Artikel ini mengkaji tentang gambaran kehidupan Geisha dalam prespektif karya sastra yang ada pada masa itu. Karya yang diteliti adalah Novel Remy Sylado yang berjudul “Kembang Jepun” dan Novel Arthur Golden yang berjudul “Memoar of a Geisha”. Sebagai salah satu sumber sejarah, kedua novel ini mampu menjelaskan mengenai gambaran kehidupan Geisha. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana sesungguhnya gambaran kehidupan Geisha yang disorot melalui novel dan dua penulis yang sama membahas tentang gambaran kehidupan Geisha, yaitu Remy Sylado dan Arthur Golden. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, di mana peneliti membatasi pada bahan-bahan koleksi dari perpustakaan saja tanpa melakukan riset ke lapangan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi yang terfokus pada analisis wacana yang bersifat menggali informasi yang dibutuhkan dari karya-karya yang dianalisis. Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian ini Geisha bukanlah sebuah profesi, seperti wanita penghibur yang hanya menonjolkan kelebihan fisik semata. Akan tetapi untuk menjadi seorang Geisha perlu menguasai berbagai keterampilan seperti keterampilan olah tubuh, seni bertutur kata, merias diri, bermusik, menari dan berpengetahuan luas sehingga Geisha bisa disebut karya seni yang berjalan. Dalam novel “Kembang Jepun” tidak ada sekolah khusus untuk Geisha, seorang Geisha dilatih oleh Geisha senior yang ada di dalam sinju, sinju adalah rumah atau tempat tinggal para Geisha. Sedangkan dalam novel “Memoar of a Geisha” terdapat sekolah khusus Geisha dan di sana dilatih oleh Geisha profesional, dan pelatih menjadi seorang Geisha profesional dan sangat terkenal digion perlu perjuangan yang sangat berat.