Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Teknik Pembuatan Keripik Simulasi Labu Jepang Bram Kusbiantoro; Dian Histifarina; A B Ahza
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v15n1.2005.p%p

Abstract

Tujuan penelitian untuk mempelajari optimasi proses pembuatan keripik simulasi labu jepang. Penelitiandilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB dan Laboratorium Pi lotPlan, PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor dari bulan Maret sampai Juli 2003. Rancangan percobaan menggunakan acaklengkap dengan tiga ulangan. Perlakuan yang dicoba adalah perbandingan persentase labu kukus dan campurantepung (perbandingan tapioka:tepung terigu) yaitu 35:55 (1:1); 35:55 (1:2); 35:55 (2:1); 30:60 (1:1); 30:60 (1:2);30:60 (2:1); 25:65 (1:1); 25:65 (1:2), dan 25:65 (2:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan30% labu kukus dan 60% campuran tepung tapioka : tepung terigu (2:1) memberikan hasil terbaik dilihat darikerenyahan dan rasa yang pal ing disukai oleh panelis (5,80 dan 5,60); rasio pengembangan dan rendemen tertinggi(163 dan 70,09%), kadar air 5,27% b.b dan kadar lemak 28,09 % b.b.The study of pro cess ing on squash sim u la -tion chips. The aim of this re search was to study the op ti mum pro cess ing of squash sim u la tion chips. The re search wascon ducted at Food Tech nol ogy Lab o ra tory, Fac ulty of Ag ri cul ture Tech nol ogy, IPB and Pi lot Plan Laboratorium,PAU, IPB, Bogor from March un til July 2003. A com pletely ran dom ized de signs was used with three rep li ca tions.The treat ments were per cent age ra tio of steam squash and mixed flour (tap i oca: wheat), i.e.: 35:55 (1:1); 35:55 (1:2);35:55 (2:1); 30:60 (1:1); 30:60 (1:2); 30:60 (2:1); 25:65 (1:1); 25:65 (1:2) dan 25:65 (2:1). The re sults showed that30% steamed squash and 60% mixed flour (tap i oca-wheat 2:1) gave the best re sult based on the crisp i ness and thetaste, high est ra tio of ad vance ment and rendement (163 and 70.09%); wa ter con tent 5.27% w.b and fat con tent 28,09% w.b.
Teknik Pengeringan dalam Oven untuk Irisan Wortel Kering Bermutu Dian Histifarina; Darkam Musaddad; E. Murtiningsih
Jurnal Hortikultura Vol 14, No 2 (2004): Juni 2004
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v14n2.2004.p107-112

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap karakteristik mutu sayuran wortelkering. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hasil Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang daribulan Juli sampai Oktober 2000. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok pola faktorial dengantiga ulangan dan dua faktor. Faktor pertama adalah suhu pengeringan (40, 50, dan 60°C) dan faktor kedua adalah lamapengeringan (17, 22, 27, dan 32 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan 32 jam yangdikombinasikan dengan suhu pengeringan 50°C menghasilkan wortel kering terbaik berdasarkan nilai kadar air(9,15% bb), kadar beta karoten (0,019%), persentase rehidrasi tinggi (520,44%), dan penilaian sensori terhadap warnaserta tekstur yang baik.AB STRACT. Histifarina, D., D. Musaddad, and E. Murtiningsih. 2004. De hy dra tion tech nique us ing an ovenfor qual ity dried sliced car rot. The aim of this re search was to study the ef fect of tem per a ture and dry ing du ra tion onthe dried car rot qual ity char ac ter is tics. The re search was con ducted at Postharvest Phys i ol ogy Lab o ra tory of In do ne -sian Veg e ta bles Re search In sti tute, Lembang from July to Oc to ber 2000. The ex per i ment was laid in a fac to rial ran -dom ized block de sign with three rep li ca tions and two fac tors. The first fac tor was the tem per a ture (40, 50, and 60°C)and the sec ond fac tor was dry ing du ra tion (17, 22, 27, and 32 hours).The re sult showed that the dry ing du ra tion 32hours com bined with dry ing tem per a ture of 50°C gave the best dried car rot char ac ter is tics based on wa ter con tent(9.15% bb), beta car o tene con tent (0.019%), high est rehydration ca pac ity (520.44%), and sensoriccally best color andtex ture.
Effect of Sodium Metabisulphite Soaking and Types of Starter on Physicochemical Character of Modified Breadfruit Flour Dian Histifarina; Adetiya Rachman
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v13n1.2016.21-27

Abstract

Breadfruit flour is largely determined by the treatment during processing. Breadfruit contains quite high phenolic substances, so it can turn brown when it contacts with air. Moreover, the flour from alternatives food sources including breadfruit generally has more inferior in functional quality compare to wheat flour. Chemical modification with sodium metabisulphite and biological modification by fermentation can be done to improve the quality of breadfruit flour. The research objective was to determine the effect of concentration of sodium metabisulphite and types of starters on the characteristics of modified breadfruit flour. The research started from April 2013 to September 2013 at the Laboratory of Mechanization and Agricultural Technology (MTHP) Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT) West Java and Processing Laboratory of Pasundan University Bandung, using Factorial Completely Randomized Design 2 factors (3 types of starter and 2 soaking treatment), repeated 3 times. The parameters observed were physical properties (yield and whiteness), chemical properties (moisture content, ash content, and protein content), and functional properties (amylography). The results showed that the modified breadfruit flour produced has a yield ranging from 7.22 to 30.64% and moisture contents of 2.57 to 7.05%; Fermentation treatment with Bimo-CF starter and sodium metabisulphite produced the best physicochemical properties of breadfruit flour (moisture content 4.47%, ash content 2.28%, protein content 3.91%, and whiteness 77.13%). PENGARUH PERENDAMAN NATRIUM METABISULFIT DAN JENIS STARTER TERHADAP KARAKTER FISIKOKIMIA TEPUNG SUKUN TERMODIFIKASIPengolahan sukun menjadi tepung sukun sangat ditentukan oleh tahapan proses pengolahannya. Sukun mengandung zat fenolik cukup tinggi, sehingga apabila sudah kontak dengan udara dapat berubah menjadi coklat. Selain itu, tepung dari bahan pangan alternatif termasuk sukun umumnya memiliki mutu fungsional dibawah tepung terigu. Modifikasi proses pengolahan secara kimia dengan sodium metabisulfit (SMS) maupun secara biologis melalui fermentasi dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu tepung sukun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan perendam dan jenis starter terhadap karakteristik tepung sukun termodifikasi. Rancangan yang digunakan adalah RALF (Rancangan Acak Lengkap Faktorial) dengan 2 faktor (jenis starter 3 taraf dan perendaman 3 taraf), diulang 3 kali. Parameter yang diamati meliputi sifat fisik (rendemen dan derajat putih), sifat kimia (kadar air, kadar abu, dan kadar protein), dan sifat fungsional (amilograf). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung sukun termodifikasi yang dihasilkan memiliki rendemen berkisar antar 7,22 – 30,64% pada kadar air 2,57-7,05%; Perlakuan perendaman dalam sodium metabisulfit (SMS) dan fermentasi dengan starter bimo-CF menghasilkan sifat fisiko kimia tepung sukun terbaik (kadar air 4,47%, kadar abu 2,28% kadar protein 3,91 dan derajat putih 77,13%).
PENDUGAAN UMUR SIMPAN SIRUP DAN MINUMAN CUP JERUK SAMBAL (Citrus amblycarpa) Heny Herawati; Dian Histifarina
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendugaan umur simpan sirup dan minuman kup dapat menghemat waktu dan biaya. Penelitian bertujuan untuk menentukan umur simpan sirup dan minuman cup jeruk sambal. Metodologi pendekatan yang dilakukan adalah persamaan Arhenius melalui kegiatan analisis umur simpan dari minuman jeruk sambal. Pada awal kegiatan, penentuan umur simpan didasarkan pada hasil TPC (Total Plate Count) dengan masa inkubasi pada 3 suhu kondisi penyimpanan (suhu ruang, suhu 30ºC dan suhu 40 ºC). Berdasarkan hasil analisa terhadap sampel sirup tersebut diketahui bahwa penentuan umur simpan dengan menggunakan analisis TPC tidak memperoleh hasil yang baik, hal ini disebabkan penentuan umur  simpan dengan menggunakan metode akselerasi. Penentuan umur simpan sirup jeruk sambal berdasarkan hasil analisa pH diperoleh hasil untuk suhu ruang selama 8.93 minggu dengan nilai R2 0.9429, suhu 30ºC 6.35 minggu dengan nilai R2 0.9657 dan suhu 40ºC 5.57 minggu dengan nilai R2 0,9181. Penentuan umur simpan sirup jeruk berdasarkan parameter aw pada suhu ruang 2.83 minggu dengan nilai R2 0.9929, suhu 30ºC 2.28 minggu dengan nilai R2 0.9764 dan suhu 40ºC  1.80 dengan nilai R2 0.9634. Kata kunci: Umur simpan, Minuman, Jeruk sambal
Uji Adaptasi Teknologi Produksi Lipat Ganda (Proliga) Bawang Merah pada Lahan Dataran Tinggi Majalengka Heru Susanto; Kiki Kusyaeri Hamdani; Dian Histifarina; Agus Nurawan; Tri Martini; Wawan Wahyudin
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 50 No. 3 (2022): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.834 KB) | DOI: 10.24831/jai.v50i3.42599

Abstract

Penggunaan biji TSS (true shallot seed) dalam teknologi budidaya produksi lipat ganda (Proliga) bawang merah telah dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan teknis dan ekonomi teknologi Proliga bawang merah di dataran tinggi. Penelitian dilaksanakan secara partisipatif pada lahan petani seluas 1000 m2 di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka (1,000-1,200 mdpl) pada bulan April-Agustus 2019. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan tujuh ulangan. Perlakuan pertama Trisula biji dengan Proliga, kedua Lokananta biji dengan Proliga dan ketiga Bali Karet umbi dengan teknologi petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah asal biji Trisula dan Lokananta dengan teknologi Proliga masing-masing sebesar 33.9 ton ha-1 dan 40.17 ton ha-1 sedangkan Bali Karet umbi dengan teknologi petani sebesar 19.5 ton ha-1. Analisis ekonomi terhadap biaya persemaian menunjukkan bahwa teknologi Proliga bawang merah dapat menghemat biaya benih hingga 43% dan R/C rasio Proliga bawang merah lebih tinggi dibandingkan cara petani (R/C Proliga Trisula, Proliga Lokananta, dan cara petani masing-masing sebesar 2.83, 3.35, dan 1.76). Teknologi Proliga bawang merah asal biji secara teknis maupun ekonomi layak dikembangkan khususnya pada dataran tinggi karena produktivitasnya yang tinggi dan menguntungkan petani. Kata kunci: analisis ekonomi, biji bawang merah, kelayakan ekonomis, kelayakan teknis, produktivitas