Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pengaruh Laju Alir Umpan dan Suhu Inlet Spray Drying pada Karakteristik Mikrokapsul Oleoresin Jahe Sri Yuliani; nFN Desmawarni; Niken Harimurti; Sri S. Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v4n1.2007.18-26

Abstract

Oleoresin merupakan salah satu bentuk ekstraktif rempah yang memiliki karakter aroma dan rasa yang alami karena kandungan minyak atsiri dan resinnya. Oleoresin bersifat sensitif terhadap cahaya, panas dan oksigen sehingga mempunyai masa simpan yang terbatas. Selain itu, bentuknya berupa cairan kental yang lengket menyulitkan penanganannya. Mikroenkapsulasi menawarkan solusi bagi permasalahan tersebut. Dengan mikroenkapsulasi, bahan aktif akan terlindung dari pengaruh lingkungan yang merugikan selama penyimpanan maupun selama pengolahan. Mikroenkapsulasi juga dapat mengkonversi cairan menjadi bubuk padatan sehingga memudahkan penanganan dan pengemasannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi proses spray drying untuk menghasilkan mikrokapsul dengan karakteristik yang memadai. Dalam penelitian ini, oleoresin jahe (10%) dienkapsulasikan dalam bahan pengkapsul maltodekstrin dan natrium kaseinat (nisbah bobot 2:1) menggunakan teknik spray drying. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor yang dipelajari berupa laju alir umpan (A) yang terdiri atas 2 taraf (A1=15 ml/menit dan A2=20 ml/menit) dan suhu inlet (B) yang terdiri atas 4 taraf (B1=160°C, B2=170°C, B3=180°C dan B4=190°C). Variabel respon yang diukur berupa total oil, oil retention, surface oil, kadar air, aktivitas air dan kelarutan. Struktur mikrokapsul dan profil perisa beberapa mikrokapsul terpilih diamati pula. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa laju alir dan suhu inlet spray drying berpengaruh pada surface oil, kadar air dan aktivitas air. Total oil, oil retention dan kelarutan tidak dipengaruhi oleh laju alir dan suhu inlet spray drying. Laju alir yang lebih tinggi menghasilkan mikrokapsul dengan kadar surface oil, kadar air dan aktivitas air yang lebih tinggi. Peningkatan suhu inlet menghasilkan penurunan kadar surface oil, kadar air dan aktivitas air. Laju alir umpan 15 ml/menit dan suhu inlet spray drying 170°C menghasilkan mikrokapsul dengan karakteristik terbaik. Mikroenkapsul yang dihasilkandiharapkan dapat diaplikasikan sebagai perisa produk makanan dan minuman serta sediaan untuk farmasi.
Optimasi Proses Metanolisis Dalam Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Dengan Metode Permukaan Respon Niken Harimurti; Djajeng Sumangat; Winda Haliza; nFN Risfaheri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n1.2010.16-22

Abstract

Minyak jarak pagar mempunyai nilai kalor total yang tidak berbeda jauh dengan nilai kalor total bahan bakar minyak konvensional. Namun, viskositas minyak jarak pagar kasar yang tinggi menyulitkan penggunaannya secara langsung sebagai bahan bakar. Untuk menurunkan nilai viskositas minyak nabati ini, dilakukan proses transesterifikasi dengan metanol sehingga dihasilkan metil ester dari asam-asam lemaknya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi optimum nisbah molar metanol terhadap minyak dan waktu reaksi transesterifikasi dalam memproduksi metil ester. Optimasi menggunakan Metode Permukaan Respon dengan rancangan komposit pusat faktorial penuh 22 Nisbah metanol terhadap minyak jarak (x1) dan waktu reaksi (X2) berada dalam selang 4,4<X1<6,6 dan 60<X2 <10. Reaksi transesterifikasi menggunakan katalis KOH 0,5% dari bobot minyak jarak pagar. Reaksi berlangsung dalam ketel berpengaduk 600 rpm pada suhu 60°C. Perlakuan optimum ditentukan dari karakteristik optimum metil ester yang dihasilkan. Karakterisasi meliputi kadar metil ester (persentase rendemen metil ester), viskositas kinematik dan bilangan asam. Kondisi optimum proses transesterifikasi dicapai pada nisbah molar metanol terhadap minyak jarak pagar sebesar 6,6:1 dan waktu reaksi 60 menit. Pada kondisi optimum tersebut, kadar metil ester, viskostas kinematik, dan bilangan asam masing-masing berkisar 99,192%, 4,167cSt, dan 0,112 mg KOH/g minyak. Secara umum, hasil analisis permukaan respon tersebut telah memenuhi standar mutu biodiesel (SNI 04-7102-2006). Optimization Of Methanolysis Of Jatropha Curcas L Crude Oil Applying Response Surface MethodologyJatropha oil possesses total calorific value which is not significantly different from conventional petroleum diesel. However, its high viscosity makes it difficult to be used directly as fuel. The oil has to be converted into methyl ester through methanolysis (transesterification) process before it could be used effectively to substitute diesel fuel. The aim of this research was finding the optimum condition of the methanol molar ratio to oil and reaction time (duration of transesterification process) on the methyl ester yield and the characteristics of methyl ester especially viscosity and acid number. Optimization was conducted using Response Surface Method. Factors tested in this experiment were molar ratio of methanol to jatropha oil (5:1 and 7:1), and reaction times (50 minutes and 120 minutes). Transesterification process was conducted at 60°C in a reactor equipped with stirrer 600 RPM using KOH 0.5% of oil volume as catalyst. Parameters observed were methyl ester content (indicating percent of methyl ester yield), kinematic viscosity and acid number. Optimum conditions was achieved at molar ratio 6.6: I and reaction time 60 minutes. At these optimum points, the characteristics of methyl ester were as follow: percentage of methyl ester yield 99.192%, kinematic viscosity 4.167cSt and acid number 0.112 mg KOH/g oil. These values met the Indonesian National Standard of biodiesel (SNI 04-7102-2006).
Pengaruh Konsentrasi Oleoresin Dan Komposisi Bahan Penyalut Terhadap Karakteristik Mikroenkapsulasi Oleoresin Jahe ( Zingiber Officinale) Dengan Metode Spray Draying Niken Harimurti; Nhadira Nhestricia; Sri S. Yuliaru; Sri Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v4n2.2007.83-90

Abstract

Oleoresin jahe, seperti halnya oleoresin dari rempah lain, merupakan hasil ekstraksi rempah yang memiliki profil flavour atau perisa yang mendekati rempah segar. Dalam industri makanan dan minuman, perisa dalam bentuk oleoresin lebih dikehendaki daripada rempah segar atau kering karena sifat perisanya yang lengkap, konsisten dan terukur. Akan tetapi, oleoresin mudah mengalami degradasi akibat udara, cahaya, air dan temperatur tinggi, bahkan memiliki umur simpan yang singkat jika penyimpannya tidak tepat. Karakteristik oleoresin yang kental dan lengket juga menyulitkan penanganan dan penggunaannya. Mikroenkapsulasi menawarkan penyelesaian bagi masalah-masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oleoresin dan komposisi bahan penyalut terhadap karakteristik milcroenkapsulasi oleoresin jahe, Oleoresin yang digunakan sebagai bahan aktif, diekstrak secara perkolasi dari serb uk jahe emprit dengan pelarut etano!. Mikroenkapsulasi dilakukan dengan metode spray drying menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan natrium kaseinat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dimana konsentrasi oleoresin (faktor A) terdiri atas 4 taraf : A 1= 5%, A2= 10%, A3= 15% dan A4= 20% serta nisbah maltodekstrin terhadap natrium kaseinat (faktor B) terdiri atas 2 taraf: 81= 92,5:7,5 dan B2 = 70: 30 dengan dua ulangan. Spray dryer Lab Plant SD-05 dioperasikan pada temperatur inlet 160"C dan outlet 100°C dan laju umpan IS ml/menit. Parameter yang diamati meliputi total oil, surface oil, oil recovery dan kadar air. Mikrokapsul oleoresin jahe terbaik diperoleh dari perlakuan konsentrasi oleoresin 10% dan nisbah maltodekstrin terhadap natrium kaseinat 92,5:7,5 dengan total oil 2,34%, oil recovery 87,50%, surface oil 0,27%, dan kadar air 4,97%. Effect Of Oleoresin Concentration And Encapsulating Material Compositions On The Properties Of Microencapsulated Ginger Oleoresin Using Spray Drying MethodGinger oleoresin, like other oleoresins is an extractive product of spices that exhibits flavour profiles close to fresh ground spices. In food and beverage industries, oleoresin is more preferable than fresh or dried spices due to its complete flavour characteristics, consistency and measurability. However, oleoresin undergoes degradation easily in the presence of air, light, moisture and heat, and also has short storage life if not stored properly. Oleoresin is available in the form of viscous and sticky liquid, and difficult to handle. Microencapsulation offers solutions to these problems. In these experiments, oleoresin was encapsulated in maltodextrin and sodium caseinate using spray drying technique. Oleoresin was extracted from dried ground emprit ginger with ethanol using percolation technique. This research was aimed at determining the effect of oleoresin concentration and encapsulating material compositions on the properties of microencapsulated ginger oleoresin. Experiments were performed using complete randomized factorial experimental design with two factors. Factor A (oleoresin concentration) consists of: Al ~ 5%, A2= 10%, A3= 15%, A4=20% and factor B (maltodextrin to sodium caseinate ratio) consists of: 81= 92,5:7,5 and 82= 70: 30; each treatment was done in Lab Plant SD-05 Spray dryer was operated at an inlet temperature of 160°C and outlet temperature of lOO°C and a feed rate of 15 ml/min. Parameters investigated are total oil, surface oil, oil recovery and moisture content. The best microcapsule properties was obtained from microcapsules containing oleoresin 10% and maltodextrin and sodium caseinate at the ratio of 92.5:7.5 with total oil of 2.34%, oil recovery of 87.5% and surface oil of 0.27%.
PENGOLAHAN BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MENJADI SUMBER BAHAN BAKAR NABATI DAN PEMANFAATAN PRODUK SAMPING Niken Harimurti; Djajeng Sumangat
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 7, No 1 (2011): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan sumber bahan baku minyak non-pangan (nonedible oil)yang berasal dari tanaman. Minyak jarak pagar dapat diolah menjadi biodiesel yang berpotensi untuk alternatif substitusi minyak solar untuk bahan bakar mesin diesel atau substitusi minyak tanah. Ekstraksi minyak jarak pagar umumnya dilakukan dengan cara pengempaan mekanis yang lebih layak secara ekonomis. Minyak kasar yang dihasilkan memerlukan pemurnian sebelum digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Proses pembuatan biodiesel dilakukan melalui proses transesterifikasi dengan meraksikan minyak dengan metanol pada nisbah molar optimal (1:6) dan katalis basa K/NaOH pada suhu reaksi 60-680C. Metil ester yang dihasilkan adalah biodiesel kasar yang memerlukan pemurnian. Karakteristik biodiesel dari minyak jarak pagar dengan biji dari Nusa Tenggara Barat memenuhi syarat mutu SNI. Sebagai hasil samping pada ekstraksi minyak, diperoleh bungkil biji jarak pagar yang dapat diolah menjadi briket biomasa untuk bahan bakar tungku. Secara teknis dan ekonomis masih belum layak dengan sifat nyala api merah kuning dan berasap. Pengembangan minyak jarak sebagai bahan baku bahan bakar nabati masih terkendala oleh terbatasnya produksi biji jarak pagar dengan harga jual yang belum kompetitif.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA NANOEMULSI MINYAK BIJI PALA (Antimicrobial Activity of Nutmeg Oil Nanoemulsion) Iceu Agustinisari; Endang Yuli Purwani; Niken Harimurti; Sri Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n1.2014.1-8

Abstract

Minyak biji pala mengandung senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antimikroba. Senyawa bioaktif umumnya bersifat tidak stabil sehingga mudah mengalami penurunan aktivitas biologisnya. Salah satu cara untuk meningkatkan stabilitasnya adalah dengan menggunakan teknologi nano. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan formulasi nanoemulsi minyak biji pala dengan ukuran droplet partikel <300 nm sebagai bahan antimikroba, (2) mendapatkan formulasi nanoemulsi yang memiliki aktivitas antimikroba terbaik terhadap mikroba E.coli, S.aureus dan S.cereviseae. Proses nanoemulsi minyak biji pala dilakukan dengan menggunakan alat High Pressure Homogenizer pada tekanan 20000 psi atau 137,931 KPa dengan 5 siklus. Pengamatan dilakukan terhadap 12 formulasi yang diperoleh dari kombinasi antara tiga konsentrasi minyak (5%, 10% dan 15%) dan dua jenis surfaktan (tween 20 dan tween 80) dengan tiga tingkat konsentrasi (10%, 15% dan 20% dari massa minyak biji pala). Pengujian aktivitas antikmikroba dilakukan dengan metode difusi sumur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi nanoemulsi minyak biji pala yang diperoleh memiliki ukuran droplet partikel 104,80-161,15 nm.. Konsentrasi minyak biji pala berpengaruh secara signifikan terhadap zona penghambatan pertumbuhan mikroba. Nanoemulsi minyak biji pala dengan formulasi konsentrasi minyak biji pala 15% dan jenis surfaktan Tween 80 dengan konsentrasi 20% dari massa minyak (M15S20T80) memberikan efek penghambatan terbaik pada E.coli (11,25 mm), S.aureus (13,06 mm) dan S.cereviseae (11,4 mm).Kata kunci :minyak biji pala, surfaktan, nanoemulsi, antimikroba, penghambatanEnglish Version AbstractNutmeg oil contained bioactive compounds which had antimicrobial activities. Generally, bioactive compounds have a limited stability, so that they undergo biological activity degradation easily. One of ways to increase its stability is using nanotechnology. This research was aimed (1) to obtain nutmeg oil nanoemulsion formulation which having particle size <300 nm as antimicrobial agent, (2) to obtain nanoemulsion formulation which having the best antimicrobial activity toward E.coli, S.aureus and S.cereviseae. Processing of nanoemulsion was conducted using High Pressure Homogenizer at 20000 psi or 137,931 Kpa and 5 cycles. Observation was conducted to 12 nanoemulsion formulation which was gained from combination between concentration of nutmeg oil (5%, 10%, 15%) and types of surfactant (tween 20 and tween 80) with 3 level concentration (10%, 15% and 20% from nutmeg oil mass). Antimicrobial testing was conducted using agar well diffusion method. The result showed that formulation of nutmeg oil nanoemulsion having particle size 104,80-161,15 nm. Nutmeg oil concentration had significantly effect in inhibition zone of microbes growth. Formulation of nutmeg oil nanoemulsion with 15% nutmeg oil and surfactant tween 80 as much as 20% of nutmeg oil mass gave the best growth inhibition on E.coli (11,25 mm), S.aureus (13,06 mm) dan S.cereviseae (11,4 mm).Keywords :nutmeg oil, nanoemulsion, antimicrobial, inhibition
Pemisahan Gum Dari Minyak Jarak Dengan Membran Mikrofiltrasi Sri Yuliani; Ika Amalia Kartika; Niken Harimurti; Djajeng Sumangat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n1.2008.1-9

Abstract

Pemisahan gum (degumming) merupakan salah satu tahap pemurnian minyak nabati yang menentukan mutu produk dan efisiensi proses lanjutan. Dalam penggunaan langsung sebagai bahan bakar, adanya gum dalam minyak dapat menyebabkan penyumbatan aliran minyak melalui saluran atau sumbu dalam kompor. Gum dalam minyak juga dapat mengganggu jalannya proses esterifikasi/transesterifikasi untuk produksi biodiesel. Aplikasi teknologi membran untuk memisahkan gum merupakan alternatif teknik pemisahan gum yang dianggap ramah lingkungan dan hemat energi. Untuk mendapatkan efisiensi pemisahan gum yang tinggi, diperlukan kajian kondisi operasi membran. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi operasi membran (lama filtrasi dan lama backflush) pada fluks dan rejeksi gum (fosfolipid). Lama filtrasi dan lama backflush yang dikaji masing-masing terdiri atas tiga taraf (berturut-turut 2, 4 dan 6 menit, dan 2, 4 dan 6 detik). Membran yang digunakan berupa membran polipropilen dengan ukuran pori 0,01 µm yang dilengkapi dengan pompa diafragma dan dioperasikan pada tekanan 1 bar. Lama filtrasi dan lama backflush berpengaruh pada fluks dan pengurangan fospolipid. Kombinasi perlakuan lama filtrasi 4 menit dan lama backflush 2 detik memberikan pemisahan fosfolipid tertinggi (25,47%), sedangkan fluks tertinggi (8,42 l/m2) diperoleh dari kombinasi perlakuan lama filtrasi 2 menit dan lama backflush 6 detik. Filtrasi membran juga dapat memisahkan fosfolipid non-hydratable yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar mineral (kalsium, magnesium dan besi) di dalam minyak jarak.Separation of Gum From Jatropha Oil by Using MicrofiltrasiDegumming is an oil-refining step determining 'product quality and further processing efficiency. In direct use of oil for stove fuel, the presence of gum can block the oil channel or wick. Gum can also lower the efficiency of esterification/transesterification process in biodiesel production. The use of membrane filtration is an environmentally friendly and low energy approach for separating gum. Study on membrane process condition is required to obtain high separation efficiency. This reseach was aimed at investigating the influence of membrane operation conditions (length of filtration and backflushing time) on the oil fluxes and rejections of gum (phospholipid). The experiment was conducted in factorial completely randomised design with two factors (length of filtration and backflushing time) and three levels (2, 4 and 6 minutes, and 2, 4 dan 6 seconds, respectively). A polypropylene membrane (average por; size of 0.01/m) equipped with diaphragm pump was operated at 1 bar for the whole experiments. Length of filtration and backflushing time influenced oil fluxes and rejection of phospholipids. Length of filtration time of 4 minutes and length of backflushing time of 2 seconds gave the highest phospholipid separation (25.47%). The highest flux (8.42 1/m2h) was observed at length of filtration time of 2 minutes and length of backflushing time of 6 seconds. Membrane filtration also separated non-hydratable phospholipids indicated by the decrease in mineral contents (calcium, magnesium, iron) in jatropha oils.