Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EVALUASI KERAGAMAN GALUR MUTAN ARTEMISIA HASIL IRADIASI GAMMA Ragapadmi Purnamaningsih; E.G. Lestari; M. Syukur
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi Vol 6, No 2 (2010): Desember 2010
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.595 KB) | DOI: 10.17146/jair.2010.6.2.518

Abstract

Serangan penyakit malaria di Indonesia terus meningkat. Di lain pihak, penyebab penyakit ini yaitu Plasmodium falciparum telah resisten terhadap obat malaria yang selama ini digunakan. Artemisinin, dari tanaman artemisia telah diteliti dapat mengendalikan malaria. Permasalahan yang dihadapi adalah kandungan artemisinin dari Artemisia annua yang ditanamdi Indonesia masih sangat rendah, yaitu berkisar 0.1 — 0.5 %. Peningkatan keragaman genetik artemisia dengan menggunakan iradiasi sinar gamma merupakan metode alternative untukmengatasi masalah tersebut. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan induksi mutasi pada biji artemisia dengan dosis 10-100 Gy. Planlet hasil iradiasi yang mempunyai perakaran yang baik, diaklimatisasi di rumah kaca dan galur mutan yang didapatkan ditanam di Kebun Percobaan Gunung Putri, Balittro dengan ketinggian 1545 m dpl. Sebagai pembanding digunakan tanaman yang berasal dari biji (kontrol biji) dan tanaman dari kultur in vitro yang tidak diradiasi (kontrol in vitro). Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur-galur mutan nmemperlihatkan keragaman morfologi, antara lain tinggi tanaman, bentuk daun, umur berbunga. Galur mutan umumnya berbunga lebih lambat dibandingkan tanaman kontrol. Sepuluh galur mutan telah terseleksi berdasarkan bobot basah dan bobot kering tanaman yang kemudian di analisis kandungan artemisininnya. Hasil penelitian menunjukkan kandungan artemisinin dari galur mutan bervariasi antara 0.44 — 1.41%, sedangkan kandungan artemisinin dari tanaman kontrol in vitro adalah 0.43%.
REGENERASI TANAMAN PEPAYA HASIL TRANSFORMASI DENGAN GEN ACC OKSIDASE ANTISENSE [Regeneration of Transforman Papaya Plant with ACC Oxidase Antisense Gene] Ragapadmi Purnamaningsih; Ika Mariska; Sri Hutami
BERITA BIOLOGI Vol 7, No 5 (2005)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v7i5.873

Abstract

Papaya is climacteric fruit. As the other climacteric fruit, papaya has hight speed ripening, so papaya fruit can not stored in long period. Genetic enginering is one alternative technology to solve the problem by introducing antisense oxidase ACC gen to the papaya plant genome to get delay ripening characteristic. Success of genetic enginering technology depend on plant regeneration system.There were two ways of plant regeneration: organogenesis and somatic embryogenesis. The aim of this experiment was to induce root formation of papaya planlet which trasformated by ACC oxidase antisense gene.The former experiment showed that explant which transformated by ACC oxidase antisense gene can regenerated to be shoot/planlet with P6 medium.But when the shoot transferred to root induction medium the root was difficult to formed, callus was formed at the base of shoot, the leaves turn to yellow and fall down.Many media formulations were tried in this experiment with different basic medium for root induction and development.MS (1, Vi)\ DKW (1, 'A) and WPM (1, Vi) were used as basic media combined with sucrose (2 % and 3 %) and plant growth regulators (kinetin, IAA, and paclobutrazol) adding with some organic compound. Result of the experiment showed that MS Vi + paclobutrazol 0.5 mg/1 induced root formation 80 %, inhibited callus formation and decreased yellowing and falling of the leaves.