Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KARAKTERISTIK TEPUNG JEWAWUT (FOXTAIL MILLET)VARIETAS LOKAL MAJENE DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN Anna Sulistya Ningrum; nFN Rahmawati; Muhammad Aqil
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v14n1.2017.11-21

Abstract

Jewawut (Foxtail Millet) merupakan sumber karbohidrat, mempunyai aktivitas antioksidan, kaya kandungan vitamin dan mineral, serta memiliki kandungan serat pangan yang tinggi. Pengolahan jewawut dalam bentuk tepung lebih memudahkan dalam aplikasi serta memiliki daya simpan yang lebih lama. Proses perendaman dalam pembuatan tepung dilaporkan dapat memperbaiki karakteristik tepung jewawut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh lama perendaman terhadap karakteristik fisik, kimia dan organoleptik tepung jewawut. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan (perendaman 0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam dan 5 jam) dan diulang 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama perendaman menurunkan kadar air, kadar abu, pH, dan densitas kamba sedangkan rendemen dan kadar asam lemak bebas meningkat. Perendaman menyebabkan berkurangnya kekerasan biji sehingga rendemen meningkat,tekstur tepung yang dihasilkan lebih halus serta kadar air menurun. Tepung dengan lama perendaman 4 jam menghasilkan karakteristik fisik, kimia dan organoleptik yang terbaik dengan nilai rendemen 99,94%; densitas kamba 0,61 g/ml; pH 6,65; kadar air 6,23%; kadar abu 1,46% dan ALB 1,152%. Hasil analisis awal menunjukkan tepung jewawut memiliki kadar serat pangan yang tinggi yaitu 8,21% dan kandungan amilosa yang rendah 6,96%-9,29 (sehingga bersifat lengket, dan tingkat pengembangan rendah). Tepung jewawut dengan karakteristik fisikokimia yang terbaik diharapkan dapat diaplikasikan dalam berbagai produk olahan, sehingga dapat mengurangi konsumsi terigu.
“NABALANO NEMANDEMO”: POTRET ANAK MUNA DALAM PERSPEKTIF BUDAYA Heksa Biopsi Puji Hastuti; NFN Rahmawati; Zakiyah Mustafa Husba
TELAGA BAHASA Vol 8, No 2 (2020): TELAGA BAHASA VOL.8 NO.2 TAHUN 2020
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v8i2.238

Abstract

Nyanyian rakyat sebagai produk budaya menjadi refleksi akan gambaran sosial budaya masyarakat pemliknya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana potret anak Muna yang terefleksi dari nyanyian “Nabalano Nemandemo”? Tujuan mendeskripsikan pemosisian anak Muna dalam perspektif budayanya melalui pemaknaan nyanyian ini. Data berupa nyanyian rakyat Muna berjudul “Nabalano Nemandemo”. Analisis data dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengelompokan larik-larik data nyanyian berdasarkan relasi maknanya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam perspektif budaya Muna yang terefleksi dari nyanyian “Nabalano Nemandemo”, seorang anak dipandang berada pada posisi yang istimewa dan harus senantiasa dijaga dengan segenap kemampuan. Anak adalah aset bagi masa tua ayah dan ibunya karena menjadi tumpuan harapan di masa tua.
PAKKIOK BUNTING DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU MAKASSAR DI GOWA: KAJIAN NILAIBUDAYA NFN Rahmawati
Kandai Vol 10, No 1 (2014): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.533 KB) | DOI: 10.26499/jk.v10i1.314

Abstract

Penuturan syair Pakkiok Bunting dalam penyambutan pengantin adat perkawinan suku Makassar di Kabupaten Gowa semakin jarang dilakukan sehingga syair Pakkiok Bunting nyaris terlupakan. Penelitian ini mengangkat permasalahan bentuk dan nilai budaya yang terdapat dalam syair Pakkiok Bunting dan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan menganalisis nilainilai budaya yang terkandung dalam syair Pakkiok Bunting. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian diperoleh dari penutur syair Pakkiok Bunting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa syair Pakkiok Bunting sarat dengan nilai-nilai budaya yang sangat penting untuk diketahui, dipahami, dan dijadikan sebagai pegangan dalam kehidupan berumah tangga. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai tanggung jawab, saling menghargai, kesederhanaan, dan  kedermawanan
Mitos Martandu: Kecendekiaan Lokal Suku Moronene di Kabaena dalam Potensi Banjir di Sungai Lakambula Heksa Biopsi Puji Hastuti; NFN Rahmawati
Kelasa Vol 13, No 2 (2018): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v13i2.69

Abstract

Martandu Myth is the story of one mythological creature (described as a giant-snake like creature with horns) within Moronene tribe in Kabaena island, precisely in the upstream of Lakambula River. Problems research issued in this article are how the Martandu myth represents the local genius of the Moronene tribe in Kabaena in relation with the flood potential in the Lakambula River and how the relevance of the Martandu Myth is to the present situation. Therefor, the aims of the research are to describe the local genius of Moronene tribe in Kabaena island in relation with flood potential in Lakambula river and to describe the relevance of Martandu Myth to the present situation. Data in the form of Martandu Myth and the reality of the present conditions at the research locus were obtained from literature tracing and interviews with informan. Data were analyzed qualitatively using mitem analysis techniques, readings, and interpretations. The results of the analysis show that the Martandu Myth represents the Moronene tribe in Kabaena local genius in relation to the flood potential in the Lakambula river in the form of a scenario containing a number of layered warnings if someone makes a mistake in violating the rules. In the last section, it is ilustrated when outsiders who want to occupy their wealth come, to be prevented indeed. This myth has relevance to the present situation in which the modernity changes the pattern of thinking of its people to be more instant and feels as if they are no longer fully dependent on the goodness of nature. Likewise, the final scenario of the Martandu against the sharks/marine martandu is relevant to the arrival of people from outside who want to take part in taking advantage of the Moronene earth nature treasure in Kabaena. AbstrakMitos Martandu adalah kisah tentang satu makhluk mitologis (digambarkan sebagai makhluk serupa ular raksasa yang bertanduk) dalam suku Moronene di Pulau Kabaena, tepatnya di hulu Sungai Lakambula. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana mitos Martandu merepresentasikan kecendekiaan lokal suku Moronene di Kabaena dalam kaitannya dengan potensi banjir di Sungai Lakambula dan bagaimana relevansi Mitos Martandu dengan keadaan yang ada sekarang. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan representasi kecendikiaan lokal suku Moronene di Kabaena dalam Mitos Martandu dalam kaitannya dengan potensi banjir di Sungai Lakambula dan relevansinya dengan keadaan saat ini. Data berupa Mitos Martandu dan realitas kondisi sekarang di lokus penelitian diperoleh dari penelusuran pustaka dan wawancara dengan informan. Data dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan teknik analisis mitem, pembacaan, dan pemaknaan melalui perelasian. Hasil analisis menunjukkan bahwa Mitos Martandu merepresentasikan kecendekiaan lokal suku Moronene di Kabaena terkait potensi banjir di Sungai Lakambula dalam bentuk skenario berisi sejumlah peringatan berlapis apabila ada yang melakukan kesalahan melanggar aturan. Pada bagian terakhir, diskenariokan apabila datang pihak luar yang ingin menguasai kekayaan mereka, maka harus dicegah.  Mitos ini memiliki relevansi dengan keadaan sekarang di saat arus modernitas mengubah pola berpikir manusianya menjadi lebih instan dan merasa seolah tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kebaikan alam.  Demikian pula skenario akhir martandu yang melawan hiu/martandu laut, relevan dengan kedatangan orang-orang dari  luar yang hendak turut serta mengambil manfaat dari kakayaan alam bumi Moronene di Kabaena.