Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

BAHASA MELAYU: ANTARA BARUS DAN MALAKA Sahril Sahril
Sirok Bastra Vol 8, No 2 (2020): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37671/sb.v8i2.206

Abstract

Topik mengenai asal-usul bahasa Melayu sudah diperbincangkan bahkan jauh sebelum NKRI ada. Umumnya, para ahli bersepakat bahwa bahasa Melayu di Nusantara ini berasal dari masa Kerajaan Sriwijaya (Melayu Kuno) dan Kesultanan Malaka untuk bahasa Melayu baru. Kajian ini berusaha membantah pandangan para ahli bahasa tersebut bahwa ada mata rantai yang terputus mengenai jejak awal bahasa Melayu baru, yaitu di Barus, kemudian berkembang di Kerajaan Haru dan Aceh, baru kemudian di Malaka. Teori yang digunakan adalah teori historiografi linguistik untuk melihat sejarah perkembangan bahasa. Metode yang digunakan, yaitu kualitatif mengacu pada pendekatan diakronis. Temuan penelitian menunjukkan bahwa jejak awal bahasa Melayu baru berdasarkan sejarah masuknya Islam ke Nusantara ialah dengan aksara Jawi yang bermula di Barus. Temuan ini membantah pendapat para ahli bahasa yang mengatakan bahwa bahasa Melayu baru bermula di Malaka. Fakta ini didukung oleh karya-karya Hamzah Fansuri pada abad XVI yang menulis karyanya menggunakan bahasa Melayu yang dominan dipengaruhi bahasa Arab dan Persia. Sementara itu, Raja Ali Haji menulis karya, sekitar abad XIX. Bahasa Melayu berkembang di Aceh. Setelah Aceh berhasil ditaklukkan Malaka, barulah bahasa Melayu turut berkembang di Malaka.Debate and discussion about the origin of the Malay language long before the Republic of Indonesia was discussed. Generally, the opinions of experts agree that the Malay language in the archipelago originated from the Kingdom of Srivijaya (Ancient Malay) and the Malacca Sultanate for the new Malay Language. This study tries to refute the views of the linguists, that there is a broken link regarding the initial traces of the new Malay language, namely in Barus, then developing in the Kingdom of Haru and Aceh, only later in Malacca. The theory used is the theory of linguistic historiography to see the history of language development. The method used is qualitative refers to the diachronic approach. The research findings show that based on the history of the entry of Islam into the archipelago, the initial traces of the new Malay language, namely the Jawi script originated in Barus, so that the opinions of linguists who say say originated in Malacca. This fact is supported by the works of Hamzah Fansuri in the XVI century who wrote his work using Malay which was predominantly influenced by Arabic and Persian languages. While Raja Ali Haji wrote the work, around the XIX century. Malay language developed in Aceh, only after Aceh was conquered by Malacca, the next development in Malacca.
KELAPA SAWIT DAN PUNAHNYA BAHASA LOKAL Sahril Sahril
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 2, No 1 (2013): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9100.912 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v2i1.54

Abstract

Kehadiran kelapa sawit di tengah masyarakat sebenarnya adalah untuk menambah penghasilan bagi masyarakat setempat. Akan tetapi, di sebalik itu semua ada sektor yang dirugikan, yaitu lingkungan dan ekologi yang berdampak pada punahnya flora dan fauna setempat. Punahnya flora dan fauna berdampak pula pada punahnya bahasa lokal yang ada di daerah tersebut. Di antara bahasa yang punah adalah penamaan untuk flora dan fauna yang punah itu. Melalui kajian ekolinguistik ditemukan penyebab punahnya bahasa lokal. Dari hasil penelitian, ditemukan ada 49 nama flora dan fauna yang tidak lagi diketahui oleh penuturnya, khususnya di kalangan generasi muda.
KEMAHIRAN BERBAHASA MELALUI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA BAGI PESERTA DIDIK TINGKAT DASAR sahril sahril
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Vol 16, No 2 (2018): Medan Makna Desember
Publisher : Balai Bahasa Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mm.v16i2.2284

Abstract

Penelitian ini dilakukan atas dasar pentingnya meningkatkan kemahiran berbahasaIndonesia bagi peserta didik tingkat sekolah dasar. Salah satu sarana untuk meningkatkankemahiran berbahasa itu adalah melalui pembelajaran apresiasi sastra. Penelitian inidilakukan untuk membuktikan apakah ada korelasi antara pembelajaran apresiasi sastradengan kemahiran berbahasa peserta didik tingkat SD. Pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah pendekatan kuantitatif korelasional. Dengan jumlah responden 60peserta didik. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan (1) angketberupa pemahaman bahasa melalui apresiasi sastra, dan (2) langsung terlibat dalamproses pembelajaran di kelas. Dari hasil analisis data tentang korelasi antara kemahiranberbahasa dengan kegiatan apresiasi sastra dengan menggunakan rumus koefisienkorelasi berganda (multiple corelation). Hipotesis awal menunjukkan bahwa semakin baiktingkat apresiasi sastra peserta didik, maka semakin tinggi kemahiran berbahasaIndonesia.