Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Cost Effectiveness Kemoterapi Kombinasi Neoadjuvant Cisplatin Paclitaxel Dibanding Cisplatin Flourourasil terhadap Respon Klinis pada Karsinoma Nasofaring Dwi Antono; Alfian Sulaksana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.839 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v2i3.188

Abstract

Latar belakang : Cisplatin merupakan regimen obat sitostatika pilihan pada karsinoma nasofaring. Kemoterapi kombinasi neoadjuvant menghasilkan angka respon lebih tinggi pada KNF stadium lanjut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cost effectiveness kemoterapi kombinasi neoadjuvant cispac dibanding cis5FU terhadap respon klinis pada KNF. Metode : Penelitian deskriptif analitik rekam medik penderita KNF yang mendapatkan 3 siklus kemoterapi kombinasi neoadjuvant cispac atau cis5 FU di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode juni 2010-Juli 2013. Analisis dengan uji Chi Square dan Average Cost Effectiveness Ratio (ACER). Hasil : Didapatkan 45 sampel, 25 mendapat kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac dan 20 mendapatkan kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU. Respon klinis kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac respon positif (65,7%) dan respon negatif (20%) lebih baik dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU respon positif (34,3%) dan respon negatif (80%) (RP 1,533 dan 95% CI 1,053 - 2,233). Biaya kemoterapi kombinasi cis-pac lebih murah (86,7%) dibanding kemoterapi kombinasi cis-5FU (13,3%) (RP 5,200 dan 95% CI 1,324 -20,416). ACER total biaya kemoterapi kombinasi cis–pac lebih cost effective (190.325,6) dibanding kemoterapi kombinasi cis-5FU (290.604,7). Simpulan : Respon klinis kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac lebih baik dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU. Pemberian kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac lebih cost effective dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU.
Cost Effectiveness Kemoterapi Kombinasi Neoadjuvant Cisplatin - Paclitaxel Dibanding Cisplatin 5 Flourourasil Terhadap Respon Klinis pada Karsinoma Nasofaring Dwi Antono; Muyassaroh Muyassaroh; Alfian Sulaksana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.576 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i1.204

Abstract

Latar belakang : Cisplatin merupakan regimen obat sitostatika pilihan pada karsinoma nasofaring. Kemoterapi kombinasi neoadjuvant menghasilkan angka respon lebih tinggi pada KNF stadium lanjut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cost effectiveness kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac dibanding cis-5FU terhadap respon klinis pada KNF. Metode : Penelitian deskriptif analitik rekam medik penderita KNF yang mendapatkan 3 siklus kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis pac atau cis - 5 FU di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Juni 2010 - Juli 2013. Analisis dengan uji Chi Square dan Average Cost Effectiveness Ratio (ACER). Hasil : Didapatkan 45 sampel, 25 mendapat kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac dan 20 mendapatkan kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU. Respon klinis kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac respon positif (65,7%) dan respon negatif (20%) lebih baik dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis5FU respon positif (34,3%) dan respon negatif (80%) (RP 1,533 dan 95% CI 1,05-2,233). Biaya kemoterapi kombinasi cis-pac lebih murah (86,7%) dibanding kemoterapi kombinasi cis-5FU (13,3%) (RP 5,200 dan 95% CI 1,324-20,416). ACER total biaya kemoterapi kombinasi cis-pac lebih cost effective (190.325,6) dibanding kemoterapi kombinasi cis-5FU (290.604,7). Simpulan : Respon klinis kemoterapi kombinasi neoadjuvant cispac lebih baik dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis5FU. Pemberian kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac lebih cost effective dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis5FU.
Pengaruh Pemberian Metilprednisolon Oral Terhadap Perubahan Kadar C-Reactive Protein Penderita Kanker Kepala Leher yang Diberikan Radioterapi Hesti Palupi; Muyassaroh Muyassaroh; Dwi Antono
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.786 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i2.217

Abstract

Latar belakang : Radioterapi dapat memberikan efek inflamasi terus menerus pada kanker kepala leher (KKL). C-reactive protein (CRP) merupakan protein fase akut sebagai parameter status inflamasi terkini. Metilprednisolon bekerja pada efektor akhir untuk menginhibisi inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh pemberian metilprednisolon terhadap kadar CRP pada penderita KKL yang mendapat radioterapi. Metode : Penelitian intervensi yang membandingkan perubahan kadar CRP pasien KKL dengan radioterapi antara kelompok yang diberikan metilprednisolon (n=15) dan yang tidak diberikan metilprednisolon (n=15) pada sebelum, 7 kali radioterapi dan 14 kali radioterapi. Hasil : Hasil penelitian didapatkan peningkatan bermakna kadar CRP pada kelompok metilprednisolon dan kontrol setelah 7 kali radioterapi (p<0,05). Perbedaan bermakna perubahan kadar CRP antara kelompok metilprednisolon dan kontrol setelah 14 kali radioterapi (p<0,05). Simpulan : Pemberian metilprednisolon dapat mempengaruhi perubahan kadar CRP pasien KKL yang diberikan radioterapi
Gambaran Pasien dengan Disfagia di RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode 01 Januari – 31 Desember 2014 Nancy Liwiksari; Dwi Antono
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 4 No. 3 (2017): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.145 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v4i3.328

Abstract

Latar belakang :Kesulitan makan akibat gangguan dalam proses menelan dikenal dengan disfagia.Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab berbeda.disfagia dibedakan menjadi disfagia orofaringeal dan disfagia esofagus. Sebagian besar pasien dengan keluhan disfagia mengeluhkan atau kesulitan menelan terutama pada fase orofaringeal.Studi penelitian tentang distribusi frekuensi pasien dengan disfagia di RSUP Dr. Kariadi Semarang belum pernah dilakukan.Tujuan :Untuk mengetahuigambaran pasien dengan disfagia di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Metode :Studi penelitian deskriptif retrospektif. Data didapatkan dari rekam medik pasien dengan disfagia periode 01 Januari-31 Desember 2014.Hasil : Total terdapat 68 pasien dengan disfagia.Kesimpulan :Enam puluh delapan pasien dengan disfagia berjenis kelamin laki-laki adalah yang terbanyak dibandingkan perempuan dengan usia terbanyak di atas 45 tahun. Disfagia orofaringeal adalah yang terbanyak dibandingkan disfagia esofagus. Kemungkinan penyebab yang mendasari disfagia orofaringeal terbanyak karena kelainan neurologis dan kemungkinan peyebab yang mendasari disfagia esophagus terbanyak karena keganasan esofagus.Kata kunci :Disfagia, disfagia orofaringeal, disfagia esofagus 
Penegakkan Diagnosis Dan Manajemen Tatalaksanakista Odontogenik Regio Maksilla Anterior Di RSUP Dr.Kariadi Semarang Christin Rony Nayoan; Riece Hariyati; Anna Mailasari Kusuma Dewi; Dwi Antono
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 2 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.233 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i2.362

Abstract

Latarbelakang :Kistaodontogenic adalah kista dengan struktur epitel berasal dari struktur gigi.Kistaodontogenic sering terjadi didaerah rahang,terutama diregiomaksillaanterior.Tujuan :Untuk memberikan informasi penegakkan diagnosiskista odontogenik terutama di regio maksilla anterior yang sering memberikan gambaran tumor jinak.Laporan kasus :Serial kasus kista odontogenicdiregiomaksilla anterior pada 2 pasien dewasa dengan tatalaksana berupa tindakan ekstirpasi dengan cara enukleasi menggunakan pendekatan midfacialdegloving dan Denkerrhinotomy.Kesimpulan :Kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa kista odontogenik regio maksilla anteriorsering tidak terdiagnosis karena penampakannya menyerupai massa jinak.  Kata kunci :Kistaodontogenik,  maksilla, diagnosis, enukleasi
Respon neoadjuvant chemotherapy platinum based pada penderita karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Kariadi Semarang Dwi Marliyawati; Dwi Antono; Willy Yusmawan
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 43, No 2 (2013): Volume 43, No. 2 July - December 2013
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.476 KB) | DOI: 10.32637/orli.v43i2.67

Abstract

Latar belakang: Kemoradiasi meningkatkan survival rate pada karsinoma nasofaring (KNF) stadium lanjut. Waktu tunggu radioterapi lebih dari 2 bulan dan keterbatasan alat radiasi mengakibatkan neoadjuvant chemotherapy (NAC) platinum-based menjadi pilihan. Tujuan: Untuk mengetahui respon NAC platinum-based pada KNF. Metode: Penelitian cohort retrospective menggunakan rekam medis di RSUP Dr Kariadi Semarang 2007-2012. Sampel dibagi 2 kelompok: NAC 3 siklus dan lebih dari 3 siklus. Hubungan jumlah siklus dengan respon terapi pada tumor primer nasofaring dan kelenjar limfe leher diuji dengan chi square. Penilaian respon terdiri dari respon positif (complete response (CR), partial response (PR)), respon negatif (stable disease (SD) dan progressive disease (PD)).Hasil: Dari 97 sampel, 46 mendapat 3 siklus dan 51 lebih dari 3 siklus. Respon positif kelenjar limfe leher pada kelompok 3 siklus sebesar 67,4% (CR 30,5% dan PR 36,9%) dan tumor primer sebesar 50% (CR 11,9% dan PR 38,1%), sedangkan respon positif kelenjar limfe leher pada kelompok lebih dari3 siklus sebesar 78,4% (CR 56,8% dan PR 21,6%) dan tumor primer sebesar 62,5% (CR 23,9% dan PR 38,6%). Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah siklus dengan respon tumor primer (p=0,021). Penderita yang tidak mengalami penundaan terapi berpengaruh 4,6 kali lebih besar menyebabkan respon positif dibandingkan dengan yang mengalami penundaan. Jumlah siklus lebih dari 3 berpengaruh 2,8 kali lebih besar menyebabkan respon positif dibandingkan 3 siklus. Kesimpulan: Pemberian NAC platinum-based lebih dari 3 siklus mempunyai respon lebih baik daripada 3 siklus. Faktor penundaan berpengaruh lebih besar terhadap respon dibandingkan jumlah siklus. Kata kunci: Neoadjuvant chemotherapy platinum-based, respon terapi, karsinoma nasofaring.