Suwandi Suwandi
Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Teknik Penyemaian Benih True Shallot Seed untuk Produksi Bibit dan Umbi Mini Bawang Merah Gina Aliya Sopha; Nani Sumarni; Wiwin Setiawati; Suwandi Suwandi
Jurnal Hortikultura Vol 25, No 4 (2015): Desember 2015
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v25n4.2015.p318-330

Abstract

Budidaya bawang merah dengan menggunakan true shallot seed (TSS) dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (1) penanaman TSS langsung di lapangan, (2) penyemaian TSS terlebih dahulu untuk mendapatkan bibit, dan (3) pembuatan umbi mini, yaitu umbi bibit mini (< 3 g/umbi) yang berasal dari TSS. Tujuan penelitian adalah  mendapatkan media semai, cara semai, dan kedalaman semai TSS paling tepat untuk menghasilkan bibit dan umbi mini bawang merah (var. Bima). Penelitian lapangan dilakukan di Kebun Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Jawa Barat (± 1.250 m dpl), dari bulan Juni sampai Oktober 2013, menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama (A) adalah media semai, terdiri atas : a = tanah + pupuk kandang (1:1), a 2 = tanah + pupuk kandang + arang sekam padi  (1:1:1), dan a = tanah + pupuk kandang + cocopit (1:1:1). Anak petak (B) adalah cara semai + kedalaman semai TSS, terdiri atas : b 1 3 = disebar + kedalaman 1 cm, b = disebar + kedalaman 2 cm, b 3 = digarit + kedalaman 1 cm, dan b 4 2 = digarit + kedalaman 2 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media semai campuran tanah +  pupuk kandang dengan cara semai TSS disebar rata di bedengan sedalam 2 cm dan bibit dipindahkan ke lapangan pada umur 6 minggu setelah  semai merupakan perlakuan yang baik karena dapat menghasilkan  jumlah bibit yang tumbuh cukup banyak dan menghasilkan bobot kering eskip paling tinggi, yaitu 1,51 kg/m setara 12,08 t/ha (efisiensi lahan 80%). Kombinasi media semai tanah + pupuk kandang + arang sekam padi dengan cara semai TSS disebar pada garitan sedalam 2 cm  menghasilkan umbi mini paling banyak, yaitu 358 umbi setara 1.909.333 umbi mini dengan bobot antara 0,938 g/1,5 m 2 setara 5,003 t/ha (efisiensi lahan 80%). Hasil umbi mini tersebut hanya sekitar 36% dari total bobot umbi kering eskip yang dihasilkan. Persentase umbi mini yang dihasilkan masih rendah, oleh karena itu penanaman bawang merah asal TSS lewat seedling diduga paling menjanjikan.
Eksplorasi, Karakterisasi, dan Pemanfaatan Cendawan Berguna untuk Memperbaiki Pertumbuhan Sayuran Suwandi Suwandi; Rahmat Sutarya; Wiwin Setiawati
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 2 (2013): Juni 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n2.2013.p143-152

Abstract

Penggunaan mikrob efektif sebagai komponen habitat alam mempunyai peran dan fungsi penting mendukung keberhasilan usahatani ramah lingkungan, melalui proses seperti dekomposisi dan mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, dan nitrifikasi hara tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengisolasi sumber daya hayati lokal berupa cendawan berguna sebagai pupuk hayati pelarut fosfat untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman sayuran. Eksplorasi dilaksanakan di daerah sentra produksi sayuran dataran tinggi dan dataran rendah mulai Bulan Juli sampai dengan Desember 2011. Metode pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit pada areal pertanaman sayuran dengan kondisi pertanaman sehat, kemudian cendawan berguna dari contoh tanah diisolasi dan diseleksi di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Jenis cendawan yang diidentifikasi pada media tumbuh ialah Aspergillus dan Penicillium, sedangkan pengujian efektivitasnya dilakukan pada pertanaman di rumah sere. Dari hasil eksplorasi ditemukan spesies cendawan potensial yang berguna sebagai pelarut fosfat sebanyak 20 isolat dari spesies Aspergillus spp. dan tiga isolat spesies Penicillium spp.. Adapun 12 isolat lainnya tergolong spesies cendawan Trichoderma sp. yang tidak termasuk mikrob pelarut fosfat. Beberapa spesies cendawan teridentifikasi sebagai pelarut fosfat mempunyai indeks melarutkan fosfat (IMP) yang cukup tinggi, yaitu isolat Kb-3-lg-as-1, Bm14-mj-pe-1, dan Cb9-gt-as-3 dengan nilai IMP > 2,50. Hasil uji efektivitas spesies cendawan Aspergillus spp. dan Penicillium spp. memberikan pengaruh/rangsangan positif terhadap pertumbuhan tanaman tomat, kubis, dan beet.