Dalam membentuk sebuah kondisi yang kondusif melalui bersalaman atau berjabat tangan bahwa manusia bersalaman mempunyai beberapa maksud: pertama, untuk meminta maaf atas kesalahan yang dia lakukan. Kedua, sebagai tanda sebuah persahabatan. ketiga, karena mereka sudah lama tak jumpa. Keempat, untuk mempererat silaturrahmi. Maka dari itu kalau jika ingin semakin kuat persatuan dan semakin kokoh pebanyaklah bersalaman.Bersalaman (Musa>fahah) bukan adat tetapi, anjuran dari Nabi Muhammad saw., yang mana balasannya akan diampuni dosa-dosa sebelum berpisah. Penelitian ini memilih kitab Sunan Abu> Da>wud karena kitab tersebut salah satu dari Kutub al-Sittah yang pasti menjadi rujukan pertama untuk mencari hadis selain S{ah}i>h} al-Bukha>ri dan S{ah}i>h} Muslim serta menurut para ulama termasuk urutan nomor tiga tingkat keshah}ih}an serta keh}ujjahannya. Penelitian ini mencoba memberikan khazanah baru terhadap makna bersalaman itu sendiri dengan pendekatan ma’ani al-hadisKata Kunci: Ma’ani al-Hadis, Perspektif Hadis, Berjabat TanganIn establishing a conducive condition through shaking hands that humans shake has several purposes: first, to apologize for the mistakes he has made. Second, as a sign of friendship. third, because they haven't seen each other for a long time. Fourth, to strengthen friendship. Therefore, if you want to get stronger and stronger, shake hands. Shaking hands or Musafahah is not a custom, but a recommendation from the Prophet Muhammad, in which sins will be forgiven before parting. This study chose the book Sunan Abu Dawud because the book is one of the Kutub al-Sittah which must be the first reference to look for hadith other than Sahih al-Bukhari and Sahih Muslims and according to the scholars including the number three level of authenticity.This study tries to provide a new treasure for the meaning of shaking hands it self with the ma'ani al-hadith.Keywords: Ma’ani al-Hadis, hadith perspective, shaking hands