Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DETEKSI KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT HIMAWARI-8 DI KALIMANTAN TENGAH Alpon Sepriando; Hartono Hartono; Retnadi Heru Jatmiko
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 20 No. 2 (2019): December 2019
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v20i2.3884

Abstract

IntisariKebakaran hutan dan lahan terjadi hampir setiap tahun di Indonesia, terutama di wilayah Sumatera dan Kalimantan saat musim kemarau. Deteksi kebakaran hutan dan lahan dengan citra satelit menggunakan indikator yang disebut titik panas. Titik panas yang digunakan saat ini di Indonesia diperoleh dari pengolahan data citra satelit berorbit polar (MODIS dan VIIRS) dengan resolusi temporal yang rendah, yaitu hanya 6 kali dalam sehari. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan data citra satelit Himawari-8 untuk deteksi kebakaran hutan dan lahan yang menghasilkan titik panas dengan resolusi temporal 10 menit, dimana hasilnya di validasi dengan citra polar dan data kebakaran lapangan. Lokasi penelitian berada di Provinsi Kalimantan Tengah dan waktu penelitian adalah bulan September 2019. Data yang digunakan untuk pengolahan adalah 5 saluran Advanced Himawari Imager, peta batas administrasi dan tutupan lahan. Pemrosesan data citra satelit mencakup pemilihan piksel penutup lahan dan batas administrasi, penentuan waktu pengamatan, eliminasi piksel awan, Algoritma Pemantau Kebakaran Aktif, dan validasi hasil. Data citra Himawari-8 dapat diolah menjadi titik panas dengan temporal 10 menit. Validasi terhadap citra polar memiliki tingkat akurasi 66,2%-75,4%, comission error 28,2-46,9% dan omission error 24,6-33,8%. Tingginya comision error terhadap citra VIIRS dikarenakan citra VIIRS memiliki resolusi spasial yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan citra Himawari-8.  AbstractForest and land fires occur almost every year in Indonesia, especially in Sumatra and Kalimantan during the dry season. Detection of forest and land fires with satellite imagery uses an indicator called a hotspot. The hotspots used today in Indonesia are obtained from the processing of polar orbital satellite image data (MODIS and VIIRS) with a low temporal resolution, which is only six times a day. The purpose of this study is to utilize Himawari-8 satellite imagery data for the detection of forest and land fires that produce hotspots with a temporal resolution of 10 minutes, where the results are validated with polar imagery and field fire data. The research location is in Central Kalimantan Province, and the time of the study is September 2019. Data used for processing are 5 Advanced Himawari Imager channels, administrative boundary maps, and land cover. Processing of satellite imagery data includes the selection of cover pixels and administrative boundaries, determination of observation time, elimination of cloud pixels, Active Fire Monitoring Algorithm, and validation of results. Himawari-8 image data can be processed into hotspots with a temporal 10 minutes. Validation of polar images has an accuracy rate of 66.2% -75.4%, commission error 28.2-46.9% and omission error 24.6-33.8%. The high commission error on the VIIRS image is because the VIIRS image has a much higher spatial resolution compared to the Himawari-8 image. 
Analisis Akurasi MTMF Terhadap Deteksi Jalan Aspal pada Citra Landsat 8 Arief Yamin; Retnadi Heru Jatmiko; Nur Mohammad Farda
CIVED Vol 8, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/cived.v8i1.111234

Abstract

Data geospasial (spasial) jalan telah menjadi kebutuhan penting yang tak terhindarkan dalam kehidupan masyarakat saat ini. Data spasial jalan tidak hanya bisa dimanfaatkan dalam perencanaan dan pemantauan pembangunan wilayah namun juga merambah dalam keseharian masyarakat yang terlihat antara lain dari intensifnya penggunaan aplikasi-aplikasi mobile services berbasis data spasial jalan pada perangkat mobile. Oleh karena itu ketersediaan data spasial jalan yang lengkap-akurat-kekinian mutlak adanya. Pembaruan data spasial jalan melalui deteksi dengan penginderaan jauh menggunakan citra satelit resolusi tinggi telah diterima secara luas sebagai bentuk kompromi antara efisiensi biaya dan waktu dengan tingkat akurasi yang diperlukan. Namun kendalanya akses terhadap citra resolusi tinggi ini sangat terbatas. Penelitian ini menggunakan metode mixture tuned matched filtering (MTMF) untuk mendeteksi fraksi piksel jalan aspal pada citra resolusi menengah yaitu Landsat 8 OLI path 127 row 61 subscene sebagian wilayah Kota Padang yang telah terkoreksi ke level topografik. Akurasi metode MTMF diukur melalui uji akurasi deteksi (sensitivity dan specificity) dan uji akurasi posisi (circular error (CE)90). Hasil uji akurasi deteksi menunjukkan sensitivity sebesar 67,51% dan specificity sebesar 53,02%. Hasil uji akurasi posisi menunjukkan nilai CE90 sebesar 45,07.
PEMANFAATAN FOTO UDARA FORMAT KECIL UNTUK PEMETAAN BIDANG TANAH DI SUB DAS BOMPON Trida Ridho Fariz; Retnadi Heru Jatmiko; Estuning Tyas Wulan Mei; Ardhi Arnanto; Ramlah Ramlah; Muhammad Fauzan Ramadhan
Tunas Geografi Vol 9, No 1 (2020): JURNAL TUNAS GEOGRAFI
Publisher : Department of Geography Education, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/tgeo.v9i1.18058

Abstract

 Remote sensing technology such as small format aerial photography (SFAP) from unmanned aerial vehicle (UAV) or drone can be a solution in accelerating the land parcel mapping in Indonesia. This study aims to determine the level of geometric and planimetric accuracy of SFAP data output in land parcel mapping and describe the step of data processing. The results showed that in land parcel mapping, the main SFAP output data is orthophoto. Therefore, the processing should not need to do the dense cloud process, the orthophoto build process can use DEM from sparse cloud for time efficiency and reduce the relief displacement effect. The orthophoto geometry accuracy is CE90 of 0.44, so it is very well used for mapping 1: 2500 scale, while DSM has a LE90 value of 2.80. Planimetry accuracy of the land parcel distance has met the tolerance standard, while planimetry accuracy of the land parcel area there is 1 parcel that does not meet the tolerance standard. However, in general, SFAP can be used as a basis for land parcel mapping in slightly hilly areas such as Bompon watershed.Keywords:     Small format aerial photo, land parcel, geometric accuracy, planimetric accuracy Teknologi penginderaan jauh seperti foto udara format kecil (FUFK) dari pesawat nir awak bisa menjadi solusi dalam percepatan pemetaan bidang tanah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian geometrik dan planimetrik data keluaran FUFK dalam pemetaan bidang tanah serta mendeskripsikan tahapan-tahapan pengolahan datanya. Hasil penelitian menunujukkan bahwa dalam pemetaan bidang tanah, data keluaran FUFK yang utama adalah ortofoto. Oleh karena itu sebaiknya proses pengolahan tidak perlu melakukan proses dense cloud, proses build orthophoto bisa menggunakan DEM dari sparse cloud untuk efisiensi waktu serta mengurangi efek relief displacement. Ketelitian geometri ortofoto yaitu CE90 sebesar 0,44, sehingga sangat baik digunakan untuk pemetaan skala 1:2500, sedangkan DSM memiliki nilai LE90 sebesar 2,80. Ketelitian planimetrik terhadap jarak bidang tanah telah memenuhi standar toleransi, sedangkan ketelitian planimetrik terhadap luas bidang tanah terdapat 1 bidang yang tidak memenuhi standar toleransi. Walaupun begitu, secara umum FUFK bisa digunakan sebagai dasar pemetaan bidang tanah di wilayah yang sedikit berbukit seperti Sub DAS Bompon.Kata Kunci:  Foto udara format kecil, bidang tanah, ketelitian geometrik, ketelitian planimetrik.
Perbandingan Indeks Lahan Terbangun NDBI dan Land Surface Temperature Dalam Memetakan Kepadatan Bangunan di Kota Medan Andi Syahputra; Retnadi Heru Jatmiko; Dyah Rahmawati Hizbaron; Trida Ridho Fariz
Journal of Science, Technology, and Visual Culture Vol 1 No 1 (2021): Juli 2021
Publisher : Jurusan Teknologi Produksi dan Industri, Institut Teknologi Sumatera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suhu permukaan lahan (LST) di suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi kerapatan vegetasi, kerapatan bangunan, dan jumlah penduduk yang bermukim di daerah tersebut. Medan adalah salah satu kota terbesar di Indonesia dengan tingkat perubahan lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan persentasi kepadatan bangunan dengan suhu permukaan lahan di Kota Medan. Metode pendekatan pixel image analisis dilakukan untuk mendapatkan nilai kerapatan bangunan pada pixel image citra Landsat 8 dengan bantuan citra satelit WorldView-2. Hasil menunjukan suhu permukaan lahan tertinggi pada tahun 2018 sebesar 35, 40C ditemukan di Kecamatan Medan Perjuangan dan terendah sebesar 22,50C di Kecamatan Medan Belawan. Sample kerapatan bangunan dengan tingkat kepadatan sebesar 889,17m juga terdapat di Kecamatan Medan Perjuangan sedangkan sample tingkat kerapatan bangunan terendah terdapat di Kecamatan Medan Timur. Analisis regresi linier pengaruh kepadatan bangunan dengan suhu permukaan lahan didapatkan korelasi (R) sebesar 0,64 dan koefesien determinasi (R2) sebesar 0,411 dan pemodelan kepadatan bangunan berbasis LST ini memiliki korelasi (R) dan koefesien determinasi (R2) sebesar 0,72 dengan RMSE yang didapat sebesar 0,853.