggunakan metode systematic literature review berdasarkan Prefered Reporting for Systematic Reviews and Meta Analysis (PRISMA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi smart city terus didorong dan diterapkan di berbagai kabupaten dan/atau kota di Indonesia sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai program menuju 100 smart city. Konsep smart city di Indonesia pada umumnya memiliki tujuh indikator, tapi setiap kota atau kabupaten menerapkan konsep smart city yang berbeda berdasarkan pada potensi, kekhasan, tantangan dari masing-masing daerah. Implementasi smart city di Indonesia masih belum mengakomodir perspektif gender untuk menciptakan kota yang inklusi. Dalam mewujudkan kota yang inklusi gender di Indonesia, maka perlu mengadopsi pengarusutamaan gender pada setiap kebijakan yang terkait dengan implementasi smart city.
Relasi Gender Pada Keluarga Perempuan Miskin Di Kelurahan Wonokusumo Kota Surabaya Azizah Alie; Yelly Elanda; Ratih Retnowati
Sosioglobal Vol 7, No 2 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i2.42046

Abstract

Artikel ini mengkaji salah satu penyebab feminisasi kemiskinan, yaitu ketimpangan gender. Ketimpangan gender yang terjadi pada hubungan keluarga miskin semakin memperparah kondisi perempuan miskin di kota Surabaya. Relasi gender pada keluarga perempuan miskin di Surabaya akan dijelaskan melalui tiga hal, yaitu relasi gender di bidang reproduktif, produktif, dan manajemen komunitas. Dari relasi gender tersebut akan diketahui bentuk-bentuk ketimpangan gender yang dialami perempuan pada keluarga miskin di kota Surabaya. Penelitian ini dilakukan di Desa Wonokusumo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya. Lokasi ini dipilih karena Kecamatan Wonokusumo merupakan salah satu daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif. Peneliti melakukan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi literatur dalam proses pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan teori analisis gender yang dikemukakan oleh Caroline Moser sebagai pisau analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan gender pada keluarga perempuan miskin di kota Surabaya. Kontribusi dan kehadiran perempuan dalam keluarga miskin di Surabaya kurang diakui, tetapi perempuanlah yang harus menanggung beban produksi, reproduksi, dan pengelolaan masyarakat. Perempuan dalam keluarga miskin di Surabaya mengalami triple burden, dan mengalami bentuk-bentuk ketidaksetaraan gender lainnya, termasuk subordinasi, marginalisasi, kekerasan, dan stereotip negatif.
Perempuan dan Perangkap Kemiskinan di Kelurahan Wonokusumo Kota Surabaya Yelly Elanda; Azizah Alie
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 12 No 3 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish.v12i3.67009

Abstract

Kemiskinan dan ketidaksetaraan gender merupakan isu krusial yang ada dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).   Ketidaksetaraan gender menjadi salah satu akar penyebab kemiskinan sehingga keduanya saling terkait. Tujuan penelitian ini yaitu mendeksripsikan kehidupan dan penyebab perempuan yang terjebak dalam perangkap kemiskinan di kota Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metodologi feminis dengan jenis kualitatif. Metode ini dipilih agar dapat mengungkap pengetahuan dan pengalaman perempuan yang terjebak dalam perangkap kemiskinan di perkotaan. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan 6 informan dengan menggunakan purposive. Selain itu, data juga didapat dari hasil observasi dan studi literature.  Teori perangkap kemiskinan Robert Chambers dan teori feminis menjadi pisau analisis dari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua golongan perempuan yang terperangkap dalam jerat kemiskinan. Golongan pertama adalah perempuan yang berstatus janda (sebagai kepala keluarga). Golongan kedua merupakan perempuan yang statusnya menikah, sebagai ibu rumah tangga. Tingkat kemiskinan yang dialami oleh kepala rumah tangga perempuan lebih dalam dibandingkan dengan perempuan sebagai ibu rumah tangga, terlebih jika kepala keluarga perempuan merupakan generasi sandwich. Perempuan miskin yang sudah menikah lebih banyak berperan sebagai ibu rumah tangga, jarang sekali ibu rumah tangga yang memiliki usaha atau pekerjaan. Tingkat kemiskinan yang dialami oleh ibu rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang memiliki usaha (pekerjaan). Penyebab terjadinya perangkap kemiskinan pada perempuan di kota Surabaya adalah kemiskinan, keterisolasian, ketidakberdayaan, kelemahan fisik dan kerentanan. Namun faktor dominan yang menyebabkan perempuan terjerat perangkap kemiskinan adalah feminisasi kemiskinan dan relasi gender dalam keluarga yang tidak setara.