Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KARAKTERISTIK PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN SERTA POTENSI REPRODUKSI WERU (ALBIZIA PROCERA) DI PANCURENDANG- MAJALENGKA Dida Syamsuwida; Dharmawati F Djam'an; Sofwan Bustomi
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.67 KB) | DOI: 10.20886/bptpth.2015.3.1.21-30

Abstract

Weru (Albizia procera)adalah tanaman Leguminosaeyang memiliki berbagai manfaat mulai dari kayu energi, daun untuk pakan ternak hingga peneduh pada perkebunan teh.Tujuan penelitian adalah memberikan informasi karakteristik pembungaan dan pembuahan serta potensireproduksinyasehingga waktu pemanenan yang tepat dapat diketahui danproduksi buah yang dihasilkan dapat diestimasi. Pengamatan dilaksanakan di Desa Pancurendang, Kabupaten Majalengka. Sebanyak 10 pohon sampel dipilih untuk pengamatan pembungaan dan masing-masing ditandai 5 cabang berbunga. Hasil pengamatan menunjukkan inisiasi bunga weru terjadi lebih dari 2 bulan, dengan siklus reproduksi tanaman berlangsung selama 7-8 bulan. Siklus diawali dengan munculnya tunas generatif pada bulan Februari, kemudian menjadi kuncup bunga pada bulan Maret dan bunga mekar bulan April. Perkembangan menjadi buah muda pada bulan Mei-Juni. Pemanenan buah dapat dilakukan pada bulan September-Oktober. Ratio bunga menjadi buah (fruit set) weru rata-rata 41%, seed set 85% dan keberhasilan reproduksi (KRSP) 35%.
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH IBA TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK KALIANDRA (Calliandra calothyrsus Meisner) Kurniawati Purwaka Putri; NFN Danu; Sofwan Bustomi
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/bptpth.2014.2.1.49-58

Abstract

Energi biomasa berupa kayu dapat membantu memenuhi kebutuhan energi masyarakat pedesaan. Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meisner) merupakan jenis kayu keras yang memiliki tekstur cukup padat, mudah kering dan sifatnya mudah terbakar, sehingga sangat ideal sebagai sumber energi berbasis biomasa seperti pelet kayu, kayu bakar dan kayu arang. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman penghasil kayu energi diperlukan teknik perbanyakan klon-klon unggul yang hanya dapat dilakukan dengan menggunakan teknik vegetatif diantaranya penyetekan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ZPT IBA yang terbaik untuk perbanyakan stek pucuk C. calothyrsus. Perbanyakan kaliandra dapat dilakukan tanpa penambahan ZPT IBA dengan persen berakar dan jumlah akar yang dihasilkan sebesar 88,76 % dan 3 buah. Pemberian ZPT IBA 750 ppm dapat meningkatkan jumlah akar 25 buah dengan persen berakar 76,25% pada stek pucuk kaliandra.
Potensi masak tebang lima tipe sagu (Metroxylon sagu Rottb.) di kawasan hutan sagu Sentani, Papua Mature palm potency of five types of sago (Metroxylon sagu Rottb.) at sago forest area of Sentani, Papua Tati ROSTIWATI; Rina BOGIDARMANTI; Batseba A SURIPATTY; Sofwan BUSTOMI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 82, No 1: Juni 2014
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.84 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v82i1.26

Abstract

Abstract Sago palm (Metroxylon sagu Rottb.) is one of the most potential starch-producing crops, however its utilization has not yet optimal, only around 10%, and mostly from sago trees grown near the villages. The objective of this research was to collect data of the potentially productive trees which are Mid Trunk (MT) and Mature Palm (MP) at sago forest of Sentani, Papua province. Survey method was used for this research by making inventory tracks into three plots as subpopulation and three inventory tracks in every plot with 100 m length and 50 m width, and the distance between tracks was 150 m to find out the spreading and approximation of potential trees through multistage analysis. The observed parameters were number of cluster, number of MT and MP for every types of sago palm. The results show that there were three intra-species of spiny sago palms called Yakari, Bata, and Dondo, and two intra-species of unspiny sago palms called Yebha and Ojokuru. The dominant sago type was Yebha. The cluster was spreading sporadically with coefficient of variance (CV) at 24.3, The predicted number of MT was higher than MP. Numbers of MT and MP for every hectare of sago forest were very low, 1.3 MT/ha and 0.3 MP/haAbstrak Tanaman sagu (Metroxylon sagu Rottb.) merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang sangat potensial, namun pemanfaataannya masih belum optimal, yaitu hanya sekitar 10%, dan sebagian besar merupakan tanaman sagu yang tumbuh di sekitar perkampungan. Tujuan dari peneli-tian ini adalah mendapatkan data pohon yang berpotensi produktif yaitu pohon Belum Masak Tebang (BMT) dan  pohon Masak Tebang (MT) di kawasan hutan sagu Sentani, provinsi Papua.  Metode survai digunakan pada penelitian ini dengan membuat jalur-jalur inventarisasi dalam  tiga plot sebagai sub-populasi dan  tiga jalur inventarisasi di setiap plot dengan panjang jalur 100 m, lebar jalur 50 m dan jarak antar jalur 150 m untuk mengetahui tebaran dan penaksiran potensi pohon melalui  analisis multi tahap. Parameter yang diamati adalah jumlah rumpun, pohon BMT dan MT untuk setiap jenis sagu. Hasil yang diperoleh: menunjukkan bahwa terdapat  tiga spesies sagu berduri yaitu, Yakari, Bata, Dondo dan dua spesies sagu tidak berduri yaitu:Yeba dan Ojokuru. Jenis yang mendominasi adalah Yebha. Terlihat adanya tebaran rumpun yang sporadis dengan koefisien keragaman (CV) =24,30, dengan jumlah pohon BMT yang lebih tinggi dibandingkan pohon MT. Hasil penaksiran menunjukkan bahwa jumlah pohon per hektar sangat rendah berturut-turut  BMT 1,3 pohon/ha dan MT 0,3 pohon per ha.
Potensi masak tebang lima tipe sagu (Metroxylon sagu Rottb.) di kawasan hutan sagu Sentani, Papua Mature palm potency of five types of sago (Metroxylon sagu Rottb.) at sago forest area of Sentani, Papua Tati ROSTIWATI; Rina BOGIDARMANTI; Batseba A SURIPATTY; Sofwan BUSTOMI
Menara Perkebunan Vol. 82 No. 1: 82 (1), 2014
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v82i1.26

Abstract

Abstract Sago palm (Metroxylon sagu Rottb.) is one of the most potential starch-producing crops, however its utilization has not yet optimal, only around 10%, and mostly from sago trees grown near the villages. The objective of this research was to collect data of the potentially productive trees which are Mid Trunk (MT) and Mature Palm (MP) at sago forest of Sentani, Papua province. Survey method was used for this research by making inventory tracks into three plots as subpopulation and three inventory tracks in every plot with 100 m length and 50 m width, and the distance between tracks was 150 m to find out the spreading and approximation of potential trees through multistage analysis. The observed parameters were number of cluster, number of MT and MP for every types of sago palm. The results show that there were three intra-species of spiny sago palms called Yakari, Bata, and Dondo, and two intra-species of unspiny sago palms called Yebha and Ojokuru. The dominant sago type was Yebha. The cluster was spreading sporadically with coefficient of variance (CV) at 24.3, The predicted number of MT was higher than MP. Numbers of MT and MP for every hectare of sago forest were very low, 1.3 MT/ha and 0.3 MP/haAbstrak Tanaman sagu (Metroxylon sagu Rottb.) merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang sangat potensial, namun pemanfaataannya masih belum optimal, yaitu hanya sekitar 10%, dan sebagian besar merupakan tanaman sagu yang tumbuh di sekitar perkampungan. Tujuan dari peneli-tian ini adalah mendapatkan data pohon yang berpotensi produktif yaitu pohon Belum Masak Tebang (BMT) dan  pohon Masak Tebang (MT) di kawasan hutan sagu Sentani, provinsi Papua.  Metode survai digunakan pada penelitian ini dengan membuat jalur-jalur inventarisasi dalam  tiga plot sebagai sub-populasi dan  tiga jalur inventarisasi di setiap plot dengan panjang jalur 100 m, lebar jalur 50 m dan jarak antar jalur 150 m untuk mengetahui tebaran dan penaksiran potensi pohon melalui  analisis multi tahap. Parameter yang diamati adalah jumlah rumpun, pohon BMT dan MT untuk setiap jenis sagu. Hasil yang diperoleh: menunjukkan bahwa terdapat  tiga spesies sagu berduri yaitu, Yakari, Bata, Dondo dan dua spesies sagu tidak berduri yaitu:Yeba dan Ojokuru. Jenis yang mendominasi adalah Yebha. Terlihat adanya tebaran rumpun yang sporadis dengan koefisien keragaman (CV) =24,30, dengan jumlah pohon BMT yang lebih tinggi dibandingkan pohon MT. Hasil penaksiran menunjukkan bahwa jumlah pohon per hektar sangat rendah berturut-turut  BMT 1,3 pohon/ha dan MT 0,3 pohon per ha.
KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU PADA HUTAN TROPIS BERBUKIT DI KALIMANTAN TENGAH Soenarno; Wesman Endom; Sofwan Bustomi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 35 No. 4 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : BRIN Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.4.273-288

Abstract

One indicator of sustainable forest management is the minimum impact of residual stand damage caused by timber harvesting activities. This paper examines stand damage due to timber harvesting on hilly tropical forest, Central Kalimantan. The study was carried out using samples plot of 200 m x 100 m that was systematically placed on three selected cutting plots with different chainsaw operators working experience. Results showed that the degree of residual stands damage due to timber harvesting ranged between 19.37 – 34.9% with an average of 24.37% categorized as light stand damage. The average stands damage due to felling was 16.27% and skidding was 8.1%. Unexperienced chainsaw operators tend to cause greater damage than well trained chainsaw. Type of residual damage due to the felling on either sloping, rather steep or steep terrain was dominated by broken tree trunks. The most common type of residual stand damage due to skidding was the collapsed or tilted trees. The residual stand damage due to timber harvesting could be reduced by imposing intensive supervision in the felling sites and provide training and/or refresher to chainsaw and skidding tractor operators especially on cutting technique and environmentally friendly skidding.