Dewa Made Odyana
STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ETIKA BUSANA SEMBAHYANG BAGI WANITA HINDU DI PURA AGUNG WANA KERTA JAGATNATHA KOTA PALU SULAWESI TENGAH I Gede Made Suarnada; Dewa Made Odyana
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 9 No 1 (2018): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.245 KB) | DOI: 10.36417/widyagenitri.v9i1.228

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana etika busana sembahyang bagi wanita Hindu di Pura Agung Wana Kerta Jagatnatha, Kota Palu, Sulawesi Tengah. dan (2) Bagaimana penerapan etika dalam Busana sembahyang bagi Wanita Hindu di Pura Agung Wana Kerta Jagatnatha, Kota Palu, Sulawesi Tengah?, Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang busana sembahyanag bagi wanita Hindu. Selain itu juga diharapkan sebagai masukan bagi masyarakata Hindu terkait dengan penggunaan busana sembahyang bagi wanita Hindu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sumber data primer sebagai sumber langsung, dan sumber data sekunder adalah tulisan-tulisan yang telah ada. Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling. Permasalahan di bahas dengan menggunakan Teori Etika. Hasil penelitian bahwa sebagian besar telah memahami etika busana baik dari penggunaan busana bagian kepala (sanggul), kebaya (baju), senteng, dan kamben/kamen. Berdasarkan penerapannya bahwa Wanita Hindu mulai memperlihatkan tata cara berpakaian/berbusana sembahyang ke Pura dengan lebih sopan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya wanita Hindu yang menggunakan pakaian kebaya dengan menggunakan pelapis sebagai menutupi bagian tubuh dan menggunakan kamben/kamen yang sesuai dengan tinggi badan ataupun corak dan juga dengan penggunaan senteng/selendang, meski masih ada yang tidak menggunakan sanggul tetapi mengikat rambut dengan rapi.
ETIKA BUSANA SEMBAHYANG BAGI WANITA HINDU DI PURA AGUNG WANA KERTA JAGATNATHA KOTA PALU SULAWESI TENGAH I Gede Made Suarnada; Dewa Made Odyana
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 9 No 1 (2018): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v9i1.228

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana etika busana sembahyang bagi wanita Hindu di Pura Agung Wana Kerta Jagatnatha, Kota Palu, Sulawesi Tengah. dan (2) Bagaimana penerapan etika dalam Busana sembahyang bagi Wanita Hindu di Pura Agung Wana Kerta Jagatnatha, Kota Palu, Sulawesi Tengah?, Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang busana sembahyanag bagi wanita Hindu. Selain itu juga diharapkan sebagai masukan bagi masyarakata Hindu terkait dengan penggunaan busana sembahyang bagi wanita Hindu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sumber data primer sebagai sumber langsung, dan sumber data sekunder adalah tulisan-tulisan yang telah ada. Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling. Permasalahan di bahas dengan menggunakan Teori Etika. Hasil penelitian bahwa sebagian besar telah memahami etika busana baik dari penggunaan busana bagian kepala (sanggul), kebaya (baju), senteng, dan kamben/kamen. Berdasarkan penerapannya bahwa Wanita Hindu mulai memperlihatkan tata cara berpakaian/berbusana sembahyang ke Pura dengan lebih sopan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya wanita Hindu yang menggunakan pakaian kebaya dengan menggunakan pelapis sebagai menutupi bagian tubuh dan menggunakan kamben/kamen yang sesuai dengan tinggi badan ataupun corak dan juga dengan penggunaan senteng/selendang, meski masih ada yang tidak menggunakan sanggul tetapi mengikat rambut dengan rapi.