Sri Hutami
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MIKROPROPAGASI DAN PRESERVASI TANAMAN OBAT MELALUI KULTUR IN VITRO Sri Hutami
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 33, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v33n1.2014.p1-10

Abstract

Teknik mikropropagasi memegang peranan penting dalam konservasi dan manajemen koleksi tanaman. Beberapa tanaman obat (langka dan potensial) di Indonesia telah berhasil diperbanyak melalui kultur jaringan dengan tingkat multiplikasi relatif tinggi. Media dasar terbaik untuk mikropropagasi tanaman obat ialah Murashige dan Skoog (MS) dan untuk beberapa tumbuhan obat menggunakan media dasar Driver and Kuniyuki Walnut (DKW), Anderson, dan B5 (Gamborg). Untuk memperoleh faktor multi-plikasi yang tinggi, zat pengatur tumbuh yang umum digunakan ialah benziladenin (BA), kinetin, dan thidiazuron serta asam amino glutamin. Dengan telah dikuasainya teknik perbanyakan tanaman obat melalui kultur in vitro, permintaan pengguna (petani dan swasta) akan benih tanaman obat dapat dipenuhi setiap waktu sesuai dengan kebutuhan. Preservasi secara in vitro dapat mencegah tanaman obat dari kepunahan. Tanaman obat yang telah berhasil dikembangbiakkan melalui teknik ini ialah bidara upas, tangguh, pepaya, anectochylus, temu mangga, pulai, kunci pepet, kencur, artemisia, buah merah, jahe, touki, kapolaga, mentha, pulasari, pule pandak, temu putri, purwoceng, ingu, daun dewa, dan manggis.
REGENERASI TANAMAN PEPAYA HASIL TRANSFORMASI DENGAN GEN ACC OKSIDASE ANTISENSE [Regeneration of Transforman Papaya Plant with ACC Oxidase Antisense Gene] Ragapadmi Purnamaningsih; Ika Mariska; Sri Hutami
BERITA BIOLOGI Vol 7, No 5 (2005)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v7i5.873

Abstract

Papaya is climacteric fruit. As the other climacteric fruit, papaya has hight speed ripening, so papaya fruit can not stored in long period. Genetic enginering is one alternative technology to solve the problem by introducing antisense oxidase ACC gen to the papaya plant genome to get delay ripening characteristic. Success of genetic enginering technology depend on plant regeneration system.There were two ways of plant regeneration: organogenesis and somatic embryogenesis. The aim of this experiment was to induce root formation of papaya planlet which trasformated by ACC oxidase antisense gene.The former experiment showed that explant which transformated by ACC oxidase antisense gene can regenerated to be shoot/planlet with P6 medium.But when the shoot transferred to root induction medium the root was difficult to formed, callus was formed at the base of shoot, the leaves turn to yellow and fall down.Many media formulations were tried in this experiment with different basic medium for root induction and development.MS (1, Vi)\ DKW (1, 'A) and WPM (1, Vi) were used as basic media combined with sucrose (2 % and 3 %) and plant growth regulators (kinetin, IAA, and paclobutrazol) adding with some organic compound. Result of the experiment showed that MS Vi + paclobutrazol 0.5 mg/1 induced root formation 80 %, inhibited callus formation and decreased yellowing and falling of the leaves.
MIKROPROPAGASI DAN PRESERVASI TANAMAN OBAT MELALUI KULTUR IN VITRO Sri Hutami
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 33, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v33n1.2014.p1-10

Abstract

Teknik mikropropagasi memegang peranan penting dalam konservasi dan manajemen koleksi tanaman. Beberapa tanaman obat (langka dan potensial) di Indonesia telah berhasil diperbanyak melalui kultur jaringan dengan tingkat multiplikasi relatif tinggi. Media dasar terbaik untuk mikropropagasi tanaman obat ialah Murashige dan Skoog (MS) dan untuk beberapa tumbuhan obat menggunakan media dasar Driver and Kuniyuki Walnut (DKW), Anderson, dan B5 (Gamborg). Untuk memperoleh faktor multi-plikasi yang tinggi, zat pengatur tumbuh yang umum digunakan ialah benziladenin (BA), kinetin, dan thidiazuron serta asam amino glutamin. Dengan telah dikuasainya teknik perbanyakan tanaman obat melalui kultur in vitro, permintaan pengguna (petani dan swasta) akan benih tanaman obat dapat dipenuhi setiap waktu sesuai dengan kebutuhan. Preservasi secara in vitro dapat mencegah tanaman obat dari kepunahan. Tanaman obat yang telah berhasil dikembangbiakkan melalui teknik ini ialah bidara upas, tangguh, pepaya, anectochylus, temu mangga, pulai, kunci pepet, kencur, artemisia, buah merah, jahe, touki, kapolaga, mentha, pulasari, pule pandak, temu putri, purwoceng, ingu, daun dewa, dan manggis.