This Author published in this journals
All Journal Jurnal Hortikultura
Nikardi Gunadi
Balai penelitian tanaman sayuran

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penggunaan Netting House dan Mulsa Plastik untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah Nikardi Gunadi; Ineu Sulastrini
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n1.2013.p36-46

Abstract

Dalam rangka mengatasi terjadinya fluktuasi produksi cabai merah sepanjang tahun di Indonesia, maka perlu dicoba salah satu teknik produksi cabai merah yaitu menggunakan netting house. Percobaan untuk mengetahui pengaruh penggunaan netting house dan mulsa plastik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (1250 m dpl.), Jawa Barat dari Bulan April sampai November 2011. Rancangan percobaan yang digunakan ialah petak terpisah, sebagai petak utama ialah dua teknik produksi cabai merah (netting house dan di lahan terbuka), sedangkan anak petak ialah kombinasi varietas cabai merah dan penggunaan mulsa plastik hitam perak. Varietas cabai merah besar yang digunakan yaitu Tanjung-2, Wibawa, dan Hot Beauty, sedangkan perlakuan penggunaan mulsa plastik hitam perak terdiri dari penggunaan mulsa plastik dan tanpa mulsa plastik. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Pengamatan meliputi pertumbuhan tanaman, komponen hasil, dan hasil tanaman, serta jumlah buah yang terserang hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman cabai merah yang ditanam di bawah naungan (netting house) lebih tinggi dan mempunyai kanopi yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman cabai merah yang ditanam di lahan terbuka (open field). Penggunaan naungan juga dapat mengurangi jumlah buah yang terserang hama ulat buah dan lalat buah. Tanggap varietas Wibawa terhadap penggunaan naungan (netting house) lebih baik daripada varietas Tanjung-2 dan Hot Beauty yang ditunjukkan dengan peningkatan bobot buah dan jumlah buah melebihi peningkatan bobot buah dan jumlah buah pada varietas Tanjung-2 dan Hot Beauty baik yang menggunakan mulsa plastik maupun yang tidak menggunakan mulsa plastik. Varietas Wibawa dan Hot Beauty yang ditanam di dalam netting house dapat ditanam tanpa menggunakan mulsa plastik, namun varietas Tanjung-2 yang ditanam baik di dalam netting house maupun yang ditanam di lahan terbuka (open field) sebaiknya ditanam menggunakan mulsa plastik. Teknik produksi cabai merah menggunakan netting house dapat direkomendasikan sebagai salah satu alternatif dalam rangka mengurangi fluktuasi produksi cabai merah di Indonesia.
Penentuan Interval Pemberian Air Tanaman Bawang Putih berdasarkan Nilai Evapotranspirasi (Determination of Interval Garlic Irrigation based on Evapotranspiration Value) nFN Harmanto; Ika Cartika; Rofik Sinung Basuki; Agnofi Merdeka Efendi; Nikardi Gunadi
Jurnal Hortikultura Vol 31, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v31n2.2021.p131-136

Abstract

Kebutuhan air tanaman dapat ditentukan berdasarkan nilai evapotranspirasi. Bawang putih untuk bisa tumbuh optimal memerlukan kebutuhan air yang cukup, baik dari segi volume ataupun ketepatan waktu pemberian. Penelitian ini bertujuan untuk mencari waktu atau interval pemberian air yang tepat pada tanaman bawang putih agar mencapai pertumbuhan dan produksi yang optimal. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2020 bertempat di IP2TP Margahayu Lembang, Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Rancangan penelitian yang digunakan, yaitu Rancangan Acak Kelompok dengan enam perlakuan dan diulang empat kali. Perlakuan terdiri atas pemberian air berdasarkan nilai evapotranspirasi dengan interval penyiraman : (a) 2 hari sekali, (b) 3 hari sekali, (c) 4 hari sekali, (d) 5 hari sekali, (e) 6 hari sekali, serta (f) perlakuan kontrol, yaitu pemberian air cara petani tidak berdasarkan nilai evapotranspirasi, diberikan setiap 2 hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan interval pemberian air 2, 3, dan 4 hari sekali berdasarkan nilai evapotranspirasi memberikan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering brangkasan, bobot umbi segar dan kering, diameter umbi, dan panjang siung lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol. Penyiraman 4 hari sekali dapat dilakukan pada budidaya bawang putih untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil serta efisiensi tenaga, waktu, dan biaya.KeywordsBawang putih; Evapotranspirasi; Interval irigasi; Irigasi tanamanAbstractPlant water requirements can be determined based on the evapotranspiration value. To be able to grow optimally, garlic requires sufficient water needs both in terms of volume and the timing of irrigation. The study was aimed at obtain the right time or frequency of water application to garlic plants in order to achieve optimal growth and production. The research was conducted from May to September 2020 at IP2TP Margahayu Lembang Indonesian Vegetable Research Institute. The research design used was a Randomized Block Design with six treatments and four replications. The treatment consisted of giving water based on the evapotranspiration value with watering intervals : (a) 2 days, (b) 3 days, (c) 4 days, (d) 5 days, (e) 6 days, and (f) control treatment, namely giving water by farmers not based on the value of evapotranspiration, given every 2 days. The results showed that the interval of giving water 2, 3, and 4 days based on the evapotranspiration value gave the plant height, number of leaves, stem diameter, stover dry weight, fresh and dry tuber weight, tuber diameter and clove length higher than the control treatment. Irrigation every 4 days can be done on garlic cultivation to increase the growth and yield as well as the efficiency ofenergy, time, and cost.
Tanggap Empat Varietas Paprika (Capsicum annuum var. Grossum) terhadap Jumlah Cabang Berbeda di Dataran Tinggi Lembang, Jawa Barat Nikardi Gunadi
Jurnal Hortikultura Vol 26, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v26n1.2016.p67-80

Abstract

(Response of Four Sweet Pepper (Capsicum annuum var. Grossum) Varieties to Different Stem Number Per Plant Grown in the Highland of Lembang, West Java)Pada saat ini, beberapa varietas paprika baru telah tersedia sebagai pilihan alternatif petani. Setiap varietas paprika mempunyai tipe pertumbuhan dan kapasitas masing-masing dalam memproduksi buahnya. Di Indonesia, penelitian tentang pengaruh jumlah cabang per tanaman baru dilakukan pada beberapa varietas saja tetapi pada varietas paprika lainnya belum dilakukan.Penelitian dengan tujuan mengetahui tanggap empat varietas paprika (Capsicum annuum var. Grossum) terhadap jumlah cabang berbeda telah dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (1.250 m dpl.), Jawa Barat dari bulan April sampai bulan Desember 2010. Dua faktor perlakuan yang dicoba pada penelitian ini, yaitu (1) jumlah cabang per tanaman (dua, tiga, dan empat cabang), dan (2) varietas (Spider, E 41.9560, Zamboni, dan Inspiration). Kombinasi perlakuan tersebut diatur dengan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah cabang per tanaman berpengaruh nyata terhadap hasil paprika dan tanaman paprika dengan tiga cabang per tanaman memberikan hasil total dan kelas buah >200 g tertinggi yang berbeda nyata dengan tanaman paprika dengan dua dan empat cabang per tanaman. Rerata hasil total paprika dengan tiga cabang per tanaman ialah 19% lebih tinggi daripada dengan dua cabang per tanaman dan 15% lebih tinggi daripada dengan empat cabang per tanaman. Pada kelas buah >200 g, tanaman paprika yang ditanam dengan tiga cabang per tanaman berturut-turut 16% dan 19% lebih tinggi daripada tanaman paprika yang ditanam dengan dua dan empat cabang per tanaman. Hasil paprika tidak berbeda nyata di antara keempat varietas yang dicoba dan rerata hasil total paprika pada percobaan ini ialah 12,05 kg/m2. Rerata bobot buah varietas E 41.9560 tertinggi yang berbeda nyata dibandingkan dengan rerata bobot buah ketiga varietas lainnya. Rerata bobot buah yang tertinggi kedua ditunjukkan oleh varietas Zamboni, kemudian diikuti oleh varietas Inspiration dan Spider. Rerata bobot buah dari varietas E 41.9560, Zamboni, Inspiration, dan Spider berturut-turut 250, 231, 220, dan 205 g. Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa apabila yang diinginkan buah dengan ukuran besar maka varietas E 41.9560 atau Zamboni yang ditanam, sedangkan bila yang diinginkan buah dengan ukuran sedang maka varietas Spider atau Inspiration yang ditanam. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pemilihan varietas dan teknik budidaya paprika dalam kondisi rumah plastik di dataran tinggi.KeywordsCapsicum annuum var. Grossum; Jumlah cabang; Varietas; HasilAbstractAt present, several new sweet pepper varieties are available as the alternative options for farmers. Each variety has its own characters in terms of growth type and the capacity of fruit production. In Indonesia, research on the effect of number of stems per plant were carried out only on limited varieties and not yet on the new varieties. An experiment with the aims at determining the response of four sweet pepper (Capsicum annuum var. Grossum) varieties to different stem number per plant was conducted at the field experiment of Indonesian Vegetable Research Institute (IVEGRI), Lembang (1,250 m asl.), West Java from April to December 2010. Two factor treatments were determined i.e. (1) number of stem per plant (two, three, and four stems), and (2) varieties (Spider, E 41.9560, Zamboni, and Inspiration). The treatment combinations were arranged in a randomized complete block design with three replications. The results indicated that the number of stem per plant significantly affected total yields and plants grown with three stems per plant gave highest total yields and yield of class >200 g as compared to plants grown with two and four stems per plant. In average, the total yields of plants grown with three stems per plant were 19% higher than those of plants grown with two stems per plant and 15% higher than those of plants grown with four stems per plant. In class >200 g, plants grown with three stems per plant gave 16% and 19% higher yields than plants grown with two and four stems per plant, respectively. In this experiment, the total yields were not significantly different between varieties and in average the total yields were 12.05 kg/m2. Mean fruit weight of E 41.9560 was significantly highest compared to those of other varieties. The second highest of mean fruit weight was indicated by Zamboni, followed by Inspiration and Spider. Mean fruit weight of E 41.9560, Zamboni, Inspiration, and Spider were 250, 231, 220, and 205 g, respectively. The results suggest that to obtain relatively big size fruit, E 41.9560 or Zamboni is recommended, however, in order to obtain relatively medium size fruit, Spider or Inspiration is recommended. The results can be used as a recommendation in variety selection and growing technique of sweet pepper grown under plastic house.