Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Formulasi banana soymilk: susu nabati tinggi kalium dan rendah lemak Adhella Komala Dewi; Vitria Melani; Khairizka Citra Palupi; Mertien Sa'pang; Putri Ronitawati
Ilmu Gizi Indonesia Vol 5, No 1 (2021): Agustus
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35842/ilgi.v5i1.214

Abstract

Latar Belakang: Tingginya asupan natrium dan lemak, serta rendahnya asupan kalium meningkatkan risiko penyakit tidak menular. Salah satu upaya pencegahannya dengan mengonsumsi makanan atau minuman tinggi kalium dan rendah lemak. Kandungan kalium tertinggi pada kacang-kacangan dan buah dapat ditemukan pada kedelai dan pisang uli. Pisang merupakan komoditi dengan produktivitas tinggi di Indonesia, memiliki keunggulan kandungan lemak yang rendah. Sedangkan kedelai merupakan bahan yang sering diolah menjadi sari kedelai. Oleh karena itu, kedua bahan ini layak untuk dikembangkan menjadi produk olahan dalam bentuk banana soymilk yang mengandung tinggi kalium dan rendah lemak. Tujuan: Mengetahui formulasi terbaik untuk pengembangan banana soymilk dengan bahan dasar kedelai dan pisang uli. Metode: Jenis penelitian experimental, dengan persentase penambahan pisang uli 0%(F0), 10%(F1), 30%(F2), dan 50%(F3). Pengujian organoleptik menggunakan uji hedonik dengan skala Likert dilakukan oleh 30 panelis konsumen sesuai kriteria inklusi. Uji kadar kalium dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA) dan kadar lemak dengan metode Soxhlet. Uji proksimat, kekentalan, angka lempeng total dan umur simpan (direct evaluasi sensori) bertujuan untuk standarisasi kualitas produk. Analisis data menggunakan uji statistik One Way Anova dan uji lanjut Duncan. Hasil: Berdasarkan uji hedonik, terdapat perbedaan daya terima (warna, rasa, aroma, tekstur, dan tingkat kesukaan keseluruhan) yang signifikan antar kelompok perlakuan. Formula banana soymilk F2 (30% pisang uli) menjadi formula terbaik berdasarkan daya terima panelis, dengan kriteria rendah lemak (1,35%), dan tinggi kalium (731,83 mg/100 g). Kesimpulan: Formula F2 adalah formulasi banana soymilk terbaik yang dapat dikembangkan sebagai susu nabati tinggi kalium dan rendah lemak.
Pembuatan Snackbar sebagai Makanan Tambahan Olahraga sebagai Sumber Tinggi Kalori Shinta Shinthia Dewi; Reza Fadhilla; Mury Kuswari; Khairizka Citra Palupi; Dessy Aryanti Utami
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 11, No 2 (2021): Kajian Pangan dan Gizi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jpg.11.2.2021.100-110

Abstract

Latar Belakang: Salah satu permasalahan yang timbul dari kekurangan stamina dan daya tahan tubuh atlet menjadi permasalahan utama pada atlet olahraga karena dapat mempengaruhi hasil prestasi olahraga atlet. Prestasi atlet oleh asupan sehari-hari atlet selain itu pada waktu 2-3 jam sebelum pertandingan dapat diberikan camilan agar mudah dikonsumsi dan mudah dibawa kemana-mana. Tujuan: Menganalisis daya terima (aroma, warna, tekstur, rasa dan keseluruhan) dan menganalisis kandungan zat gizi snackbar tepung kacang hijau dengan penambahan tepung jagung. Metode:Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan membandingkan 3 formulasi dari berbagai jenis formulasi tepung kacamg hijau dan tepung jagung yang ditambahkan ke produk snackbar yaitu F0 (0gr: 100gr), F1 (50gr: 50gr), dan F2 (100gr: 0gr). pengujian Zat Gizi yang dilakukan uji kadar proksimat. Penilaian Organoleptik menggunakan Formulir Likert dengan skala 1-5 terhadap 30 panelis konsumen Uji statistik yang digunakan adalah One Way Anova dengan uji lanjut Duncan. Hasil:Berdasarkan Penilaian Hasil Zat Gizi dan panelis konsumen yang terpilih terpilih adalah F1 dengan kadar air 13,56 gr, kadar abu 1,85 gr, protein 25,56 gr, lemak 9,35 gr, karbohidrat 49,67 gr dan energi 466, 14 kkal. Kesimpulan: Adanya pengaruh penambahan tepung jagung terhadap nilai gizi snackbar. Ada perbedaan yang signifikan terhadap warna, rasa dan aroma. Kata kunci : Snackbar , tepung kacang hijau, tepung jagung, marathonLatar Belakang: Salah satu permasalahan yang timbul yaitu kurangnya stamina dan daya tahan tubuh atlet menjadi permasalahan utama pada atlet olahraga karena dapat mempengaruhi hasil prestasi olahraga atlet. prestasi atlet dipengaruhi oleh asupan sehari-hari atlet selain itu pada waktu 2-3 jam sebelum pertandingan dapat diberikan snack agar mudah dikonsumsi secara ringkas dan mudah untuk dibawa kemana-mana. Tujuan: Menganalisis daya terima (aroma, warna, tekstur, rasa dan keseluruhan) dan menganalisis kandungan zat gizi snackbar tepung kacang hijau dengan penambahan tepung jagung. Metode : Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan membandingkan 3 formulasi dari berbagai jenis formulasi tepung kacamg hijau dan tepung jagung yang ditambahkan ke produk snackbar yaitu F0(0gr:100gr), F1(50gr:50gr), dan F2(100gr:0gr). pengujian Zat Gizi yang dilakukan uji kadar proksimat. Penilaian Organoleptik menggunakan Form Likert dengan skala 1-5 terhadap 30 panelis konsumen Uji statistik yang digunakan adalah One Way Anova dengan uji lanjut Duncan. Hasil : Berdasarkan  Penilaian Hasil Zat Gizi dan panelis konsumen didapat formulasi terpilih adalah F1 dengan kadar air 13,56 gr, kadar abu 1,85 gr, protein 25,56 gr, lemak 9,35 gr, karbohidrat 49,67 gr dan energi 466,14 kkal. Kesimpulan: Adanya pengaruh penambahan tepung jagung terhadap nilai gizi snackbar. Ada perbedaan yang signifikan terhadap warna, rasa dan aroma.
PENGARUH PEMBERIAN BUAH TERHADAP GEJALA DEPRESI, SUASANA HATI (MOOD) DAN VITALITAS PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN ASSIDDIQIYAH Asri Nur Latifah; Khairizka Citra Palupi; Mertien Sapang
GIZI INDONESIA Vol 44, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v44i1.466

Abstract

Adolescence is the transition period of the development of physical and mental health that may induce depression. Being adolescent girls shows a higher risk of depression than adolescent men. Fruit consumption has been identified may alleviate depression. Thus we aim to investigate the effect of giving fruit consumption on depressive symptoms, mood, and vitality among adolescent girls. This research method uses Quantitative-Experiments with the control group. The treatment group was given two servings of fresh fruit/day for 14 days while the control group maintained a diet. The filling out of the questionnaire was done at night before going to bed. The total sample used in this study was 60 students. The result shows a significant decrease of depressive symptoms (p-value 0.05) at the pre-test and post-test of 14.47% among the treatment group. However, there was no difference in mood scores among the treatment group. There was a significant increase in post-test scores of vitality in the treatment group (p-value 0.05). In the independent statistical test, the sample t-test had a difference between depressive symptom scores (p-value 0.01) and mood (p-value 0.05) in both groups. In conclusion, giving fruit may alleviate symptoms of depression, mood, and vitality among adolescent girls. ABSTRAKMasa remaja adalah tahap transisi dari perkembangan kesehatan fisik dan mental yang dapat memicu depresi. Remaja putri menunjukkan risiko depresi lebih tinggi dibandingkan remaja pria. Konsumsi buah diketahui mampu memperbaiki kondisi depresi. Oleh karena itu, penelitian kami bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian buah terhadap gejala depresi, suasana hati (mood), dan vitalitas remaja putri. Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif–eksperimen dengan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan diberikan buah segar sebanyak 2 porsi/hari selama 14 hari sedangkan kelompok kontrol mempertahankan pola makan. Pengisian kuesioner dilakuakan di malam hari sebelum tidur. Total sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 60 remaja putri. Hasil penelitian menunjukkan perbaikan signifikan gejala depresi sebesar 14,47 persen pada kelompok perlakuan (p-value 0,05). Namun tidak ada perbedaan pada skor susana hati (mood) pada kelompok perlakuan. Terjadi peningkatan skor  vitalitas yang signifikan pada kelompok perlakuan (p-value 0,05). Berdasarkan independen sample t-test, terdapat perbedaan skor gejala depresi (p-value 0,01) dan suasana hati (mood) (p-value 0,05) pada kedua kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian buah mampu memperbaiki gejala depresi, suasana hati (mood) dan vitalitas pada remaja putri.Kata kunci: buah, gejala depresi, suasana hati (mood), vitalitas, remaja putri
Body image and weight loss diet behavior are related to nutritional status in female college students Zahra Zakiyah Komarudin; Prita Dhyani Swamilaksita; Khairizka Citra Palupi; Harna Harna; Dudung Angkasa
AcTion: Aceh Nutrition Journal Vol 8, No 4 (2023): December
Publisher : Department of Nutrition at the Health Polytechnic of Aceh, Ministry of Health

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/action.v8i4.988

Abstract

Nutritional status is an important indicator of college student health. College students are included in the age group vulnerable to nutritional problems such as decreased diet quality and excessive weight. The study aims to determine the relationship between body image, mindful eating, and weight loss diet behavior with nutritional status in female college students. The study used a cross-sectional design and was conducted among female students at Esa Unggul University in 2022. A total of 122 subjects were selected using the Proportionate Stratified Random Sampling method. Nutritional status is measured by assessing Body Mass Index (BMI). The instruments used were the Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire (MBSRQ) to assess body image, the Mindful Eating Questionnaire (MEQ) to assess mindful eating, and the dietary behavior questionnaire to assess weight loss. Data were analyzed by chi-square test at CI:95%. The results showed that body image was related to thin (p= 0,004) and obese (p= 0,000) nutritional status. Dietary behavior for weight loss is associated with thin nutritional status (p= 0,010) but not with obesity (p= 0,389). In conclusion, nutritional status (BMI) is related to body image and weight loss diet behavior in female college students.
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA, AKTIVITAS FISIK, DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI ANAK AUTIS DI SLB BELITUNG Dara Puspita Ayu Rezki; Mertien Sapang; Khairizka Citra Palupi; Idrus Jus’at; Prita Dhyani Swamilaksita
Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2024): Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Publisher : Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Autisme merupakan spektrum penyakityang sering disebut ASD (Autism Spectrum Disorder) gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak-anak dengan gangguan autisme biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial. Hasil Riskesdas 2018 mendapatkan 3,3% anak umur 5-17 tahun yang mengalami disabilitas Berdasarkan data kemenkes bahwa jumlah anak penyandang autis kurang lebih 112.000 anak dan jumlahnya akan terus meningkat setiap tahunnya Tujuan : Mengetahui hubungan pola asuh orang tua, aktivitas fisik, dan kecukupan zat gizi makro dengan status gizi anak autis di SLB Belitung. Metode : penelitian kuantitatif desain studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan sampling jenuh suatu tehnik semua anggota populasi digunakan sebagai sampel seluruh anak autis berusia 6-17 tahun di SLB Belitung sebanyak 33 anak. Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, dengan wawancara dalam pengisian kuesioner dan formulir food recall. Hasil : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua, terhadap status gizi (p=0,740 r=0,060) dengan kekuatan korelasi sangat lemah kearah positif. Ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap indeks massa tubuh (p= 0,000, r=-0,605) dengan kekuatan korelasi sangat lemah ke arah negatif. Tidak ada hubungan antara karbohidrat terhadap status gizi (p=0,191 r=0,233) dengan kekuatan korelasi lemah ke arah positif. Ada hubungan antara prorein terhadap status gizi (p=0,002 r=0,523) dengan kekuatan korelasi kuat kearah positif. Ada hubungan antara prorein terhadap status gizi (p=0,014 r= 0,425) dengan kekuatan korelasi kuat ke arah positif. Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan status gizi anak autis di SLB Belitung. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi anak autis di SLB Belitung. Tidak ada hubungan antara karbohidrat dengan status gizi anak autis di SLB Belitung.Terdapat hubungan antara protei danlemak dengan status gizi anak autis di SLB Belitung.
The Effect of Etpt Diet Therapy on Body Weight, Energy Intake, and Macronutrition in Malnutritional Schizophrenia Patients Alfy Daniyati Rohmah; Anugrah Novianti; Mertien Sa’pang; Khairizka Citra Palupi; Putri Ronitawati
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 7 No 1 (2025): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v7i1.5177

Abstract

Schizophrenia is associated with many health problems because changes in body weight will increase morbidity and mortality. Schizophrenic patients who come from social services have an average nutritional status of underweight and very thin (poor) categories. Purpose : This study aims to knowing the effect of giving ETPT diet therapy on changes in body weight, energy intake, and macronutrients in malnourished schizophrenic patients. Methods: This type of research was quasi-experimental research with a one group pretest-posttest design, using simple random sampling technique, namely 50 subject. Data were obtained from patients with malnutrition status who received the ETPT diet from the third classa adult inpatient ward. Data analysis in this study used paired t-test for changes in body weight and Wilcoxon test for energy intake and macronutrients. Results: This study showed there were significant differences in the changes in the respondents' weight while being given the ETPT diet. The difference in the average change in the respondent's weight during the 14 days of treatment was 2.18 kg. There was a change in energy intake on the first 7 days the patient was admitted, but there was no change in energy on the second 7 days the patient was treated. However, there is an increase in the average energy intake, which is not too much but already fulfills his needs. The average difference in changes in energy intake is 40.3 kcal. Overall energy intake in 14 days of treatment with P-Value = 0.055 (P-Value > 0.05), which means there is no change in energy intake. There were changes in protein, fat, and carbohydrate intake during treatment with an average difference in changes in protein intake of 2.7 grams, 2.0 grams of fat, and 14 grams of carbohydrates, with a P-Value = 0.000 (P-Value<0.05). Conclusions: There is an effect of giving ETPT diet therapy on body weight, energy intake, andmacronutrients in malnourished schizophrenic patients before and after intervention at the Mental Hospital Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.