Alex Sander Lumban Gaol
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN GAS METANA BATUBARA (CMM) AKIBAT SPONTANEOUS COMBUSTION PADA TEMPORARY STOCKPILE BANGKO BARAT PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK TANJUNG ENIM Gaol, Alex Sander Lumban; Yusuf, Maulana; Handayani, Harminuke Eko
Jurnal Ilmu Teknik Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Ilmu Teknik
Publisher : Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanasan global merupakan isu internasional yang sering dibahas mulai dari kalangan ilmuwan, peneliti hinggamasyarakat umum. Penyebab utamanya disebabkan oleh menipisnya lapisan ozon. Sumber emisi terbesardiantaranya gas CO2 dan CH4. Pertambangan batubara ikut mempengaruhi kandungan udara di atmosfer melaluipenggunaan alat-alat mekanis dan batubara yang terekspos hingga terjadi spontaneous combustion. Tujuanpenelitian adalah mengetahui karakteristik temporary stockpile, menentukan laju alir Gas Metana Batubara atauCoal Mine Methane (CMM), menghitung Emission Factor (EF) dan mengetahui penanggulangan spontaneouscombustion di Temporary Stockpile Bangko Barat. Penelitian dilakukan dengan pengukuran lapangan langsungmenggunakan alat pengukur gas detector Altair 4X . Pada Temporary Stockpile Bangko Barat PT. Bukit Asam(Persero), Tbk terjadi spontaneous combustion yang menghasilkan CMM sebagai sumber emisi. Berdasarkanpengolahan dan analisis data lapangan didapat bahwa pada titik tertentu di temporary stockpile terjadi spontaneouscombustion yang disebabkan ketinggian tumpukan batubara lebih dari 7 meter, batubara sudah ditumpuk lebih dari 6bulan, saluran air yang kurang bekerja optimal, adanya sisipan mineral lain seperti batu pack, sudut timbunan yanglebih dari 400. Pada menit pertama CMM belum terdeteksi namun pada menit selanjutnya, CMM dapat diukur hinggamencapai titik maksimum tertentu. Nilai EF dari Temporary Stockpile adalah 0,09126 m3/ton. Hal ini menyatakandalam 1 ton batubara yang mengalami spontaneous combustion akan mwnghasilkan 0,09126 m3 emisi CMM.Penanggulangan terhadap emisi CMM dengan metode Chemical Fire Tide dan metode kompaksi yang bertujuanmemperkecil porositas antarbutir batuan sehingga gas-gas didalam batubara tidak bereaksi dengan udara, sehinggatidak terjadinya spontaneous combustion.Kata kunci : Pemanasan Global, Gas Metana Batubara (CMM), Spontaneous Combustion, Emisi Faktor (EF).
TINJAUAN KERANGKA KERJA REGULASI PENGELOLAAN KEADAAN DARURAT YANG BERDAMPAK LUAS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Gaol, Alex Sander Lumban; Sudrajat, Jajat
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2023: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 96 huruf (b) menjelaskan bahwa dalam penerapan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik, pemegang IUP atau IUPK wajib melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan Reklamasi dan Pascatambang. Kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara dalam kondisi tertentu memiliki risiko/potensi keadaan yang berdampak luas terhadap lingkungan hidup dan menimbulkan keresahan masyarakat seperti tanggul jebol, overtapping air limbah pertambangan menuju badan perairan, tumpahan bahan kimia dan hidrokarbon yang mencemari media lingkungan, atau kebakaran hutan/area Reklamasi. Hal ini perlu diantisipasi sebagai bagian dari pengelolaan keadaan darurat pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Makalah ini menggunakan pendekatan analisis kesenjangan (gap analysis) terhadap kerangka kerja regulasi yang ada terkait keadaan darurat yang berdampak luas terhadap lingkungan hidup dan menimbulkan keresahan masyarakat. Beberapa temuan dan rekomendasi paper ini adalah identifikasi potensi kejadian-kejadian (potential events) yang berdampak luas terhadap lingkungan hidup dan menimbulkan keresahan masyarakat yang perlu diantisipasi oleh kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Paper ini juga merekomendasikan perlunya konsentrasi khusus atas tahapan pemulihan lingkungan (recovery) sebagai bagian dari pengelolaan keadaan darurat pada keiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Hal ini disebabkan karena tahapan pemulihan lingkungan melibatkan target pemulihan lingkungan hidup yang mendasarkan kepada ketentuan peraturan perundang-undangan seperti nilai ambang batas dan baku mutu lingkungan hidup, serta mobilisasi sumberdaya (resources) yang besar pada tahapan ini. Tahapan pemulihan lingkungan hidup juga harus mengakomodasi upaya penghentian sumber pencemar, penanggulangan pencemaran serta perbaikan struktur dan fungsi ekosistem dalam rangka menuju lintasan (trajectory) rehabilitasi, reklamasi, atau bahkan restorasi.