Ketut Agus Nova
STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KAJIAN BEHAVIORISTIK PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU Ketut Agus Nova
Maha Widya Bhuwana: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/bhuwana.v4i1.1475

Abstract

The education of Hindu religious character is also a rule or norms that lead people to always do good, in order to achieve a peaceful harmonious life and form a noble human being and always astiti bhakti to Ida Sang Hyang Widhi Wasa. The education of hindu religious character, is the application of sacred teachings revealed by Ida Sang Hyang Widhi Wasa that remains eternal and contains instructions about good deeds that should be carried out by Hindus and avoids reprehensible deeds and abstains from reprehensible deeds and abstains from acts that violate religious normanorma, so as to achieve perfection of physical and spiritual life. Education must shape and develop character in a better direction. In short, a complete education must be humane, not only concerning intellectual education but also subtlety of mind and inner discipline. Based on behvioristic theory considers that knowledge is objective, sure, fixed, unchanging. Knowledge has been neatly structured, so learning is the acquisition of knowledge, while teaching is transfer of knowledge to the person who is studying or students. The application of this behavioristic theory of teachers plays a more active role in the classroom, because all actions and commands ordered by the teacher will be emulated by the students. Procedures for controlling or improving behavior in hindu concepts and character content that can be done in the content: strengthening competitive behavior, exclusion, satiasi, punishment.
PERANAN TOKOH MASYARAKAT DALAM UPAYA MENANGGULAGI PENYIMPANGAN SOSIAL DI DESA BUNGKULAN KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG Ketut Agus Nova; I Made Gami Sandi Untara
PARIKSA: Jurnal Hukum Agama Hindu Vol 2, No 1 (2018): PARIKSA - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/pariksa.v2i1.646

Abstract

Fenomena yang terjadi di Desa Bungkulan di mana konflik selalu terjadi akibat penyimpangan sosial masyarakat seperti pergaulan bebas di kalangan anak-anak muda, minum-minuman keras, perjudian, baik itu kartu, sabung ayam dan lain sebagainya. Sehingga dengan adanya kebiasaan keliru dari masyarakat menimbulkan suatu kles atau perkotakan dan juga dampak negatif dari prilaku menyimpang itu akan berdampak pada kehidupan masyarakat desa Bungkulan.Adapun bermasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Apa penyebab terjadinya Penyimpangan Sosial di Desa Bungkulan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng? 2) Bagaimana cara penangulangan terhadap Penyimpangan Sosial di Desa Bungkulan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng? 3) Bagaimana peranan Tokoh masyarakat dalam upaya menanggulagi Penyimpangan Sosial di Desa Bungkulan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng? Untuk mengumpulkan data digunakan metode observasi, wawancara/interview dan metode sekunder yaitu melalui tahapan dokumentasi dan kepustakaan. Kemudian data diolah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif guna mendapat gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan. Penelitian ini bersifat kualitatif karena tidak ada analisa terhadap angka-angka, dengan kata lain data yang dianalisis merupakan data non angka dengan menggunakan beberapa teori.Hasil analisis sebagai berikut: 1) Penyebab terjadinya Penyimpangan Sosial Masyarakat di desa Bungkulan Adapun penyebabnya adalah a) Faktor Ekonomi b) Faktor Budaya yaitu budaya judi dan prostitusi. c) Faktor Biologis meliputi (a) Tahap awal kanak-kanak (b) Tahap Remaja (c) Tahap Dewasa. 2) Upaya Penanggulangan Penyakit Masyarakat yaitu a) Di Lingkungan Keluarga. b) Di Lingkungan Sekolah c) Di Lingkungan Masyarakat 3) Peranan Tokoh Masyarakat dimana Desa Dinas, desa Pakraman, PHDI dan guru-guru agama Hindu sangatlah penting dan membutuhkan suatu kerjasama dalam penangulanan masalah tersebut. a) Dharmawacana dilaksanakan pada setiap perayaan hari suci agama Hindu dan pada setiap piodalan di pura-pura yang ada di pura desa Bungkulan sebagai salah satu teknik pembinaan mental spiritual kepada para masyarakat dan pemuda. b) Dharmagita belum maksimal maka perlu adanya kegiatan pasraman secara rutin yang dilaksanakan lebih mendekati keseharian generasi muda baik itu setiap purnama tilem c) Dharmatula sudah dilakukan dalam kegiatan keagamaan dan hari suci lainya tetapi belum mencapai hasil yang maksimal disebabkan kurangnya metode yang bervariasi dalam menyelenggarakan dharmatula tersebut. d) Dharmasanthi, hal ini terbukti dari pelaksanaan persembahyangan Tri Sandhya yang selalu dilaksanakan, bahkan pada awal dilaksanakan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan malam hari.
SANATHANA-NUTHANA, KERANGKA PEMIKIRAN AGAMA HINDU YANG MENGAJARKAN PARADIGMA ERKLAREN DAN VERSTEHEN Ketut Agus Nova
Maha Widya Bhuwana: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/bhuwana.v6i2.3720

Abstract

Agama Hndu sebagai agama tertua memiliki latar belakang historis yang panjang, dan memiliki akar filosofis yang mendalam. Keberadaannya yang ‘menghidupi’ empat zaman, yakni Tretha Yuga, Kretha Yuga, Dvapara Yuga dan Kali Yuga diafirmasi oleh umat manusia. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana Hindu sebagai agama paling awal diturunkan dan diwahyukan tetapi bereksistensi dalam lintas ruang-waktu yang heterogen. Dengan menggunakan pendekatan analisis wacana (discourse analysis), tulisan ini berupaya untuk mengkaji salah satu teks teologis, yakni Sarasamuccaya. Melalui analisis teks ini, penulis ingin mengkaji alasan atau kompendium apa yang menjadi faktor keberadaan Hindu sebagai agama ataupun sistem filsafat, bisa bertahan sampai saat ini. Sanathana dan Nuthana menjadi aliran berpikir atau paradigma, sekaligus menjadi salah satu alasan keberadaan agama Hindu bisa hadir sampai saat ini. Sanathana yang beresensi universal mengajarkan paham yang berlaku disemua zaman, serta dimensi waktu. Nuthana yang berarti ‘muda’ mengajarkan ajaran pluralistik, terutama tentang upaya menginternalisasikan ajaran Veda, dalam realitas waktu dan ruang yang berbeda, tanpa menghilangkan keunikan dimensi tiap zaman, dan tanpa terdisrupsi dari ajaran Veda. Pada akhirnya, Sanathana dan Nuthana yang mengajarkan aspek absolutisme dan relativisme, menjadi salah satu faktor bereksistensinya agama Hindu sampai zaman Kali Yuga ini.Kata kunci: Sanathana, Nuthana, Veda, universalisme, pluralisme