Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya penerapan pembelajaran yang berarti dalam Pendidikan Agama Islam (PAI), terutama agar para siswa tidak sekadar menghafal materi, tetapi juga dapat menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya, banyak proses pembelajaran di sekolah yang masih berfokus pada pengajaran dari guru, yang menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurang mampu mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman sehari-hari. Mengacu pada hal tersebut, penelitian ini merumuskan permasalahan tentang bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), indikator kebermaknaan dalam belajar bagi siswa, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses pembelajaran PAI di SMA Negeri 4 Jayapura. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan CTL dalam menciptakan kebermaknaan dalam pembelajaran PAI pada siswa. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengamatan, dan dokumentasi yang melibatkan guru PAI serta siswa di SMA Negeri 4 Jayapura. Setelah itu, data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode untuk menguji keabsahan data untuk memperoleh gambaran mendalam mengenai implementasi CTL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah CTL yang diterapkan meliputi konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Indikator kebermaknaan belajar siswa tercermin dari keterhubungan materi baru dengan pengetahuan awal, penggunaan advance organizer, proses integrasi dan asimilasi, keterlibatan aktif siswa, serta penerapan materi PAI dalam konteks kehidupan nyata. Faktor pendukung keberhasilan CTL adalah motivasi siswa, peran guru yang kreatif, serta dukungan fasilitas sekolah, sementara faktor penghambat meliputi keterbatasan waktu, sarana, serta pemahaman guru yang belum merata. Dengan demikian, penerapan CTL terbukti mampu membangun kebermaknaan belajar PAI pada siswa, baik secara kognitif maupun afektif.