Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMBERIAN AIR IRIGASI PADA BUDIDAYA PADI SRI DI MUSIM HUJAN DAN KEMARAU (STUDI KASUS PETAK TERSIER CMA 5 KI, DI CIRAMAJAYA, TASIKMALAYA) Hanhan A Sofiyuddin; Joko Triyono; Subari Subari
JURNAL TEKNIK HIDRAULIK Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Teknik Hidraulik
Publisher : Pusat Litbang Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (872.733 KB) | DOI: 10.32679/jth.v1i2.235

Abstract

Ketersediaan dan kebutuhan air yang berbeda antara musim hujan dan kemarau menyebabkan budidaya SRI memerlukan pengelolaan irigasi yang berbeda. Pengelolaan irigasi hemat air pada budidaya padi SRI mengatur agar kebutuhan air tanaman terpenuhi, namun menghendaki adanya periode kering yang cukup agar akar dapat tumbuh dengan optimal dan mikoorganisme dalam tanah dapat beraktivitas untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Periode basah dan kering tersebut sangat ditentukan oleh tinggi genangan maksimum dan interval irigasi. Untuk menganalisa hal tersebut, studi kasus pemberian air irigasi dilakukan di petak tersier CMA 5 Ki Daerah Irigasi Ciramajaya. Analisa menggunakan model neraca air dilakukan untuk menetukan tinggi genangan maksimum dan interval irigasi yang optimal untuk penerapan SRI pada musim hujan dan kemarau. Pengaturan tinggi genangan maksimum dilakukan dengan meninggikan atau merendahkan outlet drainase. Pada musim hujan, outlet drainasi perlu diatur setinggi elevasi lahan (0 cm) agar kelebihan air karena hujan dapat langsung terbuang dan tanah tidak berada pada kondisi jenuh terlalu lama. Pada kondisi ini interval irigasi adalah 2 10 hari pada fase vegetatif dan 4 14 hari pada fase generatif. Pada musim kemarau, tinggi outlet drainasi perlu dipasang setinggi 1 cm dari permukaan lahan. Pada kondisi ini interval irigasi adalah 2 3 harian pada fase vegetatif dan 4 5 harian pada fase generatif.
Pengaruh Alginat Rumput Laut sebagai Zat Pengikat pada Peningkatan Mutu Bata Merah Pejal Subari Subari; Kuntari Adi Suhardjo
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.182 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v5i2.58

Abstract

Solid red brick is one of the building materials that still used until now. The quality of solid red brick can be improved by adding alginate seaweed as a binder. The addition of alginate is intended to improve the elasticity of the clay mixed with sand. Seaweed is algae chlorophyll group, which can be found in almost all parts of Indonesia. One produced from seaweed is alginate. This research will be studied on the effect of the material composition of clay, sand and alginate on the quality of solid red brick. It can be seen from these results that the composition of the material and the combustion temperature give effect on dry shrinkage, shrinkage fuel, shrinkage amount, compressive strength, and water absorption. In the main trial produced the best material composition ratio of 90 (clay) : 10 (sand) : 10 (alginate) as additive for binder with a firing temperature of 800°C while the value of dry shrinkage, firing shrinkage, total of shrinkage, water absorption and compressive strength are 6.4%; 0.95%; 7.3%; 37.3% and 201.6 kg/cm2, respectively. Based on the compressive strength value, such composition has fulfilled the requirement for solid red brick class 150. Bata merah pejal adalah salah satu bahan bangunan yang hingga saat ini masih digunakan. Untuk  meningkatkan kualitas bata merah pejal dapat dilakukan dengan  menambahkan alginat dari rumput laut sebagai zat pengikat. Penambahan alginat ini dimaksudkan untuk meningkatkan sifat  elastisitas  tanah liat yang dicampur pasir. Salah satu hasil olahan dari rumput laut adalah alginat. Pada penelitian ini akan dilakukan  studi  tentang  pengaruh komposisi bahan: tanah liat, pasir dan alginat rumput laut terhadap kualitas bata merah pejal. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa komposisi bahan serta suhu  pembakaran berpengaruh terhadap susut kering, susut bakar, susut jumlah, kuat tekan, dan daya serap air. Pada percobaan perbandingan komposisi bahan terbaik yaitu 90 (tanah liat) : 10 (pasir) : 10 (alginat) sebagai bahan aditif yang berfungsi untuk pengikat dengan temperatur pembakaran 800oC dimana nilai susut kering, susut bakar, susut jumlah, daya serap air, dan kuat tekan secara berurutan adalah 6,4%; 0,95%; 7,3%; 37,3%; dan 201,6 kg/cm2. Dilihat dari nilai kuat tekannya  komposisi tersebut telah memenuhi syarat mutu bata merah pejal kelas 150.