Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Fatwa di Indonesia: Perubahan Sosial, Perkembangan dan Keberagamaan Fauzi, Niki Alma Febriana
Jurnal Hukum Novelty Vol 8, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Law, Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.251 KB)

Abstract

Dalam tulisan ini saya akan mendiskusikan tentang fatwa di Indonesia, terutama sejarah, perkembangan, keberagaman dan penggunaannya sebagai instrumen perubahan sosial. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia telah memainkan peran penting dalam pengembangan pemberian fatwa.  Sebelum institusi fatwa muncul di Indonesia pada abad ke-20, Muslim lokal Indonesia telah meminta fatwa kepada salah seorang grand mufti di Arab Saudi. Akan tetapi selama satu abad terakhir ini, paling tidak telah ada tiga institusi fatwa dan juga dua fatwa individual yang telah muncul dan memberikan fatwa kepada Muslim Indonesia. Kesimpulan saya dalam tulisan ini adalah bahwa fatwa di Indonesia lebih beragam pada sisi konten dan otoritas pemberinya dibandingkan di negara Islam yang lain. Selain itu fatwa di Indonesia tidak hanya menjadi sumber tuntunan keagamaan, tetapi juga menjadi instrumen penting perubahan sosial dalam masyarakat.
MANHAJ KRITIK MATAN ‘Ā’ISYAH RA Febriana Fauzi, Niki Alma
MUWAZAH Vol 5 No 1: Juni 2013
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.466 KB)

Abstract

Abstract : This paper discussed the methods used by ‘Ā’isyah as benchmark in criticizing matan hadith. The accusation against Islam about the lack of methodology in the study of hadith criticism, especially matan criticism, has forced contemporary Islamic scholars to create a method that can be used to criticize the substance of hadith. Indeed, the principles in criticized matan hadith have been made and used by ‘Ā’isyah. The ‘Ā’isyah manhaj of matan criticism has been tested the reliability. The writer concluded that the methodology of ‘Ā’isyah manhaj of matan criticism was proven reliable for tested the authenticity of hadith by used the correspondence of truth and coherence theories in philosophical epistemology as the method of analysis. Abstrak : Makalah ini membahas metode yang digunakan oleh 'Ā'isyah sebagai patokan dalam mengkritik matan hadis. Tuduhan terhadap Islam tentang kurangnya metodologi dalam studi kritik hadits, terutama kritik matan, telah memaksa ulama Islam kontemporer untuk menciptakan sebuah metode yang dapat digunakan untuk mengkritik substansi hadis. Memang, prinsip-prinsip dalam mengkritik hadits matan telah dibuat dan digunakan oleh 'Ā'isyah. The 'Ā'isyah manhaj kritik matan telah diuji reliabilitas. Penulis menyimpulkan bahwa metodologi 'Ā'isyah manhaj kritik matan terbukti dapat diandalkan untuk menguji keaslian hadits dengan menggunakan korespondensi kebenaran dan koherensi teori dalam epistemologi filsafat sebagai metode analisis.
Muhammadiyah's New Fiqh Reasoning : Constructing a Holistic Islamic Law Paradigm Niki Alma Febriana Fauzi
Afkaruna: Indonesian Interdisciplinary Journal of Islamic Studies Vol 15, No 1: June 2019
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/AIIJIS.2019.0094.32-54

Abstract

This paper attempts to trace Muhammadiyah's new fiqh reasoning in Islamic legal discourse, and its probability to become a holistic legal paradigm. In the leadership of Syamsul Anwar, Muhammadiyah through Majelis Tarjih introduced the idea of a new fiqh concept which is considered to be different from the classical fiqh concept. This fiqh reasoning has produced many tarjih products, such as Fiqh Air (Water Jurisprudence), Fikih Kebencanaan (Disaster Jurisprudence), etc. On the basis of that considerations, this paper wants to answer some crucial questions; First, how exactly is Muhammadiyah's new fiqh reasoning and what is the difference between classical fiqh concept?; Second, where is the position of Muhammadiyah's new fiqh reasoning in the perspective of contemporary Islamic law studies that are developing, especially in the West ?; and Third, as a concept that produces ijtihad products, then there is a probability of Muhammadiyah's fiqh reasoning can become a new paradigm of Islamic law. The question is, how far is the probability?
Editorial Note Vol 1 Nomor 1 Yoyo Yoyo; Niki Alma Febriana Fauzi; Jannatul Husna
IJISH (International Journal of Islamic Studies and Humanities) Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/ijish.v1i1.1473

Abstract

Fatwa di Indonesia: Perubahan Sosial, Perkembangan dan Keberagamaan Niki Alma Febriana Fauzi
Jurnal Hukum Novelty Vol 8, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.251 KB) | DOI: 10.26555/novelty.v8i1.a5524

Abstract

Dalam tulisan ini saya akan mendiskusikan tentang fatwa di Indonesia, terutama sejarah, perkembangan, keberagaman dan penggunaannya sebagai instrumen perubahan sosial. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia telah memainkan peran penting dalam pengembangan pemberian fatwa.  Sebelum institusi fatwa muncul di Indonesia pada abad ke-20, Muslim lokal Indonesia telah meminta fatwa kepada salah seorang grand mufti di Arab Saudi. Akan tetapi selama satu abad terakhir ini, paling tidak telah ada tiga institusi fatwa dan juga dua fatwa individual yang telah muncul dan memberikan fatwa kepada Muslim Indonesia. Kesimpulan saya dalam tulisan ini adalah bahwa fatwa di Indonesia lebih beragam pada sisi konten dan otoritas pemberinya dibandingkan di negara Islam yang lain. Selain itu fatwa di Indonesia tidak hanya menjadi sumber tuntunan keagamaan, tetapi juga menjadi instrumen penting perubahan sosial dalam masyarakat.
Fikih Informasi : Muhammadiyah’s Perspective on Guidance in Using Social Media Niki Alma Febriana Fauzi; Ayub Ayub
Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies Vol 9, No 2 (2019): Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies
Publisher : IAIN Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/ijims.v9i2.267-293

Abstract

This paper examines a recent product of Muhammadiyah’s collective ijtihad, namely Fikih Informasi (fiqh of information). Fikih Informasi is one of the outcomes of the 30th National Meeting of Majelis Tarjih dan Tajdid (Muhammadiyah’s Council of Religious Affairs). Fikih Informasi represents Muhammadiyah’s attempt to provide guidance for its members and the Muslim community at large, on a usage of social media whch is based on Islamic teachings. The term fikih is an Indonesian word adapted from Arabic word fiqh and Majelis Tarjih’s understanding of the term does not entirely resemble the classical concept of fiqh as understood by majority of Muslim jurists. For this reason, in the first instance this article will explore Majelis Tarjih’s conception of the word fikih then will proceed to examine its application in the context of social media usage. During this process, the paper will argue that Majelis Tarjih employs the term fikih in its literal and Qur’anic meaning rather than using it in its technical sense. As a result, instead of merely referring fikih as the body of legal provisions which it represents, Majelis Tarjih presents fikih as a comprehensive guidance tool, consisting of three level of hierarchically structured norms. As a consquence, Fikih Informasi is not only contains “dos and donts” but also the philosophical principles and sets of values to which users of social media should adhere. In these contexts, this paper critically discusses the limitations of Fikih Informasi, both in its framework and as well as in its content.. Makalah ini membahas produk ijtihad kolektif Muhammadiyah baru-baru ini, yaitu Fikih Informasi. Fikih Informasi adalah salah satu hasil dari Pertemuan Nasional ke-30 Majelis Tarjih dan Tajdid (Dewan Urusan Agama Muhammadiyah) ke-30. Fikih Informasi mewakili upaya Muhammadiyah untuk memberikan panduan bagi para anggotanya dan komunitas Muslim pada umumnya, tentang penggunaan media sosial yang didasarkan pada ajaran Islam. Istilah fikih adalah kata Indonesia yang diadaptasi dari kata Arab fiqh dan pemahaman Majelis Tarjih tentang istilah itu tidak sepenuhnya menyerupai konsep klasik fiqh sebagaimana dipahami oleh mayoritas ahli hukum Islam. Untuk alasan ini, dalam contoh pertama artikel ini akan mengeksplorasi konsepsi Majelis Tarjih tentang kata fikih kemudian akan melanjutkan untuk memeriksa penerapannya dalam konteks penggunaan media sosial. Selama proses ini, makalah ini akan berpendapat bahwa Majelis Tarjih menggunakan istilah fikih dalam arti literalnya dan al-Qur’an daripada menggunakannya dalam pengertian teknis. Akibatnya, alih-alih hanya menyebut fikih sebagai badan ketentuan hukum yang diwakilinya, Majelis Tarjih menghadirkan fikih sebagai alat panduan yang komprehensif, yang terdiri dari tiga tingkat norma terstruktur secara hierarkis. Sebagai konsekuensinya, Fikih Informasi tidak hanya berisi “dos and don’ts” tetapi juga prinsip-prinsip filosofis dan serangkaian nilai yang harus dipatuhi oleh pengguna media sosial. Dalam konteks ini, makalah ini secara kritis membahas keterbatasan Fikih Informasi, baik dalam kerangka kerjanya maupun dalam kontennya.
MANHAJ KRITIK MATAN ‘Ā’ISYAH RA Niki Alma Febriana Fauzi
Muwazah Vol 5 No 1 (2013)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v5i1.341

Abstract

Abstract : This paper discussed the methods used by ‘Ā’isyah as benchmark in criticizing matan hadith. The accusation against Islam about the lack of methodology in the study of hadith criticism, especially matan criticism, has forced contemporary Islamic scholars to create a method that can be used to criticize the substance of hadith. Indeed, the principles in criticized matan hadith have been made and used by ‘Ā’isyah. The ‘Ā’isyah manhaj of matan criticism has been tested the reliability. The writer concluded that the methodology of ‘Ā’isyah manhaj of matan criticism was proven reliable for tested the authenticity of hadith by used the correspondence of truth and coherence theories in philosophical epistemology as the method of analysis. Abstrak : Makalah ini membahas metode yang digunakan oleh 'Ā'isyah sebagai patokan dalam mengkritik matan hadis. Tuduhan terhadap Islam tentang kurangnya metodologi dalam studi kritik hadits, terutama kritik matan, telah memaksa ulama Islam kontemporer untuk menciptakan sebuah metode yang dapat digunakan untuk mengkritik substansi hadis. Memang, prinsip-prinsip dalam mengkritik hadits matan telah dibuat dan digunakan oleh 'Ā'isyah. The 'Ā'isyah manhaj kritik matan telah diuji reliabilitas. Penulis menyimpulkan bahwa metodologi 'Ā'isyah manhaj kritik matan terbukti dapat diandalkan untuk menguji keaslian hadits dengan menggunakan korespondensi kebenaran dan koherensi teori dalam epistemologi filsafat sebagai metode analisis.
HUKUM SEORANG WANITA YANG MAKMUM KEPADA SEORANG LELAKI YANG BUKAN MUHRIM Niki Alma Febriana Fauzi
Muwazah Vol 6 No 2 (2014)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v6i2.444

Abstract

This study discusses the congregation law a woman to a man is not mahram. In society, consciously or unconsciously habit congregation woman to a man become commonplace. This raises questions regarding how the law? A tradition relates that the Prophet Muhammad, had been a priest of a beautiful woman who is not mahram. The hadith is weak status, but by looking at a few other reasons and arguments, concluded that the law of the congregation woman to a man who is not mahram is allowed. Penelitian ini membahas hukum jemaat seorang wanita untuk seorang pria bukan mahram. Dalam masyarakat, sadar atau tidak sadar kebiasaan jemaat wanita untuk seorang pria menjadi hal yang biasa. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana hukum? Tradisi menceritakan bahwa Nabi Muhammad, telah menjadi imam wanita cantik yang bukan mahram. Hadits ini statusnya lemah, tetapi dengan melihat beberapa alasan lain dan argumen, menyimpulkan bahwa hukum wanita jemaat dengan seorang pria yang bukan mahram diperbolehkan
Islam dan Human Trafficking Niki Alma Febriana Fauzi
Muwazah Vol 9 No 2 (2017)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v9i2.1122

Abstract

This article examines the issue of human trafficking at once how did the Prophet effort in countering it in the early period of Islam. Indeed, the term of human trafficking has not arisen yet in the Prophet’s period. However, because the human trafficking was considered as a modern slavery, then the hadith that narrated regarding slavery practices at the time it can be as data of this study. This study concludes the practice of the elements human trafficking have been in the Prophet’s period, even it far away before that. Precisely Prophet Muhammad with Islam eradicates the practice of slavery bit by bit. At least, there are four efforts that the Prophet did exterminate the slavery at the time: First, to elevate the slave’s level for equaling the normal human being and to act good to the slave. Second, to motivate the Companions in order to compete to liberate the slave. Third, to intimidate those who do the practices of human trafficking. Fourth, to make the liberation of slavery as the mechanism to apply the sanction for the infraction of religion teachings (kaffārah).
SYAMSUL ANWAR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB-RUKYAT Niki Alma Febriana Fauzi
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.256 KB) | DOI: 10.30596/jam.v1i1.742

Abstract

Tulisan ini membahas pemikiran Syamsul Anwar dalam bidang ilmu falak, terutamadalam bidang hisab-rukyat. Di tengah minimnya ahli falak di Indonesia, terlebih di lingkungan Muhammadiyah, nama Syamsul Anwar terasa masih sangat asing di telinga kebanyakan orang.  Akan  tetapi  jika  kita  melihat  lebih  saksama  sesungguhnya dari tangan  Syamsul  Anwar-lah  banyak  pemikiran-pemikiran  cemerlang  tentang  hisab- rukyat lahir dan sangat terasa kontribusinya bagi Muhammadiyah khususnya dan masyarakat  Indonesia  pada  umumnya.  Tulisan  ini   memokuskan  pada  beberapa pemikiran Syamsul Anwar dalam bidang hisab-rukyat, yaitu mengenai kontekstualisasi pemahaman hadis-hadis tentang rukyat, hisab hakiki sebagai metode penentuan awal bulan dan interkoneksi studi hadis dan astronomi.