Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

LACAK BALAK UNTUK VERIFIKASI UJI LEGALITAS KAYU PADA PEMANENAN KAYU HUTAN ALAM Soenarno Soenarno; Satria Astana
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2018.36.1.47-58

Abstract

Saat ini, perdagangan kayu dan produk kayu menuntut persyaratan bahwa produk kayu berasal dari hutan yang dikelola secara legal dan bertanggungjawab. Di Indonesia cara membuktikan bahwa produk kayu dikatakan sah (legal) apabila dilengkapi dengan Surat Keterangan Sah Hasil Hutan, tanda V-legal dan label elektronik berupa barcode. Salah satu metode pembuktian asal usul kayu yang digunakan pada pemanenan kayu adalah metode lacak balak dengan cara labeling. Tulisan ini mempelajari keakuratan tingkat keterlacakan kayu bulat di perusahaan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di hutan alam PT Sumalindo Lestari Jaya II di Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. Pelacakan kayu dilakukan dengan melacak kesesuaian antara informasi dokumen kayu di Laporan Hasil Produksi (LHP), label nomor pohon di tunggak sampai dokumen di Laporan Hasil Cruising (LHC). Metode pengambilan contoh dokumen kayu LHP dilakukan secara purposif di petak pengembilan sampel pada tiga petak tebang yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlacakan kayu bulat berdasarkan dokumen LHP hingga label nomor pohon di tunggak adalah 100%. Tetapi tingkat keterlacakan kayu bulat dari dokumen LHP sampai pada dokumen LHC berkisar antara 85,7 – 100% atau rata-rata 96,2%. Ketidaksesuaian informasi antara dokumen kayu pada LHP, tunggak dan LHC disebabkan oleh ketidakcocokan kelompok jenis kayu dan kelas diameter pohon.
PENGARUH PERBAIKAN METODE PEMBAGIAN BATANG TERHADAP WAKTU KERJA DAN PRODUKTIVITAS PENEBANGAN HUTAN ALAM PRODUKSI: STUDI KASUS DI PT. DWIMAJAYA UTAMA Soenarno Soenarno; Yuniawati Yuniawati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2019.37.1.13-32

Abstract

Perbaikan sistem pembagian batang pada metode penebangan di hutan alam produksi perlu dilakukan agar penebangan dapat dilakukan lebih efisien. Tulisan ini mempelajari sebaran elemen waktu kerja, produktivitas, dan efisiensi pemanfaatan kayu hasil penerapan perbaikan sistem pembagian batang. Penelitian dilakukan di lokasi pengusahaan hutan alam produksi, PT. Dwima Jaya Utama, Kalimantan Tengah. Penelitian dilakukan pada empat plot contoh penelitian (PCP) berukuran 100 m x 200 m yang ditempatkan secara sengaja (purposive) pada petak tebang terpilih. Dua PCP untuk perlakukan penebangan konvensional dan yang lainnya untuk perbaikan metode pembagian batang. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan PWSTAT versi 23.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu penebangan metode konvensional (CV) adalah 14,6 menit/pohon tidak berbeda nyata dengan perbaikan metode pembagian batang (IBM) sebesar 15,5 menit/pohon. Efisiensi pemanfaatan kayu IBM adalah 93,1% lebih tinggi dibandingkan metode CV sebesar 85,4%. Namun demikian, produktivitas IBM adalah 27,161 m3/jam lebih rendah dibandingkan metode CV sebesar 32,847 m3/jam.
UJI COBA PENEBANGAN KAYU BERBASIS ZERO WASTE DAN RAMAH LINGKUNGAN PADA HUTAN ALAM DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Soenarno Soenarno; Dulsalam Dulsalam; Yuniawati Yuniawati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2020.38.2.105-118

Abstract

Selama lima tahun terakhir (2013-2017) terjadi kekurangan bahan baku kayu sebanyak ±23,2 juta m3/tahun sementara fakta di lapangan menunjukkan kegiatan pemanenan kayu masih boros dengan meninggalkan potensi limbah mencapai rata-rata 17% dari target jatah produksi tahunan sebesar 9,1 juta m3/tahun. Uji coba metode pemanenan kayu berbasis zero waste dan ramah lingkungan (ZWL) ini merupakan pemantapan metode tree length logging. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data dan informasi teknis terkait dengan efisiensi pemanfaatan kayu dan potensi limbah kayu. Hasil uji coba menunjukkan bahwa metode pemanenan kayu berbasis zero waste dan ramah lingkungan (ZWL) dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu sebesar 9%, yaitu dari rata-rata 82,9% menjadi rata-rata 91,9%, dan mengurangi potensi limbah pemanenan kayu Batang Bebas Cabang (BBC) dari rata-rata 12% (0,863 m3/pohon) menjadi 8,1% (0,418 m3/pohon). Selain itu, metode ZWL mampu menyelamatkan potensi limbah pemanenan dari Batang di Atas Cabang (BAC) antara 2,8-11,2% dengan rata-rata 6,4% (0,418 m3/pohon). Namun demikian, penerapan metode ZWL pada pemanenan kayu hutan alam secara ekologis tidak dapat mengurangi kerusakan tegakan tinggal yang mencapai 37,7% dibandingkan metode konvensional sebesar 38,8%. Potensi limbah pemanenan kayu baik BBC maupun BAC sebagian besar cacat (50,5-58,3%), sebagian masih baik (14,4-26,3%), sedangkan yang kondisinya pecah masih cukup tinggi (22,6-27,3%). Namun demikian, hingga saat ini, potensi limbah pemanenan kayu belum dimanfaatkan karena pertimbangan mahalnya pungutan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), kegamangan penerapan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.1/Menlhk/Setjen/Kum.1/1/2019, dan belum terinformasikannya metode pemanenan kayu ZWL yang mampu meminimalisasir biaya pengeluaran limbah. Untuk mengurangi potensi limbah pemanenan kayu yang pecah dan rusaknya tegakan maka pihak manajemen perlu melakukan penyegaran teknik penebangan dan penyaradan untuk meningkatkan keterampilan operator chainsaw dan operator traktor sarad.
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENGELUARAN LIMBAH PEMANENAN KAYU PADA HUTAN ALAM PEGUNUNGAN: STUDI KASUS DI PT. JATI DHARMA INDAH KABUPATEN NABIRE, PAPUA Soenarno Soenarno; Dulsalam Dulsalam; Yuniawati Yuniawati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 38, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2020.38.3.173-188

Abstract

Saat ini, kegiatan pemanenan kayu telah menerapkan teknologi pembalakan berdampak rendah (Reduced Impact Logging/RIL) tetapi masih terjadi limbah pemanenan kayu rata-rata 17%. Limbah tersebut belum dimanfaatkan karena diduga mahalnya biaya produksi karena belum diketahuinya metode pemanenan kayu yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi produktivitas dan biaya penyaradan limbah pemanenan kayu pada areal hutan alam pegunungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pengeluaran limbah pemanenan kayu metode tree length logging pada jarak sarad ± 2 hm sebesar Rp 35.693/m3. tetapi menggunakan metode konvensional adalah Rp 349.125/m3 belum termasuk DR dan PSDH. Metode tree length logging selain dapat mengeluarkan kayu utama juga limbah pemanenan kayu batang bebas cabang (BBC) dan batang di atas cabang (BAC) sampi TPn juga meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu. Tetapi, penerapan metode tree length logging mengakibatkan menurunnya produktivitas penebangan 16,47% dan penyaradan sebesar 14,41% pada jarak sarad rata-rata ± 2 hm. Produktivitas rata-rata penebangan metode konvensional adalah 62,514 m3/jam sedangkan metode tree length logging 52,289 m3/jam. Produktivitas rata-rata penyaradan metode tree length logging sebesar 17,301 m3/jam tetapi metode konvensional 18,249 m3/jam. Agar metode tree length logging dapat dimplementasikan di lapangan perlu dilakukan perubahan tariff upah penebangan dan penyaradan sesuai dengan tingkat penurunan produktivitas kerja.
STUDI PERBAIKAN CARA PENYADAPAN KOPAL DI KPH SUKABUMI Soenarno Soenarno; Maman Mansyur Idris; Zakaria Basari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 1, No 3 (1984): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1984.1.3.34-38

Abstract

Copal from Agathis tree has been one of  important  forest  products, not only as export commodity but also as raw material for some induatries. In the last few years however production  in  this country  began to decrease, due to inefficient  tapping by the forest worker.Because of  this reason a study on the tapping procedure is necessary. Thia report deals with a preliminary study on  the present  “quarre”  type  of  tapping procedure commonly  adopted  by the forest  worker. The locality chosen was Gede Barat Sub forest district at Sukabumi, West Java.Three factors were chosen  for the tapping study, namely the effect  on of resin productivity  of the location of the wound with respect to west and east direction (factor A), time of tapping (factor B) and type of wound covering (factor C).  The result of this study show that :Covering of tap wound does not cause incoveniences   to the worker.Resin productivity is not significantly affected by the wound location.The highest production of the resin per tree comes from the wound cut in the morning and covered with black coloured polyethelene sheet.       
ANALISIS PERANAN TENAGA KERJA BERPENDIDIKAN KEHUTANAN PADA HAK PENGUSAHAAN HUTAN Hariyatno Dwiprahowo; Hendro Prahasto; Soenarno Soenarno
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 1 (1997): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1997.15.1.41-59

Abstract

Pengusahaan hutan di lndonesia telah beroperasi lebih dari dua puluh tahun. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah peningkatan kinerja HPH. Peranan tenaga kerja berpendidikan kehutanan yang merupakan bagian penting dari sumber daya manusia sangat diharapkan bagi peningkatan kinerja tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan tenaga kerja berpendidikan kehutanan di HPH. Untuk keperluan tersebut, survey dilakukan pada 10 HPH di Kalimantan Barat dan Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, disamping itu pengumpulan data dilakukan di kantor HPH, Kantor Wilayah Kehutanan, dan sumber lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase jumlah tenaga kerja berpendidikan kehutunan terhadap seluruh tenaga kerja 3,95%. Secara umum, tenaga kehutanan yang ada belum dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Dalam penugasan, unsur kepercayaan pribadi masih menonjol sehingga penugasan masih terpusat pada sejumlah kecil pegawai. Tenaga sarjana kehutanan rata-rata menghabiskan 1,95 tahun pada satu posisi, sedangkan masa kerja rata-rata pada satu perusahaan 4,15 tahun. Semakin menurun tingkat pendidikan pekerja semakin meningkat angka tersebut. Secara umum jumlah tenaga kehutanan di HPH kurang dari standar kebutuhan, namun yang menonjol adalah kekurangan tenaga kehutanan tingkat menengah.Hasil kajian menunjukkan peranan tenaga kerja kehutanan perlu ditingkatkan melalui perbaikan manajemen perusahaan sehingga terdapat pembagian tugas, dan penempatan pekerja yang lebih baik, dan perekrutan lebih banyak tenaga menengali kehutanan
KECELAKAAN KERJA DALAM KEGIATAN EKSPLOITASI HUTAN DI KALIMANTAN TENGAH Maman Mansyur Idris; Soenarno Soenarno
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 5, No 1 (1988): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1988.5.1.31-36

Abstract

Logging  in Central Kalimantan  is generally mechanized,  utilizing  modern  machines.   Involved  in these activities  are local labourers,  many among  which have not benefited  any adequate  training for  their jobs. They are originally farmers  or farm  labourers,  and most  of them had very little,  if any education.  It is therefore,  not surprising  that  they can't  operate or handle  the machines properly.The logging industry  is characterized  by hard  work requiring,  high skill  and alertness.Shortcomings in these qualities leads to accidents caused by inumerable factors that are constantly  present  in the tropical  high forests. To develop safety programs research is needed to gather information on work accidents at various logging companies through  the years. The aim of  this study  is to find  out about  the effects  of  mechanized  logging systems  on accident  occurrences. The study  was conducted   in Central Kalimantan, resulting  in the following conclusions  :1.    Accident  frequency rate according  to ANSI  standard for 500 labourers ranges from 95 to 151 accident per million  work hours.2.    Accident  severity rate according  to ANSI  standard for 500 labourers ranges from 4, 000 to 8, 000 days  lost per  million  work hours
FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN DI SUB REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Soenarno Soenarno; Wesman Edom; Zakaria Basari; Dulsalam Dulsalam; Sona Suhartana; Yuniawati Yuniawati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 34, No 4 (2016): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2016.34.4.335-348

Abstract

Dalam pemanfaatan kayu, pemanenan hutan merupakan tahap kegiatan utama yang dilakukan agar potensi pohon dapat dikeluarkan dari dalam hutan. Banyak atau sedikitnya limbah yang terjadi selama proses pemanenan kayu dapat dijadikan tolok ukur faktor eksploitasi (FE). Selama ini, pemerintah menetapkan angka FE sebesar 0,7. Padahal, paradigma pengelolaan hutan alam sudah semakin baik dengan diterapkannya pembalakan berdampak rendah (reduced impact logging/ RIL) dan/atau berdampak rendah karbon (RIL-C). Dilihat dari aspek ekonomis, nilai FE mempunyai peranan sangat penting karena digunakan sebagai pengali didalam menentukan jatah produksi tahunan (JPT) dan dasar untuk menjadi memperkirakan penerimaan besarnya provisi sumberdaya hutan (PSDH). Sedangkan dari aspek ekologis, penetapan nilai FE yang lebih besar dapat mengurangi terjadinya kerusakan hutan. Hasil penelitian yang dilakukan di 5 IUPHHK-HA di Kalimantan Timur menunjukkan besarnya bilangan FE berkisar antara 0,77 - 0,89. Besar kecilnya bilangan FE lebih dipengaruhi oleh faktor ketrampilan penebang dibandingkan dengan factor kompetensi manajemen IUPHHK-HA. 
STUDI FAKTOR PEMANFAATAN DAN LIMBAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM PAPUA BARAT Soenarno Soenarno; Weman Endom; Sona Suhartana
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2018.36.2.67-84

Abstract

Pemanenan  kayu  mempunyai  peranan  penting  dalam  menentukan  kualitas  produksi  kayu  bulat. Dua hal penting dalam proses pemanenan kayu adalah faktor pemanfaatan dan limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran, bentuk, dan kondisi limbah pemanenan serta menghitung besarnya faktor pemanfatan kayu dan faktor residu akibat pemanenan kayu. Penelitian dilakukan di dua  areal  pengusahaan  hutan  alam  di  Kabupaten  Wasior  dan  Nabire,  Provinsi  Papua  Barat.  Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  faktor  pemanfaatan  kayu  pada  IUPHHK-HA  yang  menerapkan teknik Reduced Impact Logging (RIL) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan IUPHHK-HA yang pemanenan kayunya masih dilakukan secara konvensional. Faktor pemanfaatan kayu berkisar antara 86,2 – 87,8% dengan rata-rata 86,9%, dan faktor residu berkisar 12,3 – 13,8% atau rata-rata 13,1%. Besarnya volume kayu yang dimanfaatkan rata-rata 4,578 m3/pohon dari potensi batang bebas cabang sebesar 5,293 m3/pohon. Volume limbah berkisar antara 0,548 – 0,664 m3/pohon atau rata-rata 0,564 m3/pohon. Secara umum, sebagian besar limbah penebangan berupa  kayu yang cacat (65,1%), pecah (23,3%), dan paling rendah adalah limbah yang kondisinya masih baik (11,6%).
PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI PADA PENEBANGAN JATI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA Soenarno Soenarno; Maman Mansyur Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 9, No 4 (1991): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1991.9.4.139-143

Abstract

It is  obvious that  the use. of  chainsaw in teak felling has some advantages not only in increasing productivity but also in reducing felling defects.Nevertheless, uaing chainsaw in teak felling has also created a lot of inconveniences  to forest worker. Thess inclu de the distruction of physical climatic conditions and heavier phsycological stress  of forest  workers due to combined physical workload, noise and fear of accident effects.Base on the above reasons research on noise and  forest workers' workstress. is needed. this research is intended to determine a better method of felling technique in the efforts  of controlling noise to provide a more favourable conditions for  the workers. This research was  carried  out in Saradan Forest District, East Java.The  results  of the research reveal that both noise and the  workers' streu  rate occurinf at teak felling ia higher than at acceptable by  the  "World medical conventiont"  (Grandjean, 1982). The avercwe noise level rate it about 110 dB(A), and the average forest workers' streu  is about  126  heart beats/min for chainsaW operator and about 98 heart beats/min for   the helper.