Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Karakteristik Metil Ester Minyak Jarak Pagar Hasil Proses Transesterifikasi Satu dan Dua Tahap Djajeng Sumangat; Tatang Hidayat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n2.2008.18-26

Abstract

Biodiesel (metil ester)  umumnya dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak nabati antara lain dari minyak jarak pagar.   Proses transesterifikasi dengan pereaksi metanol dan katalis basa (KOH) dapat dilakukan satu  atau dua tahap pada berbagai variabel suhu reaksi dan nisbah molar metanol dengan minyak. Penelitian ini bertujuan membandingkan  karakteristik físiko-kimia (viskositas, densitas dan bilangan asam) serta persentase  ester asam lemak dari metil ester yang dihasilkan. Digunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan tiga variabel perlakuan yaitu (A) tahap transesterifikasi (A1= satu tahap, A2= dua tahap), (B) suhu reaksi (B1= 30oC, B2= 65oC) dan (C) nisbah molar metanol-minyak (C1=3:1, C2=4:1, C3=5:1 dan C4=6:1), serta dua kali ulangan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa  proses transesterifikasi satu tahap pada suhu 30°C dengan nisbah molar metanol- minyak  5:1 menghasilkan karakteristik metil ester terbaik  yaitu viskositas kinematik 3,89 cSt, densitas 0,88g/cm3  dan bilangan asam 0,48 mg KOH/g sampel. Tidak terdapat perbedaan jenis senyawa ester asam lemak pada metil ester hasil transesterifikasi satu dan dua tahap yaitu berturut-turut metil oleat (47,09-47,46%), metil linoleat (32,20-32,53%), metil palmitat (18,65-18,93) dan metil lignoserat (0,26-0,30%). Jumlah  persentase senyawa ester asam lemak yang  menunjukkan persentase konversi trigliserida menjadi metil ester pada proses satu tahap adalah  100%, sedangkan pada proses dua tahap adalah  99,62%.  Rendemen (yield) metil ester  pada proses satu tahap adalah 77,99%,   lebih tinggi dibandingkan proses dua tahap yaitu 70,80%. Berdasarkan karakteristik dan rendemen metil ester, proses satu tahap lebih baik dibandingkan dua tahap. The Characteristics of Methyl Esther of Jatropha Oil Obtained From One and Two Steps Transesterification Process Biodiesel (methyl esther) is made mainly through transesterification process of vegetable oil such as jatropha oil and generally uses methanol as reagent and KOH as catalyst. There are one-step and two-steps process using variables of reaction temperature and molar ratio of methanol to oil.This experiment aimed comparing physico-chemical characteristic (viscosity, density and acid number) as well as percentage of fatty acid esters of methyl esters as its pararnaters of these two type process. Factorial completely randomized design with two replication was used as experiment design with three variables treatments, namely (A) transesterification steps: (A1) one step, (A2) two steps; (B) reaction temperatues: (Bl) 30°C, (B2) 65°C; and (C) molar ratio of methanol to oil: (CI=3:1, C2=4:1, C3=5:1 dan C4=6:1). it was concluded that the best treatment was one step process at 30°C using molar ratio methanol: oil 5:1. The characteristics of methyl ester were viscosity 3.89 cSt, density 0.88 g/cm3 and acid number 0,48 mg KOH/g sample. The fatty-acids esters of methyl esters of both processes was the same i.e. methyl oleic (47.09-47.46%), methyl linoleic (32.20-32.53%), methyl palmitic (18.65-18.93%) and methyl lignoseric (0.28-0.30%). Total percentage of fatty acid esters in methyl ester of one step process was 100% while that of two steps process was 99.62%. This total percentages could ·indicated as conversion degree of triglyceride into methyl ester. Yields of methyl ester from one-step process was 77.99% which was higher than that of two-steps process (70.80%). In terms of its characteristics and yield of methyl ester, one-step process was better than two-steps process.
Kajian Status Pengembangan Agroindustri Minyak Nilam Terhadap Tingkat Kepuasan Petani Di Majalengka Christina Winarti; M.P. Laksmanahardja; Djajeng Sumangat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n2.2005.84-92

Abstract

Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting bagi Indonesia karena 90% minyak nilam dunia berasal dari Indonesia. Nilam merupakan salah satu komoditas unggulan ran ani an perkebunan dalam pengembangan agroindustri Majalengka. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji pengaruh pengembangan agroindustri nilam rerhadap ringkat kepuasan petani nilam di kabuparen Majalengka. Penelitian dilakukan dengan cara survai dan wawancara dengan pembagian kuesioner kepada perani nilam dan non nilam dari lima kecamatan di kabuparen Majalengka. Hasil penelirian menunjukkan bahwa ada berbagai faktor baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi pengembangan nilam di daerah tersebut. Perseruase pendaparan yang diperoleh dari mengusahakan nilam hanya sekitar 22%. Luas lahan yang dimiliki perani rata-rata adalah O,S ha, sedangkan lahan pertanaman nilam rata-rata 0,3 ha. Produktivitas terna (daun dan ranting) nilam yang dihasilkan juga masih sangar rendah yairu rata-rata 16.470 kg/halrh. Tingkar kepuasan perani terhadap beberapa parameter yang diuji terkait dengan pengembangan nilam sebagian besar adalah sedang (nilai sekirar 3) sedangkan kepuasan rerhadap produksi dan harga nilam adalah rendah (tidak puas). Pengusahaan agroindustri nilam secara ekonomi sangat menguntungkan dengan NPV Rp. 48 jura, IRR 42%, BEP Rp. 19.826.700 dan masa pengembalian modal 2,64 tahun. Study of status of patchoully oil agroindustrial development on the satisfaction level of farmers in MajalengkaParchoully is one of the most important export commodities of Indonesia, because 90 % of the patchoully oil in the world market comes from Indonesia. In the Majalengka regency, patchoully has become one of the main objectives of agro-industrial development. The aim of the research was investigate the impact of developing patchoully oil agro-industry in district of Majalengka. West Java on the satisfaction level of the farmer. The research was carried out based on the data collected from survey and interviews by distributing   questionnaires to farmers. The questionnaires were distributed to patchoully farmers and non-parchoully farmers in the five districts of the case study area. The result showed that there were some internal and external factors affecting the development of patchoully oil agroindustry in Majalengka. The contribution of patchoully cultivation on the farmers' total income was 22.25 percent on average. The yield and productivity of patchoully plantation 111 this region, however, is very low with the average yearly productivity of patchoully crop is 16,470 kilogram per hectare per year. The satisfaction level of the farmers on the studied parameters about patchoully development were mostly average level (about scale 3), whereas the satisfaction on the yield and price of patchoully were low (scale 2). Developing of patchoully oil agroindustry were very feasible financially with NPV Rp, 48 million, IRR 42%, BEP Rp. 19.826.700 and payback period 2.64 year.
Optimasi Proses Metanolisis Dalam Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Dengan Metode Permukaan Respon Niken Harimurti; Djajeng Sumangat; Winda Haliza; nFN Risfaheri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n1.2010.16-22

Abstract

Minyak jarak pagar mempunyai nilai kalor total yang tidak berbeda jauh dengan nilai kalor total bahan bakar minyak konvensional. Namun, viskositas minyak jarak pagar kasar yang tinggi menyulitkan penggunaannya secara langsung sebagai bahan bakar. Untuk menurunkan nilai viskositas minyak nabati ini, dilakukan proses transesterifikasi dengan metanol sehingga dihasilkan metil ester dari asam-asam lemaknya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi optimum nisbah molar metanol terhadap minyak dan waktu reaksi transesterifikasi dalam memproduksi metil ester. Optimasi menggunakan Metode Permukaan Respon dengan rancangan komposit pusat faktorial penuh 22 Nisbah metanol terhadap minyak jarak (x1) dan waktu reaksi (X2) berada dalam selang 4,4<X1<6,6 dan 60<X2 <10. Reaksi transesterifikasi menggunakan katalis KOH 0,5% dari bobot minyak jarak pagar. Reaksi berlangsung dalam ketel berpengaduk 600 rpm pada suhu 60°C. Perlakuan optimum ditentukan dari karakteristik optimum metil ester yang dihasilkan. Karakterisasi meliputi kadar metil ester (persentase rendemen metil ester), viskositas kinematik dan bilangan asam. Kondisi optimum proses transesterifikasi dicapai pada nisbah molar metanol terhadap minyak jarak pagar sebesar 6,6:1 dan waktu reaksi 60 menit. Pada kondisi optimum tersebut, kadar metil ester, viskostas kinematik, dan bilangan asam masing-masing berkisar 99,192%, 4,167cSt, dan 0,112 mg KOH/g minyak. Secara umum, hasil analisis permukaan respon tersebut telah memenuhi standar mutu biodiesel (SNI 04-7102-2006). Optimization Of Methanolysis Of Jatropha Curcas L Crude Oil Applying Response Surface MethodologyJatropha oil possesses total calorific value which is not significantly different from conventional petroleum diesel. However, its high viscosity makes it difficult to be used directly as fuel. The oil has to be converted into methyl ester through methanolysis (transesterification) process before it could be used effectively to substitute diesel fuel. The aim of this research was finding the optimum condition of the methanol molar ratio to oil and reaction time (duration of transesterification process) on the methyl ester yield and the characteristics of methyl ester especially viscosity and acid number. Optimization was conducted using Response Surface Method. Factors tested in this experiment were molar ratio of methanol to jatropha oil (5:1 and 7:1), and reaction times (50 minutes and 120 minutes). Transesterification process was conducted at 60°C in a reactor equipped with stirrer 600 RPM using KOH 0.5% of oil volume as catalyst. Parameters observed were methyl ester content (indicating percent of methyl ester yield), kinematic viscosity and acid number. Optimum conditions was achieved at molar ratio 6.6: I and reaction time 60 minutes. At these optimum points, the characteristics of methyl ester were as follow: percentage of methyl ester yield 99.192%, kinematic viscosity 4.167cSt and acid number 0.112 mg KOH/g oil. These values met the Indonesian National Standard of biodiesel (SNI 04-7102-2006).
Optimasi Sintesis Metil Oleat Menggunakan Biokatalis Lipase dari Kecambah Biji Jatropha Curcas L. Chusnul Hidayat; M. Danu P. Kuntoro; Pudji Hastuti; Djajeng Sumangat; Tatang Hidayat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n2.2008.1-9

Abstract

Biji jarak pagar (Jatropha curcas) menghasilkan lipase selama proses perkecambahan sehingga dapat digunakan sebagai sumber lipase yang relatif murah. Lipase ini telah digunakan untuk proses esterifikasi asam oleat dengan methanol. Namun demikian, kondisi optimum proses esterifikasi tersebut belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi optimum proses esterifikasi menggunakan metode Response Surface Methodology (RSM). Desain percobaan terdiri dari 3 faktor dan 3 taraf (Box-Behnken). Faktor yang dievaluasi adalah suhu, lama reaksi dan rasio molar substrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor suhu, lama reaksi dan rasio molar substrat berpengaruh signifikan terhadap yieldmetil ester. Faktor yang paling berpengaruh adalah rasio molar substrat. Efek interaksi dari ketiga faktor tidak signifikan terhadap yield metil ester. Kondisi optimum proses esterifikasi adalah suhu reaksi 39,5oC, selama 64,4 menit dengan rasio molar asam oleat dengan methanol 2:2. Jumlah metil ester yang terbentuk adalah 522 µmol. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa yield mendekati hasil prediksi dengan RSM. Hal ini menunjukkan bahwa lipase jarak pagar berpotensi sebagai biokatalis pada sintesis metil ester.Optimization on synthesis of methyl oleate using indigenous biocatalyst from Jatropha curcas seedsJatropha seeds produce lipase during. germination. It is useful as lipase resources. Lipase is used for the esterification of oleic acid with methanol. However, the optimum conditions of the process is not yet known. The objectives of the research was to determine the optimum conditions for the synthesis of methyl oleate from oleic acid and methanol using response surface methodology (RSM), and using Box-Behnken type of design with 3 factors. Factors such as molar substrate ratio of oleic acid to methanol, temperature and reaction time were evaluated. The results show that the effect of temperature, reaction time and substrate molar ratio on the yield of methyl oleate were significant. The most significant effect on yield was substrate molar ratio. The interaction effect of the factors on methyl ester yield was not significant. The optimum conditions for methyl oleate synthesis was at temperature of 39,5oC for 64.4 minutes and the molar ratio of oleic acid to methanol of 2:2. The produced methyl oleate was 522 µmol. From the verification data, the yield was not significantly different with the predicted data using RSM. It can also be concluded that the acetone-dried germinated jatropha lipase is a potential biocatalyst for the synthesis of methyl ester.
PENGARUH UKURAN DAN SUSUNAN BAHAN BAKU SERTA LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK KAYUMANIS SRILANGKA ( Cinnamomun zeylanicum ) Djajeng Sumangat; NFN Ma’mun
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 1 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v14n1.2003.%p

Abstract

Penelitian mengenai cara penyulingan kulit kayumanis telah dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi Hasil, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor, mulai Juni sampai Desember 1997. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh ukuran dan susunan bahan baku didalam ketel suling serta lamapenyulingan terhadap rendemen dan mutu minyak kulit kayumanis Srilangka/Ceylon(Cinnamomum zeylanicumNees). Bahan baku berupa kulit batang dan dahan kayumanis berumur 13 tahun, berasal dari Kebun Percobaan Cimanggu, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat,Bogor. Metode penyulingannya adalah metode dikukus (steam and water distillation) dengan perlakuan terdiri atas tiga faktor yaitu (1) ukuran bahan baku, (2) susunan bahan baku dalam ketel suling, dan (3) lama penyulingan. Pengamatan dilakukan terhadap rendemen minyak dan parameter mutu minyak yaitu bobot jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam etanol, persentase total senyawa aldehida (dihitung sebagai sinamaldehida) dan analisis komponen kimia minyak kulit kayumanis. Rancangan percobaan adalah Acak Lengkap secara faktorial dengan ulangan dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen minyak semakin meningkat pada bahan yang berukuran semakin kecil serta penyulingan yang semakin lama. Rendemen tertinggi (1,08%,v/b) diperoleh pada perlakuan: susunan bahan tidak bertingkat (langsung), ukuran bahan sedang (0,5-1,0 cm) dan penyulingan selama 6 jam. Hasil analisis minyak dengan kromatografi gas menunjukkan adanya 34 macam komponen, dengan komponen kimia utama adalah sinamaldehida, eugenol,linalool dan sineol. Kombinasi perlakuan terbaik ditinjau dari mutu minyaknya adalah: susunan bahan bertingkat (dua tingkat), ukuran bahan sedang (0,5-1,0 cm) dan penyulingan 4 jam yang menghasilkan rendemen minyak 0,81% (v/b), bobot jenis (20 0C) 1,5641, putaran optik (-) 4,73 0, kelarutan dalam etanol 70% 1:1,25 dan total aldehida (sinamaldehida) 56,63%.
BIOKONVERSI BUAH SEMU JAMBU MENTE MENJADI KONSENTRAT PROTEIN MIKROBIAL Djajeng Sumangat; B. Sofianna Sembiring; Christina Winarti
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v14n2.2003.%p

Abstract

Penelitian biokonversi buah semu jambu mente menjadi konsentrat protein mikrobial dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hasil, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat mulai bulan April 1999 sampai Maret 2000. Tujuan penelitian ada-lah untuk memproduksi konsentrat protein mikrobial dengan menggunakan buah semu jambu mente kering sebagai substratnya melalui proses fermentasi substrat padat. Perlakuan yang dicobakan adalah (A) amonium sulfat sebagai nutrien dengan konsentrasi 0, 1, 2 dan 3% dan (B) lama fermentasi yaitu 48, 72, 96, 120 dan 144 jam. Inokulan yang digunakan dalam fer-mentasi adalah Aspergillus niger. Rancang-an percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara faktor tunggal, terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan. Parameter pengamatan meliputi pertambahan bobot biomasa (%), kadar protein dari biomasa (konsentrat protein mikrobial) dan kandungan asam amino dari protein biomasa yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi amonium sulfat, maka kadar protein konsentrat mikrobialnya makin tinggi. Kadar protein tertinggi (17,001%) dicapai pada perlakuan konsen-trasi 3 % amonium sulfat dan lama fermen-tasi 72 jam. Konsentrat protein mikrobial yang dihasilkan mengandung beberapa asam amino esensial yaitu metionin, leusin, fenil alanin, treonin, valin, histidin, tapi tidak mengandung asam amino esensial lisin dan isoleusin. Pertambahan bobot biomasa (konsentrat protein mikrobial) yang tertinggi (0,63%) dihasilkan dengan perlakuan konsentrasi 2 % amonium sulfat dan lama fermentasi 96 jam.
PENGOLAHAN BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MENJADI SUMBER BAHAN BAKAR NABATI DAN PEMANFAATAN PRODUK SAMPING Niken Harimurti; Djajeng Sumangat
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 7, No 1 (2011): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan sumber bahan baku minyak non-pangan (nonedible oil)yang berasal dari tanaman. Minyak jarak pagar dapat diolah menjadi biodiesel yang berpotensi untuk alternatif substitusi minyak solar untuk bahan bakar mesin diesel atau substitusi minyak tanah. Ekstraksi minyak jarak pagar umumnya dilakukan dengan cara pengempaan mekanis yang lebih layak secara ekonomis. Minyak kasar yang dihasilkan memerlukan pemurnian sebelum digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Proses pembuatan biodiesel dilakukan melalui proses transesterifikasi dengan meraksikan minyak dengan metanol pada nisbah molar optimal (1:6) dan katalis basa K/NaOH pada suhu reaksi 60-680C. Metil ester yang dihasilkan adalah biodiesel kasar yang memerlukan pemurnian. Karakteristik biodiesel dari minyak jarak pagar dengan biji dari Nusa Tenggara Barat memenuhi syarat mutu SNI. Sebagai hasil samping pada ekstraksi minyak, diperoleh bungkil biji jarak pagar yang dapat diolah menjadi briket biomasa untuk bahan bakar tungku. Secara teknis dan ekonomis masih belum layak dengan sifat nyala api merah kuning dan berasap. Pengembangan minyak jarak sebagai bahan baku bahan bakar nabati masih terkendala oleh terbatasnya produksi biji jarak pagar dengan harga jual yang belum kompetitif.
Peningkatan Mutu dan Efisiensi Produksi Minyak Akar Wangi Melalui Teknologi Penyulingan Dengan Tekanan Uap Bertahap Edy Mulyono; Djajeng Sumangat; Tatang Hidayat
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 8, No 1 (2012): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak akar wangi (Java Vetiver Oil) merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dihasilkan dari distilasi akar tanaman Vetivera zizanioides Stapf. Minyak akar wangi memiliki daya fiksasi aroma yang kuat sehingga banyak digunakan terutama dalam industri parfum, kosmetik, aromatherapy dan pewangi sabun. Mutu minyak akar wangi Indonesia relatif rendah jika dibandingkan dengan minyak asal Haiti dan Reunion. Warna yang gelap dan aroma gosong (smoky burn) pada minyak akar wangi Indonesia disebabkan oleh penggunaan tekanan tinggi (± 5 bar) yang konstan sejak awal penyulingan. Perbaikan mutu dan peningkatan efisiensi produksi minyak akar wangi perlu segera dilakukan agar minyak akar wangi Indonesia kembali dapat bersaing di pasar dunia. Peningkatan rendemen dan mutu minyak akar wangi dapat dilakukan melalui perbaikan cara panen dan penanganan pascapanen serta metode dan kondisi proses penyulingan. Penyulingan dengan tekanan uap bertahap merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk memperbaiki mutu minyak dan meningkatkan efisiensi produksi minyak akar wangi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tekanan uap bertahap (tekanan uap 2,0; 2,5; dan 3,0 bar dengan total waktu penyulingan 9 jam) dapat menghasilkan recovery minyak sebesar 92,58%, lebih tinggi dibandingkan dengan recovery minyak pada tekanan uap 3 bar secara konstan (90,4%). Mutu minyak yang dihasilkan memenuhi syarat SNI No. 06-2386-2006. Penggunaan tekanan uap bertahap juga dapat menghemat konsumsi energi (bahan bakar) rata-rata sebesar 8,30% dibandingkan dengan konsumsi energi yang digunakan pada penyulingan rakyat.
Kajian Teknis dan Ekonomis Pengolahan Briket Bungkil Biji Jarak Pagar Sebagai Bahan Bakar Tungku Djajeng Sumangat; Wisnu Broto
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bungkil biji jarak pagar merupakan limbah hasil pengempaan biji jarak pagar yang dapat dimanfaatkan menjadi briket sebagai bahan bakar tungku. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan jenis dan konsentrasi perekat yang sesuai untuk briket bungkil dan menentukan keragaan briket bungkil biji jarak pagar sebagai bahan bakar serta mengkaji kelayakan ekonomisnya sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Pembuatan briket melalui tahapan penggilingan bungkil dan pengayakan 40 mesh, pencampuran dengan perekat, pencetakan dan pengeringan dengan oven (60oC, 24 jam). Perlakuan yang diuji adalah (A) jenis perekat (A1= tapioka dan A2= tepung gaplek) dan (B) konsentrasi perekat (B1=1%, B2=2%, B3=3%, B4= 4% dan B5= 5%). Rancangan percobaan faktorial acak lengkap dengan tiga ulangan. Pengamatan pada briket meliputi kadar air, minyak, abu, zat menguap, nilai kalor, ketahanan tekan dan kerapatan (densitas). Pengujian keragaan briket meliputi uji pembakaran dengan parameter laju pembakaran dan warna nyala api. Analisis ekonomi terhadap briket mencakup perhitungan harga jual briket dan kelayakannya sebagai bahan bakar untuk mensubstitusi minyak tanah. Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan tapioka dan gaplek sebagai perekat briket bungkil biji jarak tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter uji kecuali pada kadar air. Sedangkan konsentrasi perekat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter uji. Perekat tapioka pada konsentrasi 4% memberikan hasil yang terbaik pada kadar air, keteguhan tekan dan rata-rata laju pembakaran. Lama menyala rata-rata briket sampai menjadi abu adalah 131 menit dengan warna nyala api kekuningan.
Pemisahan Gum Dari Minyak Jarak Dengan Membran Mikrofiltrasi Sri Yuliani; Ika Amalia Kartika; Niken Harimurti; Djajeng Sumangat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n1.2008.1-9

Abstract

Pemisahan gum (degumming) merupakan salah satu tahap pemurnian minyak nabati yang menentukan mutu produk dan efisiensi proses lanjutan. Dalam penggunaan langsung sebagai bahan bakar, adanya gum dalam minyak dapat menyebabkan penyumbatan aliran minyak melalui saluran atau sumbu dalam kompor. Gum dalam minyak juga dapat mengganggu jalannya proses esterifikasi/transesterifikasi untuk produksi biodiesel. Aplikasi teknologi membran untuk memisahkan gum merupakan alternatif teknik pemisahan gum yang dianggap ramah lingkungan dan hemat energi. Untuk mendapatkan efisiensi pemisahan gum yang tinggi, diperlukan kajian kondisi operasi membran. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi operasi membran (lama filtrasi dan lama backflush) pada fluks dan rejeksi gum (fosfolipid). Lama filtrasi dan lama backflush yang dikaji masing-masing terdiri atas tiga taraf (berturut-turut 2, 4 dan 6 menit, dan 2, 4 dan 6 detik). Membran yang digunakan berupa membran polipropilen dengan ukuran pori 0,01 µm yang dilengkapi dengan pompa diafragma dan dioperasikan pada tekanan 1 bar. Lama filtrasi dan lama backflush berpengaruh pada fluks dan pengurangan fospolipid. Kombinasi perlakuan lama filtrasi 4 menit dan lama backflush 2 detik memberikan pemisahan fosfolipid tertinggi (25,47%), sedangkan fluks tertinggi (8,42 l/m2) diperoleh dari kombinasi perlakuan lama filtrasi 2 menit dan lama backflush 6 detik. Filtrasi membran juga dapat memisahkan fosfolipid non-hydratable yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar mineral (kalsium, magnesium dan besi) di dalam minyak jarak.Separation of Gum From Jatropha Oil by Using MicrofiltrasiDegumming is an oil-refining step determining 'product quality and further processing efficiency. In direct use of oil for stove fuel, the presence of gum can block the oil channel or wick. Gum can also lower the efficiency of esterification/transesterification process in biodiesel production. The use of membrane filtration is an environmentally friendly and low energy approach for separating gum. Study on membrane process condition is required to obtain high separation efficiency. This reseach was aimed at investigating the influence of membrane operation conditions (length of filtration and backflushing time) on the oil fluxes and rejections of gum (phospholipid). The experiment was conducted in factorial completely randomised design with two factors (length of filtration and backflushing time) and three levels (2, 4 and 6 minutes, and 2, 4 dan 6 seconds, respectively). A polypropylene membrane (average por; size of 0.01/m) equipped with diaphragm pump was operated at 1 bar for the whole experiments. Length of filtration and backflushing time influenced oil fluxes and rejection of phospholipids. Length of filtration time of 4 minutes and length of backflushing time of 2 seconds gave the highest phospholipid separation (25.47%). The highest flux (8.42 1/m2h) was observed at length of filtration time of 2 minutes and length of backflushing time of 6 seconds. Membrane filtration also separated non-hydratable phospholipids indicated by the decrease in mineral contents (calcium, magnesium, iron) in jatropha oils.