I Gede Made Suarnada
STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

POLA PERKAWINAN UMAT HINDU DENGAN UMAT BERAGAMA LAIN DI KOTA PALU I Gede Made Suarnada
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 5 No 1 (2014): Widya Genitri
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkawinan merupakan momentum awal dari kehidupan berumah tangga. Mengingat Negara Indonesia mengakui banyak agama dan kepercayaan, maka tidak mengherankan jika banyak terjadi perkawinan antar umat beragama. Perkawinan beda agama cenderung menimbulkan banyak masalah dibanding perkawinan biasa pada umumnya, mulai dari tidak direstuinya perkawinan tersebut oleh orang tua. Begitu pula yang terjadi di Kota Palu. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian tentang perkawinan umat Hindu dengan umat beragama lain di Kota Palu. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka masalah penelitian dapat dijabarkan dalam tujuan penelitian, yaitu: 1) Mengetahui pola perkawinan umat Hindu dengan umat beragama lain di Kota Palu, dan 2) Mengetahui kendala dan upaya dalam perkawinan umat Hindu dengan umat beragama lain di Kota Palu. Menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan Teori Religi untuk membedah permasalahan pola perkawinan dan Teori Fungsionalisme Struktural untuk membedah kendala dan upaya dalam mengatasi permasalahan perkawinan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, study kepustakaan, dan dokumentasi. Kemudian digunakan metode analisis Miles dan Huberman untuk mengolah dan menyajikan data. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa pola perkawinan antara umat Hindu dengan umat beragama lain di Kota Palu telah mengikuti tata cara perkawinan menurut Hindu. Secara umum peminangan biasa dilakukan satu atau dua kali. Sebelum melaksanakan sudhiwadani, maka calon mempelai yang akan memeluk agama Hindu harus membuat surat pernyataan untuk disudhi wadani. Setelah itu baru dilaksanakan upacara perkawinan. Untuk perkawinan yang tidak disetujui, maka tidak ada peminangan, melainkan langsung ke sudhiwadani dan upacara perkawinan. Kendala yang ditemui pada awal perkawinan adalah permasalahan perbedaan ideologi, perbedaan budaya, dan konflik dengan orang tua. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi perbedaan ideologi adalah dengan kesungguhan hati mempelajari agama Hindu, peran suami dalam membimbing, dan aktif dalam kegiatan keagamaan. Upaya dalam mengatasi perbedaan budaya dan adat istiadat adalah dengan beradaptasi dan berintegrasi dengan keluarga dan masyarakat sekitar. Upaya dalam mengatasi konflik dengan orang tua adalah dengan memberikan pandangan bahwa semua agama adalah sama-sama mengajarkan kebaikan dan melalui pendekatan cucu.
PEMAHAMAN KONSEP TRI HITA KARANA UMAT HINDU DI KOTA PALU I Gede Made Suarnada
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 6 No 1 (2015): Widya Genitri
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tri Hita Karana menjadi hal yang tidak terpisahkan menuju kehidupan yang harmonis. Konsep Tri Hita Karana diwujudkan dengan parahyangan berupa tempat suci sebagai sarana melakukan hubungan antara manusia dengan Tuhan, pawongan yaitu melakukan hubungan antara manusia dengan manusia, dan palemahan yaitu melakukan hubungan antara manusia dengan alam dan makhluk hidup lainnya, namun belum semua masyarakat Hindu di Kota Palu memiliki pemahaman tentang Tri Hita Karana dan belum mampu mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas ngayah yang merupakan salah satu implementasi dari konsep pawongan dan palemahan tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal. Umat sibuk dengan aktivitas masing-masing. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka muncul permasalahan yaitu bagaimana pemahaman konsep Tri Hita Karana umat Hindu di Kota Palu? Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palu. Pemilihan Kota Palu dilakukan secara purposif mengingat Kota Palu merupakan kota yang majemuk, dimana umat Hindu hidup berbaur dengan umat agama lainnya. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif interpretatif untuk mencari makna dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Data yang diperoleh dikelompokkan, kemudian dilakukan reduksi data dalam bentuk kategorisasi. Hasil penelitian: pemahaman umat Hindu tentang konsep parahyangan sebagai konsep Ketuhanan tidak hanya memberi ruang untuk pemujaan kepada Tuhan semata, tetapi juga kepada sinar suci-Nya yang disebut dewa. Pemahaman umat Hindu terhadap konsep pawongan sebagai konsep yang identik dengan makna vasudeva kutumbhakam, bahwa kita semua merupakan keluarga besar. Ajaran agama Hindu bersumber dari kitab suci Veda mengajarkan bahwa seorang manusia tidak boleh hidup egois hanya memperhatikan diri sendiri tetapi harus melayani leluhur, para orang suci, melayani sesama umat manusia seperti melayani diri sendiri, dan juga melayani makhluk lainnya sebagai satu keluarga semesta. Pemahaman umat Hindu tentang konsep palemahan yaitu umat Hindu memaknai lingkungan sekitar sebagai sahabat yang mesti dijaga dan dilindungi. Alam sebagai sumber materi yang diperlukan untuk hidup.
EKSISTENSI PURA AGUNG JAGATNATA STANA NARAYANA DI KABUPATEN POSO I Gede Made Suarnada
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 8 No 1 (2017): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.402 KB) | DOI: 10.36417/widyagenitri.v8i1.216

Abstract

Penelitian ini merumuskan tiga permasalahan, yaitu : 1) Bagaimanakah Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso? 2) Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam mempertahankan Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso? 3) Apakah upaya-upaya yang dilakukan dalam mempertahankan Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penentuan sumber data menggunakan teknik purposive sampling, dengan metode pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, wawancara, dan kepustakaan. Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa, 1) Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana Kabupaten yaitu a) sebagai tempat persembahyangan setiap hari, b) sebagai tempat persembahyangan hari suci agama Hindu, c) sebagai tempat melaksanakan upacara piodalan, d) sebagai tempat pelaksanaan kegiatan agama Hindu di Kabupaten Poso, e) sebagai pura kabupaten. 2) Kendala-kendala yang dihadapi dalam mempertahankan Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso yaitu a) tempat atau lokasi pura yang berjauhan dari pemukiman umat Hindu, b) waktu pelaksanaan persembahyangan yang bersamaan, c) kekurangan tenaga dalam ngaturang ngayah, d) keamanan lingkungan pura yang belum maksimal, e) minimnya sarana dan prasarana, f) sumber dana yang belum jelas. 3) Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam mempertahankan Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso adalah a) Pintu pura selalu dibuka dan pinandita nangkil kepura setiap hari, b) kegiatan persembahyangan di pura kabupaten dilaksanakan pada sore hari, c) persiapan upacara dan upakara diemban oleh umat Hindu Poso Kota dan Poso Pesisir, d) keamanan dibantu oleh anggota kepolisian dan masyarakat sekitar lingkungan pura, e) sumber dana diperoleh melalui dana punia, donatur dan iuran galungan.
PERSEPSI REMAJA HINDU TERHADAP PERAYAAN HARI RAYA SIWARATRI DI KOTA PALU I Gede Made Suarnada; Ni Nyoman Ritawati
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 8 No 2 (2017): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.467 KB) | DOI: 10.36417/widyagenitri.v8i2.220

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah persepsi remaja Hindu terhadap perayaan hari raya Siwaratri di Kota Palu? dan 2) Bagaimanakah pelaksanaan perayaan hari raya Siwaratri di Kota Palu? Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: 1) untuk mengetahui persepsi remaja Hindu tentang pelaksanaan hari raya Siwaratri di Kota Palu dan 2) untuk mengetahui pelaksaan perayaan hari raya Siwaratri di Kota Palu.Teori yang digunakan yaitu Teori Persepsi, dan Teori Intraksionalisme Simbolik. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Persepsi remaja Hindu tentang perayaan hari raya Siwaratri di Kota Palu yaitu a) Sebagai malam penebusan dosa, b) Hari raya Siwaratri tidak melakukan puasa (Upawasa). 2) Pelaksanaan hari raya Siwaratri di Kota Palu yaitu: a) Hari raya Siwaratri dilaksanakan pada malam hari, b) Remaja Hindu hanya sekedar melaksanakan hari raya Siwaratri, c) Remaja Hindu tidak menerapkan brata Siwaratri, d) Sebelum dan sesudah malam renungan diisi dengan hura-hura.
ETIKA BUSANA SEMBAHYANG BAGI WANITA HINDU DI PURA AGUNG WANA KERTA JAGATNATHA KOTA PALU SULAWESI TENGAH I Gede Made Suarnada; Dewa Made Odyana
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 9 No 1 (2018): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.245 KB) | DOI: 10.36417/widyagenitri.v9i1.228

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana etika busana sembahyang bagi wanita Hindu di Pura Agung Wana Kerta Jagatnatha, Kota Palu, Sulawesi Tengah. dan (2) Bagaimana penerapan etika dalam Busana sembahyang bagi Wanita Hindu di Pura Agung Wana Kerta Jagatnatha, Kota Palu, Sulawesi Tengah?, Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang busana sembahyanag bagi wanita Hindu. Selain itu juga diharapkan sebagai masukan bagi masyarakata Hindu terkait dengan penggunaan busana sembahyang bagi wanita Hindu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sumber data primer sebagai sumber langsung, dan sumber data sekunder adalah tulisan-tulisan yang telah ada. Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling. Permasalahan di bahas dengan menggunakan Teori Etika. Hasil penelitian bahwa sebagian besar telah memahami etika busana baik dari penggunaan busana bagian kepala (sanggul), kebaya (baju), senteng, dan kamben/kamen. Berdasarkan penerapannya bahwa Wanita Hindu mulai memperlihatkan tata cara berpakaian/berbusana sembahyang ke Pura dengan lebih sopan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya wanita Hindu yang menggunakan pakaian kebaya dengan menggunakan pelapis sebagai menutupi bagian tubuh dan menggunakan kamben/kamen yang sesuai dengan tinggi badan ataupun corak dan juga dengan penggunaan senteng/selendang, meski masih ada yang tidak menggunakan sanggul tetapi mengikat rambut dengan rapi.
PERANAN PEMUDA HINDU DALAM MENJAGA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA TOINASA KECAMATAN PAMONA BARAT KABUPATEN POSO I Gede Made Suarnada
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 10 No 1 (2019): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.953 KB) | DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i1.248

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana peranan pemuda hindu dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama di desa toinasa kecamatan pamona barat kabupaten poso? 2) kendala-kendala apa yang dihadapi oleh pemuda hindu dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama di desa toinasa kecamatan pamona barat kabupaten poso? 3) apakah upaya-upaya yang dilakukan oleh pemuda hindu dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama di desa toinasa kecamatan pamona barat kabupaten poso? Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi tentang peranan pemuda hindu dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di desa toinasa yaitu 1) untuk mengetahui peranan pemuda hindu dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama di desa toinasa kecamatan pamona barat kabupaten poso 2) untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh pemuda hindu dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragam di desa toinasa kecamatan pamona barat kabupaten poso 3) untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pemuda hindu dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama di desa toinasa kecamatan pamona barat kabu poso. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan objek penelitiaanya peranan pemuda hindu dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di desa toinasa. Penentuan sumber data dengan menggunakan purposive sampling, dengan metode pengumpulan data melalui wawancara,observasi dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini deskriptif kualitatif
POLA PERKAWINAN UMAT HINDU DENGAN UMAT BERAGAMA LAIN DI KOTA PALU I Gede Made Suarnada
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 5 No 1 (2014): Widya Genitri
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkawinan merupakan momentum awal dari kehidupan berumah tangga. Mengingat Negara Indonesia mengakui banyak agama dan kepercayaan, maka tidak mengherankan jika banyak terjadi perkawinan antar umat beragama. Perkawinan beda agama cenderung menimbulkan banyak masalah dibanding perkawinan biasa pada umumnya, mulai dari tidak direstuinya perkawinan tersebut oleh orang tua. Begitu pula yang terjadi di Kota Palu. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian tentang perkawinan umat Hindu dengan umat beragama lain di Kota Palu. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka masalah penelitian dapat dijabarkan dalam tujuan penelitian, yaitu: 1) Mengetahui pola perkawinan umat Hindu dengan umat beragama lain di Kota Palu, dan 2) Mengetahui kendala dan upaya dalam perkawinan umat Hindu dengan umat beragama lain di Kota Palu. Menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan Teori Religi untuk membedah permasalahan pola perkawinan dan Teori Fungsionalisme Struktural untuk membedah kendala dan upaya dalam mengatasi permasalahan perkawinan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, study kepustakaan, dan dokumentasi. Kemudian digunakan metode analisis Miles dan Huberman untuk mengolah dan menyajikan data. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa pola perkawinan antara umat Hindu dengan umat beragama lain di Kota Palu telah mengikuti tata cara perkawinan menurut Hindu. Secara umum peminangan biasa dilakukan satu atau dua kali. Sebelum melaksanakan sudhiwadani, maka calon mempelai yang akan memeluk agama Hindu harus membuat surat pernyataan untuk disudhi wadani. Setelah itu baru dilaksanakan upacara perkawinan. Untuk perkawinan yang tidak disetujui, maka tidak ada peminangan, melainkan langsung ke sudhiwadani dan upacara perkawinan. Kendala yang ditemui pada awal perkawinan adalah permasalahan perbedaan ideologi, perbedaan budaya, dan konflik dengan orang tua. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi perbedaan ideologi adalah dengan kesungguhan hati mempelajari agama Hindu, peran suami dalam membimbing, dan aktif dalam kegiatan keagamaan. Upaya dalam mengatasi perbedaan budaya dan adat istiadat adalah dengan beradaptasi dan berintegrasi dengan keluarga dan masyarakat sekitar. Upaya dalam mengatasi konflik dengan orang tua adalah dengan memberikan pandangan bahwa semua agama adalah sama-sama mengajarkan kebaikan dan melalui pendekatan cucu.
PEMAHAMAN KONSEP TRI HITA KARANA UMAT HINDU DI KOTA PALU I Gede Made Suarnada
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 6 No 1 (2015): Widya Genitri
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tri Hita Karana menjadi hal yang tidak terpisahkan menuju kehidupan yang harmonis. Konsep Tri Hita Karana diwujudkan dengan parahyangan berupa tempat suci sebagai sarana melakukan hubungan antara manusia dengan Tuhan, pawongan yaitu melakukan hubungan antara manusia dengan manusia, dan palemahan yaitu melakukan hubungan antara manusia dengan alam dan makhluk hidup lainnya, namun belum semua masyarakat Hindu di Kota Palu memiliki pemahaman tentang Tri Hita Karana dan belum mampu mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas ngayah yang merupakan salah satu implementasi dari konsep pawongan dan palemahan tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal. Umat sibuk dengan aktivitas masing-masing. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka muncul permasalahan yaitu bagaimana pemahaman konsep Tri Hita Karana umat Hindu di Kota Palu? Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palu. Pemilihan Kota Palu dilakukan secara purposif mengingat Kota Palu merupakan kota yang majemuk, dimana umat Hindu hidup berbaur dengan umat agama lainnya. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif interpretatif untuk mencari makna dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Data yang diperoleh dikelompokkan, kemudian dilakukan reduksi data dalam bentuk kategorisasi. Hasil penelitian: pemahaman umat Hindu tentang konsep parahyangan sebagai konsep Ketuhanan tidak hanya memberi ruang untuk pemujaan kepada Tuhan semata, tetapi juga kepada sinar suci-Nya yang disebut dewa. Pemahaman umat Hindu terhadap konsep pawongan sebagai konsep yang identik dengan makna vasudeva kutumbhakam, bahwa kita semua merupakan keluarga besar. Ajaran agama Hindu bersumber dari kitab suci Veda mengajarkan bahwa seorang manusia tidak boleh hidup egois hanya memperhatikan diri sendiri tetapi harus melayani leluhur, para orang suci, melayani sesama umat manusia seperti melayani diri sendiri, dan juga melayani makhluk lainnya sebagai satu keluarga semesta. Pemahaman umat Hindu tentang konsep palemahan yaitu umat Hindu memaknai lingkungan sekitar sebagai sahabat yang mesti dijaga dan dilindungi. Alam sebagai sumber materi yang diperlukan untuk hidup.
EKSISTENSI PURA AGUNG JAGATNATA STANA NARAYANA DI KABUPATEN POSO I Gede Made Suarnada
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 8 No 1 (2017): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v8i1.216

Abstract

Penelitian ini merumuskan tiga permasalahan, yaitu : 1) Bagaimanakah Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso? 2) Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam mempertahankan Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso? 3) Apakah upaya-upaya yang dilakukan dalam mempertahankan Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penentuan sumber data menggunakan teknik purposive sampling, dengan metode pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, wawancara, dan kepustakaan. Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa, 1) Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana Kabupaten yaitu a) sebagai tempat persembahyangan setiap hari, b) sebagai tempat persembahyangan hari suci agama Hindu, c) sebagai tempat melaksanakan upacara piodalan, d) sebagai tempat pelaksanaan kegiatan agama Hindu di Kabupaten Poso, e) sebagai pura kabupaten. 2) Kendala-kendala yang dihadapi dalam mempertahankan Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso yaitu a) tempat atau lokasi pura yang berjauhan dari pemukiman umat Hindu, b) waktu pelaksanaan persembahyangan yang bersamaan, c) kekurangan tenaga dalam ngaturang ngayah, d) keamanan lingkungan pura yang belum maksimal, e) minimnya sarana dan prasarana, f) sumber dana yang belum jelas. 3) Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam mempertahankan Eksistensi Pura Agung Jagatnata Stana Narayana di Kabupaten Poso adalah a) Pintu pura selalu dibuka dan pinandita nangkil kepura setiap hari, b) kegiatan persembahyangan di pura kabupaten dilaksanakan pada sore hari, c) persiapan upacara dan upakara diemban oleh umat Hindu Poso Kota dan Poso Pesisir, d) keamanan dibantu oleh anggota kepolisian dan masyarakat sekitar lingkungan pura, e) sumber dana diperoleh melalui dana punia, donatur dan iuran galungan.
PERSEPSI REMAJA HINDU TERHADAP PERAYAAN HARI RAYA SIWARATRI DI KOTA PALU I Gede Made Suarnada; Ni Nyoman Ritawati
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 8 No 2 (2017): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v8i2.220

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah persepsi remaja Hindu terhadap perayaan hari raya Siwaratri di Kota Palu? dan 2) Bagaimanakah pelaksanaan perayaan hari raya Siwaratri di Kota Palu? Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: 1) untuk mengetahui persepsi remaja Hindu tentang pelaksanaan hari raya Siwaratri di Kota Palu dan 2) untuk mengetahui pelaksaan perayaan hari raya Siwaratri di Kota Palu.Teori yang digunakan yaitu Teori Persepsi, dan Teori Intraksionalisme Simbolik. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Persepsi remaja Hindu tentang perayaan hari raya Siwaratri di Kota Palu yaitu a) Sebagai malam penebusan dosa, b) Hari raya Siwaratri tidak melakukan puasa (Upawasa). 2) Pelaksanaan hari raya Siwaratri di Kota Palu yaitu: a) Hari raya Siwaratri dilaksanakan pada malam hari, b) Remaja Hindu hanya sekedar melaksanakan hari raya Siwaratri, c) Remaja Hindu tidak menerapkan brata Siwaratri, d) Sebelum dan sesudah malam renungan diisi dengan hura-hura.