Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai Ankle Brachial Index Pada Pasien Diebetes Melitus Tipe II: Sebuah Tinjauan Sistematis Yofa Anggriani Utama; Sutrisari Sabrina Nainggolan
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 21, No 2 (2021): Juli
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v21i2.1439

Abstract

Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs due to metabolic disorders characterized by blood sugar levels that exceed normal limits. Diabetic foot is a complication of diabetes mellitus that can cause ulcers, infection, gangrene and charcot's atrophy. Diabetic foot exercise is one of the interventions that can overcome peripheral circulation problems that occur in type 2 diabetes mellitus patients.The purpose of this study is to identify the effect of diabetic foot exercise on the value of the ankle brachial index in Type II Diabetes Mellitus patients through a systematic review. The research design included in this systematic review uses a research design that is a quantitative method with a systematic review approach. The first article shows that the treatment group experienced an increase in mean and the control group experienced a decrease in the mean. The physical activity of the respondents affected the ABI value just before the ABI examination was carried out, and it was also influenced by cholesterol which the researchers did not control for all respondents. So it can be concluded that the diabetes foot exercise intervention has an effect in increasing blood circulation to the feet. The second article shows that when compared to the results of the ABI values for the two groups there are significant results, so that diabetic foot exercises can be given four times a week for one month, providing good benefits in increasing blood pressure in the legs. The results of this systematic review indicate that foot exercise has a good effect on ankle brachial index in type 2 diabetes mellitus patients who have problems with peripheral perfusion. If this intervention is given as often as possible, it will have a good effect on the range of motion of the joints so that it can improve the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus.
Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Islam Siti Khodijah Palembang Tahun 2018 Yofa Anggriani Utama
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 19, No 3 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.832 KB) | DOI: 10.33087/jiubj.v19i3.698

Abstract

Cancer is one of the causes of death in both developed and developing countries, cancer is increasing in developing countries due to increasing lifestyle, breast cancer is a cancer that causes death in women in the world, breast cancer is the highest contributor to mortality in women in the world, 43.3 per 100,000. The purpose of this study was to determine the relationship of family support to the quality of life of breast cancer patients. The research design used was observational analytic with cross sectional approach. The sampling technique used purposive sampling technique, the study sample amounted to 63 breast cancer patients. The results show that there is a relationship between family support and the quality of life of breast cancer patients with a p value of 0.032. shows there is a relationship between family support for the quality of life of patients with breast cancer. Suggestions that nurses can improve the quality of nursing services, and provide motivation to patients and families of breast cancer in carrying out breast cancer treatment.
PROSEDUR PEMASANGAN TRANSFUSI DARAH PADA PASIEN THALASEMIA RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG TAHUN 2016 Yofa Anggriani Utama
Masker Medika Vol 4 No 2 (2016): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Thalasemia merupakan gangguan darah yang diwariskan, dikarakteristikan dengan defisiensi sintesis rantai globin spesifik molekul hemoglobin. Data terakhir dari WHO menyatakan bahwa sebanyak 4,5% atau 250 juta penduduk dunia membawa gen thalasemia, dan dari 250 juta penduduk tersebut sebanyak 80-90 juta orang membawa gen beta thalasemia. Di Indonesia frekuensi pembawa gen penyakit ini sekitar 5%. Sehingga dapat diperkirakan akan ada 5000 kasus baru pertahun. Penelitian ini bertujuan untuk diperoleh informasi mendalam tentang Penatalaksanaan pemasangan transfusi darah pada pasien thalasemia di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2016.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi melalui wawancara mendalam dan observasi. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2016 sampai 18 Mei 2016. Jumlah informan yang diteliti sebanyak 6 orang, yaitu 1 kepala ruangan, 3 perawat pelaksana dan 2 orang keluarga pasien thalasemia. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perawat dalam melaksanakan tindakan pemasangan transfusi darah pada pasien thalasemia di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang mulai dari pengkajian, dilakukan dengan anamnesis yaitu menayakan keluhan dan pemeriksaan fisik seperti observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah dan mengukur tinggi badan dan berat badan. Pelaksanaan tindakan dimulai dari informed consent, persiapan pasien dan alat kemudian pelaksanaan tindakan. Evaluasi dilakukan dengan mengobservasi tanda-tanda vital untuk mengetahui adanya peningkatan suhu tubuh dan observasi ada flebitis dan edema di daerah pemasangan infus. Pemberian transfusi packed red cell dan washed red cell didokumentasi distatus disertai nama dan paraf perawat. Diharapkan bagi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang untuk memberikan pelatihan pemberian transfusi darah bagi perawat agar kompetensinya sebagai salah satu tenaga pelayanan transfusi darah dirumah sakit dapat terpenuhi dan dapat melaksanakan transfusi darah yang aman baik bagi pasien maupun perawat
PENGARUH WALKING EXERCISE TERHADAP NILAI KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUANG RAWAT INAP RSUD TUGU JAYA KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN 2022 Nopi Eprianti; Yofa Anggriani Utama; Sutrisari Sabriana Nainggolan
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol 14 No 02 (2022): Jurnal Kesehatan Bina Husada
Publisher : Stikes Bina Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia saat ini berada diposisi kelima terbanyak didunia penderita diabetes melitus, yaitu sebesar 19,5 juta dengan prevalensi sebesar 10,6 %. Fenomena ini membutuhkan penatalaksanaan yang tepat, salah satunya dengan melakukan walking exercise yang merupakan salah satu jenis aktivitas fisik sederhana yang dianjurkan untuk penderita DM tipe 2 dalam menstabilkan kadar gulanya sebagai terapi non farmakologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh walking exercise terhadap nilai kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Desain penelitian menggunakan pra eksperimental dengan pendekatan one  grup  pretest-posttest  design,  total  sampel  25  responden, dengan tekhnik total sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan SOP walking exercise dan alat glukometer. Hasil uji statistik didapatkan nilai rata-rata kadar glukosa darah sebelum intervensi (pretest) yaitu 293,80 mg/dl sedangkan nilai rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi (posttest) 274,48 mg/dl. Dari data tersebut dapat dilihat adanya penurunan nilai rata-rata kadar glukosa darah sebesar 19,32 mg/dl. Hasil uji statistik paired t test terhadap kadar glukosa darah pretest dan posttest, menunjukkan nilai p=0.001 atau nilai p<0.05. Kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara walking exercise terhadap nilai kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Walking exercise efektif untuk mengontrol kadar gula darah dalam rentang normal dan dapat menjadi rekomendasi penatalaksanaan DM tipe 2 secara nonfarmakologis.