Paramastri Arintawati
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Operasi Katarak Insisi Lebar Terhadap Sensibilitas Kornea dan Kejadi Dry Eye Paramastri Arintawati; Norma Handojo; Siti Sundari Sutedja
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.448 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.53

Abstract

Latar belakang : Operasi katarak adalah salah satu operasi mata yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan dengan tingkat kesuksesan cukup tinggi. Beberapa pasien mengeluhkan gejala dry eye setelah operasi, yang diduga disebabkan karena insisi pada operasi katarak dapat menurunkan sensibilitas kornea yang mengakibatkan dry eye. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat penurunan sensibilitas kornea pada penderita pasca operasi katarak dan hubungannya dengan kejadian dry eye. Metode : Penelitian quasi experiment, one group pre-post test design. Pemeriksaan sensibilitas kornea, Tear Break Up Time (TBUT), tes Schirmer I dan pengecatan rose bengal dilakukan sebelum operasi ekstraksi katarak ekstra kapsuler (EKEK), dan minggu II, bulan I, II dan III pasca operasi. Hasil : Didapatkan 70 mata, 40 laki-laki (57,1%) dan 30 perempuan (42,9%). Terdapat penurunan sensibilitas kornea yang bermakna antara pre dan pasca operasi pada seluruh kuadran (p<0,001). Terdapat penurunan TBUT yang bermakna antara pre dan pasca operasi (p<0,001). Tes Schirmer I meningkat bermakna pada minggu II pasca operasi dibandingkan pre operasi (p=0,003), kemudian menurun pada bulan II dan III pasca operasi namun penurunan tersebut tidak bermakna (p= 0,438 dan p=0,171). Skor rose bengal meningkat bermakna pada bulan I, II dan III pasca operasi (p= 0,021; 0,032 dan 0,004). Simpulan : Terdapat penurunan sensibilitas kornea yang bermakna pada penderita pasca operasi EKEK namun tidak berhubungan dengan perubahan hasil uji pemeriksaan dry eye. Kata kunci: Ekstraksi katarak ekstrakapsuler, sensibilitas kornea,dry eye.
PERBEDAAN PENGLIAHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT Farid Setiawan; Paramastri Arintawati; Fanti Saktini
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.467 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14427

Abstract

Latar belakang : Stereoskopis adalah tingkat tertinggi dari penglihatan binokuler. Gangguan dari penglihatan stereoskopis dapat menurunkan kualitas hidup. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan stereoskopis adalah kelainan refraksi. Miopia merupakan salah satu kelainan refraksi yang memiliki prevalensi cukup tinggi dan diperkirakan dapat mempengaruhi penglihatan stereoskopis.Tujuan : Mengetahui apakah terdapat perbedaan penglihatan stereoskopis pada penderita miopia ringan, sedang, dan berat.Metode : Desain penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional dan dilaksanakan di klinik Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Maret 2016 hingga Mei 2016. Subjek penelitian adalah penderita miopia ringan (n=16), miopia sedang (n=16), dan miopia berat (n=16). Penglihatan stereoskopis dinilai dengan menggunakan TNO stereotest dengan visus terbaik. Uji statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney.Hasil : Uji Kruskal-Wallis menunjukan terdapat perbedaan penglihatan stereoskopis yang bermakna antara penderita miopia ringan, sedang, dan berat. Penglihatan stereoskopis pada miopia sedang adalah 90 (60-480) detik busur, lebih buruk secara bermakna dibanding miopia ringan 60 (60-120) detik busur (p=0,006). Penglihatan stereoskopis pada miopia berat 120 (60-240) detik busur, juga lebih buruk secara bermakna dibanding miopia ringan (p=0,002). Tidak terdapat perbedaan penglihatan stereoskopis yang bermakna antara miopia sedang dan miopia berat (p=0,838).Kesimpulan : Terdapat perbedaan penglihatan stereoskopis yang bermakna antara penderita miopia ringan terhadap miopia sedang, dan miopia berat. Penglihatan stereoskopis pada miopia sedang dan berat lebih buruk secara bermakna dibanding miopia ringan.
PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA ANISOMETROPIA RINGAN-SEDANG DAN BERAT Izzah Basyir S.; Paramastri Arintawati; Fanti Saktini
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.674 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14484

Abstract

Latar Belakangm : Anisometropia adalah salah satu kelainan refraksi terbanyak di dunia. Anisometropia dibagi menjadi 3 derajat yaitu ringan,sedang dan berat. Semakin berat derajat anisometropia semakin tinggi kemungkinan gangguan penglihatan yang mungkin terjadi. Salah satu gangguan tersebut adalah gangguan penglihatan stereoskopis.Tujuan : Menganalisis apakah terdapat perbedaan penglihatan stereoskopis pada penderita anisometropia ringan-sedang dan berat.Metode : Penelitian cross sectional dengan 2 kelompok penelitian yaitu penderita anisometropia ringan-sedang dan berat ini dilakukan di RSUP dr.Kariadi Semarang pada bulan Maret hingga Mei 2016 terhadap 28 subjek penelitian yang menderita anisometropia dengan berbagai derajat. Setelah dilakukan tes visus untuk mengklasifikasikan derajat anisometropia subjek selanjutnya dilakukan tes penglihatan stereoskopik dengan TNO stereotest.Hasil : Subjek penelitian yang menderita anisometropia ringan-sedang memiliki perbedaan rerata penglihatan stereoskopik yang lebih baik (81,43±58,159 detik busur) dibandingkan dengan kelompok yang menderita anisometropia berat (300±40,7 detik busur) dengan nilai p=0,000.Kesimpulan : Terdapat perbedaan penglihatan stereoskopik yang signifikan antara penderita anisometropia ringan-sedang dan berat.