Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

INDAHNYA KEBERSAMAAN [Sebuah Ikhtiar dalam Membangun Kampus Bertaqwa Untuk Membawa Berkah (BERUBAH) dalam Perspektif Hadis] La Ode Ismail Ahmad
Jurnal Diskursus Islam Vol 6 No 2 (2018): August
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v6i2.6554

Abstract

Islam adalah agama kebersamaan. Ajakan agama untuk hidup bersama dilandasi oleh posisi, kedudukan dan kapasitas manusia sebagai makhluk sosial. Salah satu upaya yang efektif dalam memperkukuh kebersamaan adalah kesadaran untuk mengembangkan dialog secara intensif di kalangan anggota masyarakat, baik antara satu individu dan individu lain, maupun antara satu kelompok dan kelompok lain dalam suatu masyarakat. Kebersamaan dalam Islam disebut dengan al-jama’ah. Makna al-jama’ah dalam hadis dari 171 kali penyebutannya, dapat dikategorisasikan –untuk sementara sebagai kajian awal—dalam empat hal, yakni kebersamaan dalam ibadah, kebersamaan merupakan sumber rahmat, kebersamaan merupakan sumber berkah dan kebersamaan melahirkan ‘tangan’ [kekuasaan dan pertolongan] Allah. Kebersamaan merupakan sumber rahmat dari Allah swt., karena rahmat-Nya hanya terdapat pada mereka yang menyebarkan rahmat di muka bumi. Mereka dapat membangun hidup dengan kebersamaan jika tidak ada kebencian dan kecemburuan dalam dada mereka, yang ada hanyalah kasih sayang di antara mereka. Kebersamaan akan melahirkan kebaikan-kebaikan sebagai implikasi dari saling menghormati, saling membantu, saling merasakan dan saling menghargai di antara anggota masyarakat. Prinsip dan karakter seperti ini harus dimiliki oleh setiap orang agar tercipta sebuah kerukunan dalam berinteraksi secara horizontal. Kebersamaan dapat dibangun jika masing-masing individu memiliki sikap untuk saling memberi pertolongan. Pertolongan kepada sesama manusia akan melahirkan pertolongan dari Allah swt. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah, Nabi bersabda, ‘Allah akan selalu memberi pertolongan kepada seseorang selama ia memberi pertolongan kepada saudaranya [sesamanya]. Ungkapan Nabi di atas menunjukkan bahwa pertolongan Allah akan datang melalui kerjasama antara manusia. Sebagai makhluk sosial, seseorang harus sadar bahwa ia tergantung kepada pihak lain, di mana kebutuhannya tidak dapat terpenuhi melalui usahanya, usaha kelompoknya bahkan usaha bangsanya sendiri. Hidup hanya mungkin dan nyaman apabila dibagi dengan orang lain, sehingga masing-masing berperan serta dalam menyediakan kebutuhan bersama.
FENOMENA TRADISI ZIARAH PADA KUBURAN PETTA BETTA’E PADA MASYARAKAT KABUPATEN BONE Taufik Taufik; Samiang Katu; Indo Santalia; La Ode Ismail Ahmad
Jurnal Diskursus Islam Vol 6 No 1 (2018): April
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v6i1.6758

Abstract

Ziarah pada kuburan Petta Betta’E merupakan kuburan yang keberadaannya menjadi kepercayaan yang telah turun temurun diyakini sebagai tempat keramat, karena yang bersemayam merupakan arwah leluhur yang dianggap memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam melihat persepsi masyarakat Palakka terhadap tradisi ziarah kuburan Petta Betta’E secara garis besar mejadi sebuah wadah dalam mengespresikan kepercaan mereka, adanya aggapan dengan menziarahi dapat memberikan kemanfaatan bagi kehidupan. Adanya kepercayaan demikian telah mengotori konsep ziarah itu sendiri sebagai wadah seseorang untuk mengingat akan kematian, karena sesungguhya sesorang yang telah meninggal, tidaklah mampu memberikan kemanfaatan. Dalam upaya tokoh Agama setempat dalam meluruskan kepercayaan masyarakat Palakka,  dengan memberikan nasihat-nasihat keagamaan dengan berlahan tanpa menyakiti perasaan masyarakat dan menjalin hubungan interaktif dengan masyarakat sehingga dapat terjalin kekeluargaan, seta memberikan wujud pembinaan kepada masyarakat dengan pembinaan harian dan pembinaan mingguan. Dari pembinaan harian berusaha memupuk masyarakat dengan bekal ilmu agama, sedangkan pembinaan mingguan dilakukan sebagai wujud penanaman pemahaman masyarakat dalam menyikapi persoalan keagamaan. sehingga dengan kedua proses tersebut secara berlahan dapat mengubah kepercayaan masyarakat sedikit demi sedikit.
MEMBEDAH KITAB TAFSIR AL-BARRU KARYA MUHAMMAD RUSLI MALIK DALAM PERSPEKTIF METODOLOGIS (Sebuah Catatan Pinggir) La Ode Ismail Ahmad
Jurnal Tafsere Vol 4 No 2 (2016)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.464 KB)

Abstract

Secara pribadi, apreseasi yang tinggi terhadap karya Tafsir Al-Barru Juz 1 karena menambah khazanah pengetahuan akan kajian-kajian Alquran. Buku ini layak dibaca tidak hanya khusus orang awam saja, tetapi siapapun yang ingin mencari kebenaran dan makna dari kitab sucinya yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan ini.