Claim Missing Document
Check
Articles

Found 52 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Hasil Hutan

PENYARADAN TERKENDALI UNTUK MINIMASI PENGGESERAN LAPISAN TANAH ATAS DAN KETERBUKAAN LAHAN: KASUS DI SUATU PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTANTENGAH Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 17, No 4 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2000.17.4.209-219

Abstract

Tulisan ini mengetengahkan hasil penelitian tentang penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan akibat kegiatan penyaradan kayu terkendali. Penelitian telah dilakukan di satu perusahaan hutan di Kalimantan Tengah pada tahun 1998. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemanenan terkendali terhadap penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan.Data yang dikumpulkan adalah : jumlah pohon ditebang, jumlah pohon berdiameter 20 cm dan ke alas, kedalaman penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t.Penelitian menghasilkan hal-hal sebagai berikut:1. Penggeseran lapisan tanah atas rata-rata akibat penyaradan terkendali untuk kelas kelerengan: 0-15%; 15-25% dan > 25% berturut-turut adalah 8,1 mm; 11,7 mm dan 16,8 mm per 100 m panjang jalan sarad. Untuk penyaradan konvensional adalah 9,7 mm; l2,84 mm dan l8,7 mm per 100 m panjang jalan sarad. Terjadi pengurangan sebesar 1,6 mm pada kelas kelerengan 0-15 mm (berbeda sangat nyata).2.   Derajat keterbukaan lahan rata-rata akibat penyaradan terkendali adalah 15,81% dan 21,21% untuk penyaradan konvensional. Terjadi pengurangan keterbukaan lahan sebesar 5,4% (berbeda nyata).
PENEBANGAN SERENDAH MUNGKIN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KAYU : STUDI KASUS DI DUA PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTAN TIMUR Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 14, No 9 (1996): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1996.14.9.374-381

Abstract

Tulisan ini mengetengahkan hasil-hasil penelitian tentang produktivitas penebangan dan tingkat pemanfaatan kayu yang terjadi dengan teknik penebangan serendah mungkin. Penelitian dilakukan di dua perusahaan hutan di Kalimantan Timur pada tahun 1996. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penerapan teknik penebangan serendah mungkin terhadap produktivitas dan tingkat pemanfaatan kayu yang terjadi. Hasil penelitian dibandingkan dengan teknik penebangan konvensional.Hasil-hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut :1. Rata-rata produktivitas penebangan adalah 42,16 m3/jam untuk teknik penebangan serendah mungkin dan 49,96 m3/jam untuk teknik penebangan konvensional. Terjadi penurunan produktivitas sebesar 7,8 m3/jam.2. Rata-rata tinggi tunggak pada teknik penebangan serendah mungkin adalah 37,6 cm dan teknik penebangan konvensional adalah 56,6 cm.3. Rata-rata volume limbah tunggak pada teknik penebangan serendah mungkin adalah 0,21 m3/pohon (3,34%) dan pada teknik penebangan konvensional adalah 0,40 m3/pohon (4,54%). Rata-rata volume kayu yang dimanfaatkan adalah 6,08 m3/pohon (96,66% dari rata-rata volume pohon yang ditebang sebesar 6,29 m3/pohon) untuk teknik penebangan serendah mungkin dan 8,41 m3/pohon (95,45% dari rata-rata volume pohon yang ditebang sebesar 8,81 m3/pohon) untuk teknik penebangan konvensional. Terjadi peningkatan pemanfaatan kayu sebesar 1,20%.4. Teknik penebangan serendah mungkin sebaiknya diterapkan di lapangan karena dapat meningkatkan pemanfaatan kayu.
PRODUKSI DAN BIAYA PENYADAPAN GETAH TUSAM DENGAN SISTEM BOR: STUDI KASUS DI PT INHUTANI IV SUMATERA BARAT Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris; Djaban Tinambuman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 1 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1998.16.1.1-16

Abstract

Penelitian produksi dan biaya penyadapan getah tusam dengan sistem bor dilakukan di PT Inhutani IV di Sumatera Barat pada bulan Mei 1996. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang produksi dan biaya penyadapan getah tusam dengan menggunakan sistem bor. Perlakuan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara arah sadapan zat perangsang asam sulfat dan zat perangsang CEPA (chloro ethyl phosphonic acid). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil getah, lama penyadapan, biaya bahan, biaya alat,  jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Hasil pcnelitian menunjukkan bahwa:Tiap regu pada penyadapan getah tusam dengan sistem bor terdiri dari tiga orang yaitu seorang pengebor pohon, seorang pemberi zat perangsang dan seorang pemasang paralon dan kantong plastik.Kemampuan satu regu penyadap dengan sistem bor adalah 400 pohon per hari.Jumlah lubang sadap pada penyadapan gelah tusam dengan sistem bor adalah satu lubang per pohon per jangka waktu sadap.Diameter lubang sadap adalah 2,5 cm sedang kedalamannya adalah 8 cm.Produksi getah pada penyadapan getah tusam dengan sistem bor dengan perlakuan C (pengeboran miring 10° ke samping dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 5% tanpa pemberian ulangan zat perangsang. Q (pengeboran lurus dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 5% tanpa pemberian ulangan zat perangsang) dan A (pengeboran miring 10° ke samping dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 10% tanpa pemberian ulangan zat perangsang) adalah relatif sama dengan produksi penyadapan getah tusam dengan sistem kowakan yaitu sekitar 8 gram per pohon per hari. Di samping itu getah yang diperoleh dari hasil penyadapan dengan sistem bor adalah relatif bersih dan jemih.Biaya penyadapan getah tusam dengan sistem bor adalah Rp 914/kg sedang biaya penyadapan dengan sistem kowakan adalah Rp 300/kg.
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA TRAKTOR PERTANIAN UNTUK PENGANGKUTAN BIBIT DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 14, No 10 (1996): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1996.14.10.433-443

Abstract

Paper ini menyajikan hasil penelitian tentang penggunaan traktor pertanian untuk pengangkutan bibit di perusahaan pembangunan hutan tanaman industri di Sumatera Selatan pada tahun 1991. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan traktor pertanian   untuk pengangkutan bibit. Data jumlah bibit, jarak angkut dan waktu kerja serta upah pekerja dikumpulkan.Hasil penelitian   adalah  sebagai  berikut  :Traktor pertanian yang dilengkapi trailer adalah cocok untuk mengangkut bibit dari tempat  persemaian ke tempat penanaman.Bibit-bibit yang akan diangkut diletakkan pada kotak kayu yang dibuat untuk mempermudah pemuatan dan pembongkarannya dan menghindari kerusakan bibit selama pengangkutan.Trailer pada traktor pertanian dapat dimuati 20 kotak bibit yang terdiri dari 1.200 bibit. Produktivitas traktor pertanian berkisar antara 7.362 bibit - km/jam sampai 13.488 bibit - km/jam dengan rata-rata 10.032 bibit - km/jam.Biaya traktor pertanian untuk pengangkutan bibit berkisar antara  Rp. 3,01,-/bibit - km sampai Rp. 5,51,-/bibit - km dengan rata-rata Rp. 4,10,-/bibit - km.Traktor pertanian dapat digunakan untuk pengangkutan bibit pada medan berat dan jalan becek.
POTENSI DAN BIAYA PEMUNGUTAN LIMBAH PENEBANGAN KAYU MANGIUM SEBAGAI BAHAN BAKU SERPIH Sukadaryati Sukadaryati; Dulsalam Dulsalam; Osly Rachman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 4 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.4.327-337

Abstract

Pemanfaatan kayu di hutan sampai saat ini masih dirasakan belum optimal, terbukti masih tingginya limbah kayu dari kegiatan permanenan. Limbah yang terjadi dari pohon yang ditebang sampai dengan diameter batang minimum 15 cm adalah sebesar 57%. Oleh karena itu langkah-langkah pengelolaan hutan menuju zero waste perlu dilakukan. Salah satu cara untuk meningkatkan pemanfaatan hutan tanaman adalah memanfaatkan limbah penebangan hutan tanaman menjadi bahan baku serpih.            Penelitian potensi dan biaya pemungutan limbah penebangan kayu mangium (Acacia mangium) telah dilakukan di BKPH Parungpanjang, KPH Bogor pada tahun 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata potensi dan biaya pemungutan limbah penebangan kayu mangiu sebagai bahan balm serpih adalah 0,079 m3/pohon atau 15,4% dan Rp. 15.250/sm. Potensi limbah penebangan mangium sebagai bahan baku serpih yang layak diusahakan adalah sebesar 8,33 sm/ha atau 4,444 m3/ha. Sementara itu harga pokok limbah kayu mangium adalah sebesar Rp. 23.375/sm.Dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam bentuk kebijakan yang dapat mendorong kembali masyarakat sekitar hutan untuk memanfaatkan limbah penebangan kayu dari hutan tanaman sebagai bahan baku serpih. Kebijakan tersebut berupa kemudahan dalam memperoleh limbah kayu dengan harga sesuai besarnya biaya eksploitasi dan menetapkan harga dasar serpih yang tidak terlalu tinggi. 
STUDI KASUS KERAPATAN JALAN HUTAN DI DUA PERUSAHAAN HUTAN DI JAMBI Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 12, No 2 (1994): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1994.12.2.96-103

Abstract

A study on the forest road densities was carried out at two logging companies in Jambi in 1990. The objective is to find out the information of forest road densities realized by the companies. Data on area cut and road constructed during the latest ten years felling blocks (from1980/1981 to 1989/1990) were collected. The results of the investigation reveal that:1. Annually, the length offorest roads built by A and B logging companies rangedfrom 2,000 to 13,000 m with an average of 6,050 m, and from 7,600 to 19,800 m with an average of 12, 733 m, respectively.2. Forest road density of each felling block at A and B logging companies ranged from 2.10 to 20 m/ha with an average of 8.54 m/ha, and from3.45 to 22 m/ha with anaverage of 10.02 m/ha, respectively.3. The level of forest road density average in the two logging companies was still bellow those level based on Segebaden Formula.4. It is suggested that log potential, road construction cost and skidding cost be taken into consideration in constructing forest road.
FAKTOR EKSPLOITASI MERANTI DI SUMATRA BARAT, KALIMANTAN BARAT DAN KALIMANTAN SELATAN Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 5, No 2 (1988): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1988.5.2.47-49

Abstract

A  study  on recovery in Meranti  logging operation  was carried out  in West Sumatra  and  West  Kalimantan  in 1984, and in South  Kalimantan  in 1985. The purpose of  this study  is to determine  recovery  figures for Meranti at  these particular locations, which may be use full  in the planning  efforts  of  logging companies.The  study  comes  to  the  following  conclusions   :Average  logging recovery for Meranti in West Sumatra, West Kalimantan and South  Kalimantan is 0.84.Recovery  among provinces  and among forest  companies  do not differ significantly,Recovery between diameter  classes differs significantly.  It  is suggested  that  logging of small diameter trees be done  with care, to avoid leaving relatively  small timber in the forest. 
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA ANGKUTAN KAYU DENGAN REL BAJA DAN REL KAYU Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 5, No 2 (1988): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1988.5.2.52-59

Abstract

The paper presents  the result of a study  on the productivity  and cost of haulage on steel and wooden  rails.  The study was  conducted at  4 logging companies in  West  Kalimantan   during  year  1982.  There  were 2  methods of  log haulage observed, namely using locomotive and  manual  pushing.The  logging companies generally  used rail weighing  7 - 10 kg/m  and 5 x 7 cm wooden  rail. The distance between steel and  wooden  rails were  respectively 60  - 70  cm  and  60  cm  or  less.  The  crew  size  varied  from  8 to 12 men  for locomotive haulage consisting  of  12 - 16  lorries,  and  2 - 4 men/lorry for haulage on  wooden rail.  The  result  of  the haulage study  reveals also the productivity figures of respectively  156.9  m3 km/hour  and 2.4 m3 km/hour for the first and the second  methods mentioned   above.                                                                                            Log  transportation   on steel  rail  is safer for the labour compared  with  that on wooden  rail,  and the life of steel  rail is much   longer  than  that,  of  wooden rail.   Although   steel  rail is higher  in the  investment   cost  compared  with  woode'n  rail (Rp  14 - 21  million/km and Rp  2.35 million/km respectively), the average haulage cost per m3' km  is about  one-third  of the  latter  (Rp 80.1/m3 km  and Rp  254.4/m3 km respectively).
PRODUKTIVITAS PENYARADAN PADA BERBAGAI LEBAR JALUR TEBANG, JENIS TRAKTOR DAN TINGKAT KELERENGAN DI AREAL TEBANG JALUR TANAM INDONESIA Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 4 (1999): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1999.16.4.177-190

Abstract

Penelitian pengaruh lebar jalur tebang, jenis traktor dan tingkat kelerengan terhadap produktivitas penyaradan di areal Tebang Jalur Tanam Indonesia (TJTI) dilakukan di sebuah Hak Pengusahaan Hutan di Kalimantan Barat pada tahun 1996. Tujuannya adalah mendapatkan informasi tentang pengaruh lebar jalur tebang, jenis traktor dan tingkat kelerengan terhadap produktivitas penyaradan di areal TJTI. Data lebar jalur tebang, jenis traktor, tingkat kelerengan, jarak sarad, waktu kerja penyaradan dan volume kayu yang disarad dikumpulkan. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :Waktu kerja penyaradan kayu untuk Traktor Caterpillar D 7 G don Komatsu D 85 ESS berturut-turut berkisar antara 5,91-6,99 menit/hm dengan rata-rata 6,44 menit/hm dan berkisar antara 5,93-6,78 menit/hm dengan rata-rata 6,27 menit/hm.Produktivitas traktor Caterpillar D 7 G berkisar antara 4,43-8,91 m3/jam-hm dengan rata- rata 7,04 m3/jam-hm, sedang produktivitas traktor Komatsu D 85 ESS berkisar antara 4,85- 8,77 m3/jam-hm dengan rata-rata 6,96 m3/jam-hm.Trakt.or Caterpillar D 7 G dan Komatsu D85 ESS memiliki produktivitas yang tidak berbeda nyata. Demikian halnya dengan produktivitas traktor pada kelerengan bergelombang (B1) dan agak curam (B2) tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05.Rata-rata produktivitas penyaradan pada jalur tebang 50 m, JOO m dan 200 m berturut- turut adalah 4,78; 7,52 dan 8,59 m3/jam-hm. Produktivitas penyaradan pada lebar jalur tebang berbeda nyata yaitu yang paling besar pada lebar jalur tebang 200 m.Disarankan bahwa traktor Caterpillar D 7 G dan Komatsu D 85 ESS digunakan untuk penyaradan kayu pada lebar jalur tebang 150 m dan 200 m.
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENYARADAN KAYU DENGAN GAJAH DI SUATU PERUSAHAAN HUTAN DI RIAU Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris; Djaban Tinambunan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 5 (1999): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1999.16.5.231-253

Abstract

Penelitian produktivitas penyaradan kayu dengan gajah ini dlakukan di suatu perusahaan hutan di Riau pada tahun I997. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas dan biaya penyaradan kayu dengan gajah. Sasaran penelitian ini adalah memperoleh informasi teknis dan ekonomis mengenai penyaradan kayu dengan gajah. Informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi para pengelola hutan dalam merencanakan penyaradan kayu dengan gajah. Data waktu kerja penyaradan, jarak sarad dan volume kayu yang disarad, harga gajah, biaya perawatan gajah dikumpulkan.Gajah liar yang telah dijinakkan dapat digunakan untuk kepentingan pengelolaan hutan misalnya untuk melakukan kegiatan penyaradan kayu. Volume kayu yang disarad pada penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara 0,163 - 0,563 m3/rit dengan rata-rata 0,322 m3/rit sedangkan volume kayu yang disarad dengan alat bantu berkisar antara 0,154- 0,519 m3/rit dengan rata-rata 0.320 m3/rit. Jarak sarad pada penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara 80-235 m dengan rata-rata 161 m, sedangkan jarak tersebut dengan alat bantu berkisar antara 70-235 m dengan rata·rata 160 m. Waktu kerja keseluruhan dalam penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara 6-29 menit (0,10 - 0,48 jam)per rit dengan rata-rata 16 menit (0,27 jam) per rit sedangkan waktu kerja tersebut dengan alat bantu berkisar antara 3,10-14,08 menit ( 0,05-0,40 jam) per rit dengan rata-rata 10,28 menit (0,17 jam) per rit. Produktivitas penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara 0,969-4,132 m3-hm/jam dengan rata-rata 1,972 m3-hm/jam ,sedangkan produktivitas penyaradan tersebut dengan alat bantu berkisar antara 1,260 - 5.112 m3hm/jam dengan rata 3,099 m3-hm/jam. Biaya penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara Rp 1.334- Rp 5.732 /m3-hm dengan rata-rata Rp 3.232/m3-hm sedangkan biaya penyaradan tersebut dengan alat bantu berkisar antara Rp 1.159-Rp 4.702/m3-hm dengan rata-rata Rp 2.201 /m3-hm. Disarankan volume kayu yang disarad tidak lebih dari 0,5 m3 per rit dan jarak sarad tidak lebih dari 300 m.