Nurul Imtihan
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kultur Sekolah dan Kinerja Peserta Didik Man Yogyakarta Iii Nurul Imtihan
Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 6 No 2 (2018): Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Publisher : LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.104 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan karakteristik kultur sekolah dan kinerja siswa fokus pada upaya mengkaji (1) karakteristik kultur sekolah terkait dengan aspek sejarah, visi dan misi, core value, dan artifak; (2) karakteristik kinerja siswa dan subkultur yang menopangnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kulaitatif-naturalistik. Objek penelitian ini adalah berupa aspek artifisial dan dinamika psikologis-behavioral dalam kehidupan sekolah di MAN Yogyakata III. Data penelitian ini dikumpulkan melalui dokumen, observasi berperan serta, dan wawancara mendalam dengan kepala madrasah, guru, karyawan, dan peserta didik. Analisis data dilakukan mengacu pada model analisis induktif Guba. Langkah memproses data secara naturalistik dalam hal ini ialah: pertama, menyatukan ke dalam unit-unit; kedua, katagorisasi; ketiga, membuat dan merumuskan teori; keempat, menuliskan teori dengan cara menguraikan temuan-temuan dalam bentuk penelitian kasus. Temuan penelitian menunjukan: (1) karakteristik kultur sekolah yang berkembang terkait erat dengan aspek sejarah madrasah ini. (2) Kelahiran visi menjadi momentum upaya rekulturisasi yang membawa kemajuan. (3) ULTRAPRIMA adalah visi sekaligus konsep khas mengenai sistem nilai budaya utama (core value) yang diwujudkan dengan menanamkan kedisiplinan, kerja keras, kerja sama, kemandirian, kompetisi dan semangat membaca. (4) Internalisasi visi dan nilai ULTRAPRIMA pada pribadi komunitas sekolah dilakukan dalam sebuah lingkungan belajar yang didesain dengan konsep ‘Kampus Hijau’. (5). Karakteristik kinerja peserta didik dapat dikatagorikan dalam dua bagian yaitu peserta didik yang berkinerja tinggi, memiliki subkultur positif yang berasumsi bahwa memenangkan persaingan membutuhkan kesungguhan, dan bahwa prestasi dan prestise adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan dipertahankan. Kedua, siswa yang berkinerja rendah, memiliki subkultur negatif yakni menganggap bahwa masih terdapat inkonsistensi dalam pengawasan penerapan tata tertib yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pelanggaran, dan krisis persepsi diri.
ANALYSIS OF PROBLEM AND NEED ON THE AFFECTIVE ASSESMENT IMPLEMENTATION FOR LEARNERS IN MADRASAH ALIYAH Nurul Imtihan; Ahyar Ahyar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2018: PROCEEDING 1ST INSELIDEA INTERNATIONAL SEMINAR ON EDUCATION AND DEVELOPMENT OF ASIA (INseIDEA)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.099 KB)

Abstract

This paper aims to report various issues related to affective domain assessment in an effort tounderstand the needs of teachers in implementing affective assessment in Madrasah Aliyah. Data collection isdone through interview technique and focus group discussion (FGD). The collected data were analyzedinductively to produce meaningful information points. Predicate as a public school characteristic of Islamicreligion attached to Madrasah Aliyah institution has implications to the demands of realizing the character ofmorality or morals as a value of excellence for learners. Implementation of education system in Madrasah Aliyahwhich has been accused still has weaknesses require real efforts to improve its quality. The development ofvalue-based affective assesment instruments combined with the scale of religiosity is representative to expressand recognize the disposition of learners’s affective characteristics more broadly and fundamentally for theinterest of improving the assessment system in particular and improving the quality of education in general. Kata Kunci : development of assessment instruments, domain afektif, focus group discussion, madrasah aliyah.
Kultur Sekolah dan Kinerja Peserta Didik Man Yogyakarta Iii Nurul Imtihan
Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 6 No 2 (2018): Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Publisher : LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan karakteristik kultur sekolah dan kinerja siswa fokus pada upaya mengkaji (1) karakteristik kultur sekolah terkait dengan aspek sejarah, visi dan misi, core value, dan artifak; (2) karakteristik kinerja siswa dan subkultur yang menopangnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kulaitatif-naturalistik. Objek penelitian ini adalah berupa aspek artifisial dan dinamika psikologis-behavioral dalam kehidupan sekolah di MAN Yogyakata III. Data penelitian ini dikumpulkan melalui dokumen, observasi berperan serta, dan wawancara mendalam dengan kepala madrasah, guru, karyawan, dan peserta didik. Analisis data dilakukan mengacu pada model analisis induktif Guba. Langkah memproses data secara naturalistik dalam hal ini ialah: pertama, menyatukan ke dalam unit-unit; kedua, katagorisasi; ketiga, membuat dan merumuskan teori; keempat, menuliskan teori dengan cara menguraikan temuan-temuan dalam bentuk penelitian kasus. Temuan penelitian menunjukan: (1) karakteristik kultur sekolah yang berkembang terkait erat dengan aspek sejarah madrasah ini. (2) Kelahiran visi menjadi momentum upaya rekulturisasi yang membawa kemajuan. (3) ULTRAPRIMA adalah visi sekaligus konsep khas mengenai sistem nilai budaya utama (core value) yang diwujudkan dengan menanamkan kedisiplinan, kerja keras, kerja sama, kemandirian, kompetisi dan semangat membaca. (4) Internalisasi visi dan nilai ULTRAPRIMA pada pribadi komunitas sekolah dilakukan dalam sebuah lingkungan belajar yang didesain dengan konsep ‘Kampus Hijau’. (5). Karakteristik kinerja peserta didik dapat dikatagorikan dalam dua bagian yaitu peserta didik yang berkinerja tinggi, memiliki subkultur positif yang berasumsi bahwa memenangkan persaingan membutuhkan kesungguhan, dan bahwa prestasi dan prestise adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan dipertahankan. Kedua, siswa yang berkinerja rendah, memiliki subkultur negatif yakni menganggap bahwa masih terdapat inkonsistensi dalam pengawasan penerapan tata tertib yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pelanggaran, dan krisis persepsi diri.