Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab Abd Aziz; Saihu Saihu
Arabiyatuna : Jurnal Bahasa Arab Vol 3, No 2 November (2019)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (803.956 KB) | DOI: 10.29240/jba.v3i2.1000

Abstract

This research concludes that language and humanity are inseparable needs, where language is a tool for thinking for humans. Language which is an expression of the meaning it contains and the ideas it captures come from the universality of universality, including humanity. This research uses descriptive analysis method, by concluding all the data presented in this study. Halliday as one of the basic arguments in writing this article also explained that the function of interactional language, where human interaction is intertwined, one of which is through language, in this context is Arabic. As language users, humans have the emotive and imaginative power to interpret what they hear, what they say, and what they see. When Arabic is released into the public sphere, the resulting meaning will have a contextual correlation, and this meaning also adjusts to the interpreter's conceptual reference. The meaning that is covered by the language rules is extracting humanistic values as a form of enthusiasm to contextualize language texts in a wider scope.
LANDASAN PIKIR PERDEBATAN EKSISTENSI BAHASA ARAB FUSHA DAN ‘AMMIYYAH Abd Aziz
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam Vol 2, No 02 (2019): Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
Publisher : STIT AL-AMIN KREO TANGERANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.716 KB) | DOI: 10.36670/alamin.v2i02.21

Abstract

Bahasa Arab fusha adalah bahasa Arab yang tetap terjaga fasahahnya dan secara prinsip sama dengan bahasa Arab yang digunakan pada masa Jahiliyah dan awal Islam. Sedangkan bahasa Arab ‘ammiyyah adalah bahasa Arab yang telah mengalami banyak perubahan dari bentuk yang fusha, baik aspek kosa-kata maupun strukturnya. Pada akhir abad ke-19 muncul seruan untuk memilih penggunaan ‘ammiyyah sebagai bahasa lisan dan tulisan. Alasannya karena ia digunakan oleh masyarakat Arab secara umum dan bentuk serta strukturnya yang sederhana. Di pihak lain banyak kalangan pembela fusha dengan menyodorkan sejumlah kelemahan ‘ammiyyah sebagai alasan penolakannya. Pada kenyataannya, kedua jenis bahasa Arab ini masih eksis di masyarakat Arab dengan fungsinya masing-masing
TA’RIB DAN SEMANGAT NASIONALISME KEBAHASAAN ARAB Abdul Aziz
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam Vol 2, No 01 (2019): Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
Publisher : STIT AL-AMIN KREO TANGERANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.821 KB) | DOI: 10.36670/alamin.v2i1.15

Abstract

Bahasa Arab tidak pernah berhenti mengasimilasi ilmu yang diterjemahkan dari bahasa lain, seperti bahasa Hindi, Persia, Yunani, Syria, dan lain-lain. Hasil dari itu semua adalah warisan kebahasaan (linguistik) yang padat sisi keilmiahannya, yang pada gilirannya memperkaya bahasa Arab dalam menghadapi proses Arabisasi modern dalam arti seluas-luasnya. Ta’rib menjadi istilah arabisasi, merupakan bahasan mengenai kata serapan (loanwords) dan dianggap sebagai perkembangan makna dalam bahasa Arab. Pada kesimpulannya, sebagai jalan tengah dan sebagai bagian dari upaya menjaga nasionalisme bahasa Arab, bahwa boleh saja mengambil kata-kata asing sebagai upaya terakhir, setelah terlebih dahulu mencari padanannya dalam bahasa Arab, baik dengan merujuk kepada ungkapan lama maupun dengan pembentukan istilah baru. Aliran ini terdapat di Kairo, Damaskus, dan Bagdad
POLITIK PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA: PERLAWANAN PESANTREN TERHADAP HEGEMONI PENDIDIKAN BARAT ERA KOLONIALISME BELANDA Fatkhul Mubin; Abd Aziz
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam Vol 3, No 01 (2020): Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
Publisher : STIT AL-AMIN KREO TANGERANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36670/alamin.v3i1.45

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan Bagaimanakah kebijakan Belanda dalam pendidikan Islam? Bagaimanakah eksistensi pendidikan pesantren di zaman kolonial Belanda? Bagaimanakah hegemoni pendidikan Belanda terhadap pendidikan pesantren? Hasil dari penelitian ini adalah Kebijakan pemerintah Hindia Belanda terhadap pendidikan Islam pada dasarnya bersifat menekan, karena dikhawatirkan akan menimbulkan militansi umat Islam terpelajar yang akan mengancam stabilitas pemerintahan kolonial Belanda. Bagi pemerintah Hindia Belanda, pendidikan tidak hanya bersifat pedagogis-kultural, tetapi juga bersifat pedagogis-politis. Eksistensi pesantren pada zaman kolonialisme Belanda, terkadang oleh kebijakan khusus penyelenggaraan pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda yang memang dimaksudkan untuk dijadikan sebagai instrumen yang ampuh untuk mengurangi dan akhirnya mengalahkan pengaruh Islam di Indonesia. Hal ini terlihat pada testimoni C. Snouck Hurgronje (1857-1936)  bahwa pada 1890, jumlah pendidikan pesantren bertambah, akan tetapi dua puluh tahun berikutnya disaksikan pendidikan Barat mulai meraih kemenangan dalam perlombaan melawan saingannya yang Islam. Hegemoni pendidikan Belanda dalam mengatur kebijakan pendidikan agama, khususnya yang digalakkan oleh pesantren di Indonesia meminjam kacamata Gramsci, berlandaskan pada nalar politis, ideologis dan kultural a la kolonialis untuk memaksakan pengaruh atas kepemerintahannya kepada pribumi Indonesia.
MELACAK SIGNIFIKANSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ISLAM DI INDONESIA Abd Aziz
Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam Vol 2, No 3 (2020): Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/andragogi.v2i3.117

Abstract

This research is a literature study related to Islamic multicultural education in Indonesia. Data collection was carried out through various sources that can be used in relation to the problems of Islamic multicultural education in Indonesia. In searching some literature using a search engine or maybe it is easier to index any type of document. For example, we use Google Scholar with a query containing Social Network clauses, of course the number of clauses will be generated with a list of related documents. The results show that education, whatever its form, must not lose its multicultural dimension, including religious and scientific education, because of the realities in life is essentially multidimensional. Likewise, humans themselves are essentially multidimensional creatures. Therefore, to overcome the existing humanitarian problems, there is no other way than to use a multidimensional approach. And, in it is multicultural education. Indonesia is a country that has ethnic diversity but has the same goal, namely towards a just, prosperous and prosperous society. Given this reality, it is important to develop multicultural education, which is an educational process that provides equal opportunities to all children of the nation regardless of treatment due to differences in ethnicity, culture and religion, which gives respect to diversity, and which gives equal rights to ethnic groups. minorities, in an effort to strengthen unity and integrity, national identity and the image of the nation in the eyes of the international community. In the case of multicultural education, schools must design the learning process, prepare curriculum and evaluation designs, and prepare teachers who have multicultural perceptions, attitudes and behaviors, so that they become parts that make a positive contribution to the development of multicultural attitudes of their students.
PENDIDIKAN ETIKA SOSIAL BERBASIS ARGUMENTASI QURANIK Abd Aziz
Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam Vol 1, No 3 (2019): Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.68 KB) | DOI: 10.36671/andragogi.v1i3.68

Abstract

Penelitian ini dalam kupasannya menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang menggunakan teknik analisis studi kepustakaan (Library Research) atas sejumlah pemaknaan beberapa terjemah tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al-Azhar karya Hamka, terjemah tafsir al-Maragi karya Ahmad Mustafa Al-Maragi, terjemah tafsir al-Munir karya  Wahbah al-Zuhaili, tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab, Tafsir Sya’rawi karya M. Mutawalli Sya’rawi atas surat At-Taubah ayat 71-72 yang dijadikan basis argumentasi quranik, sehingga menghasilkan pendidikan etika sosial; saling tolong menolong tanpa memandang suku, agama, ras, amar ma’ruf nahi munkar yang bentuk operasionalnya adalah saling menasihati, saling memberikan saran dan masukan, bahkan kritik, dan solidaritas berbasis emosi dan rasa yang mampu menciptakan kesetiakawanan sosial.
KRITIK INTRINSIKALITAS DAN EKSTRINSIKALITAS SASTRA MODERN DALAM KAJIAN SASTRA ARAB MODERN Abd Aziz; M. Imam Sofyan Yahya
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 3, No 1 (2019): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.266 KB) | DOI: 10.36671/mumtaz.v3i1.31

Abstract

In the practice of literary criticism, including Arabic literature, there are two approaches in evaluating literary works, namely the intrinsic approach and the extrinsic approach. The intrinsic approach bases itself on the objective value of literary works itself without connecting with other sciences, or approaches that seek to see literary works objectively with the propositions of linguistics and literary aesthetics. From this approach was born a flow of semiotic literary criticism and structural literary criticism. Meanwhile, the extrinsic approach uses certain scientific measures in evaluating literary works. The extrinsic approach to literary criticism seeks to see literary works from the viewpoint of disciplines outside of literature. This approach gave birth to sociological literary criticism, psychological literary criticism, archaeological literary criticism, moral literary criticism, philosophical literary criticism, and others.
BAHASA ARAB MODERN DAN KONTEMPORER; KONTINUITAS DAN PERUBAHAN Abd Aziz; Yuan Martina Dinata
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 3, No 2 (2019): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.229 KB) | DOI: 10.36671/mumtaz.v3i2.38

Abstract

Modern Arabic has a distinction from classical Arabic in terms of lexical, phonological, morphological and syntactic. According to Abbâs al-Sûsah in Muhbib Abdul Wahab, Contemporary Arabic has the following characteristics: 1) accuracy of the use of Arabic at all levels: sound, morphology, syntax, and semantics; 2) more widely used in written language (al-Lughah al maktûbah) than oral language, 3) fluency and diversity-free 'amiyah, 4) standard language that is officially prepared. Based on observations of writers who try to classify modern Arabic vocabulary, the fields of religion, language and literature are the fields with the least development of modern Arabic vocabulary, when compared to economic, political, legal, psychological, health and other vocabularies. This may be due to the fact that from the fields of religion, language and literature there are not many new vocabulary terms, this may be due to religious, linguistic and literary norms.