Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN UMUR POHON DENGAN PRODUKSI DAN MUTU BENIH Acacia mangium Willd., Gmelina arborea Linn., DAN Eucalyptus deglupta Blume Dede J .Sudrajat; Nurhasybi Nurhasybi; Muhammad Zanzibar
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.5.267-277

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kecenderungan hubungan antara umur pohon dengan potensi produksi dan mutu benih , dan . Benih diunduh di Subanjeriji, Sumatera Selatan, sedangkan untuk and diunduh di Kenangan, Kalimantan Timur. Jarak tanam tegakan pada semua tingkat umur adalah 3 x 3 m. Pada setiap umur di ambil 10 pohon yang dipilih secara acak. Parameter mutu benih adalah berat 1.000 butir, daya berkecambah, dan kadar air. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan umur pohon sebagai faktor.Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara umur pohon dengan produksi dan mutu benih. Hasil penelitian menunjukkan umur pohon tidak berpengaruh nyata terhadap produksi dan daya berkecambah, namun berpengaruh nyata terhadap kadar air dan berat 1.000 butir benih. Pada umur pohon berpengaruh nyata terhadap produksi dan mutu benih. Kecenderungan produksi benih meningkat setelah umur 9tahun danmencapai maksimal pada umur 10 tahun kemudian menurun setelah umur 13 tahun, sedangkan daya berkecambah tertingginya terjadi pada umur pohon 11 dan13 tahun.Untuk umur pohon berpengaruh terhadap produksi dan daya berkecambah benih. Produksi benih meningkat pada umur pohon 8 tahun dan mencapai maksimal pada umur pohon 9 tahun kemudian produksinya menurun lagi sejalan dengan bertambahnya umur pohon. Daya berkecambah benih cenderung meningkat dengan meningkatnya umur pohon. Dengan demikian pengunduhan benih optimal dapat dilakukan padategakanberumur 5-12 tahun untuk umur 9-13 tahun dan untuk umur 8-16 tahun.
Kajian metode uji cepat sebagai metode resmi pengujian kualitas benih tanaman hutan di Indonesia Muhammad Zanzibar
JURNAL STANDARDISASI Vol 11, No 1 (2009): Vol. 11(1) 2009
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v11i1.41

Abstract

Physiological quality is one of the parameter used to determine the seed quality standard in a certification procedure. Information on the physiological quality often not readily available since germination test as a direst test takes time. Rapid test can predict the potency of a seed lot quickly yet accurately but it requires standardization of procedures and interpretation keys. This method relies on the tight correlation between physiological/development of a seed and its viability. In applying a rapid test, the suitability of the test toward the species needs to be determined. Compared to direct test, significant time saving are obtained for 13-34 days with TZ test, 13 – 44 days with cutting test and X-ray test, 7 – 25 days with hydrogen peroxide, 8 – 37 days with excision test and 12 – 19 days with leachate conductivity test. The TZ test and cutting test have been accommodated in the regulation on the physical and physiological test on forestry seeds. The other rapid tests such as excision, hydrogen peroxide, XC-Radiography and leachate conductivity need to be included in that regulation as well. The analyst for the rapid test for this rapid test should be an official that has been certified through intensive training. (peng)