Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Pengemasan terhadap Mutu Pinekuhe Layang (Decapterus Sp) Asap (Packaging Influence of Smoked Pinekuhe Fish) Jefri A. Mandeno; Mukhlis A. Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.566 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.2222264

Abstract

The aim of this research is to determine the influence of packaging to pinekuhe fish quality, Compare of packaged pinekuhe fish and unpackaged pinekuhe fish and also find out the interested of consumer with packaged pinekuhe fish and unpackaged pinekuhe fish. The conclusion of this research show that the pinekuhe fish was packaged by plastic in vacuum conditions is better than pinekuhe fish was packaged by plastic in unvacuum conditions and unpackaged pinekuhe fish. Total Plate Count and organoleptic analysis show that the packaged pinekuhe fish has a better quality than unpackaged pinekuhe fish. Spoiled was show in six day storage of pinekuhe fish.
Pengaruh Bleeding pada Penanganan Ikan Pasca Tangkap terhadap Kadar Histamin Ikan Jefri A. Mandeno; Mukhlis A. Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 2 No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.462 KB) | DOI: 10.5281/jit.v2i2.90

Abstract

Kualitas ikan segar sebagai bahan mentah untuk produk awetan dan olahan merupakan faktor utama yang sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Ikan yang telah mengalami kebusukan akan menghasilkan berbagai senyawa kimia hasil penguraian bakteri dan enzim yang pada kadar tertentu dapat membahayakan konsumen. Histamin merupakan senyawa kimia hasil penguraian histidin yang pada kadar tertentu membahayakan orang yang mengkonsumsinya. Penanganan ikan pasca tangkap sangat menentukan tingkat kesegaran ikan tersebut. Penanganan ikan tidak baik akan mempercepat laju pembusukan pada ikan. Teknik pengeluaran darah pada ikan pasca tangkap atau bleeding termasuk teknik penanganan yang saat ini telah diterapkan pada beberapa negara seperti Jepang dan beberapa negara Eropa. Di Indonesia termasuk di Sulawesi Utara, teknik bleeding ini belum populer di kalangan nelayan maupun pelaku usaha di bidang perikanan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh bleeding terhadap tingkat kesegaran ikan pasca tangkap. Parameter uji kualitas kesegaran tersebut ditentukan oleh kandungan histamin dan penilaian orgonoleptik. Adapun yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini yaitu ikan yangdiberi perlakuan bleeding (A) dan ikan dengan perlakuan tanpa bleeding (B). Parameter yang diamati yaitu Histamin dengan metode Elisa ( FAO, 2006), Nilai Organoleptik (SNI). Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa Ikan segar yang diberi perlakuan bleeding (Pengeluaran darah) cenderung memiliki kandungan histamin dibandingkan dengan ikan segar yang tidak melalui proses bleeding. Karakteristik ikan segar masih nampak pada ikan yang telah melalui proses bleeding sedangkan pada ikan yang tanpa perlakuan bleeding telah mengalami perubahan warna pada insang setelah 12 jam penyimpanan.
KANDUNGAN FENOL PADA PINEKUHE YANG DIOLAH DENGAN ASAP CAIR DAN PENGASAPAN KONVENSIONAL Jefri A. Mandeno; Mukhlis A. Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v7i1.393

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fenol pada ikan asap pinekuhe dengan asap cair dan dengan pengasapan konvensional. Penelitian menggunakan Rancangan deskriptif kualitatif dengan memberikan gambaran proses dan hasil penelitian melalui gambar, tabel maupun histogram. Perlakuan dalam penelitian adalah sebagai berikut: (A) Ikan asap pinekuhe ang direndam dalam asap cair lalu dikeringkan, (B) Ikan asap pinekuhe yang dkeringkan, direndam dalam asap cair lalu dikeringkan, (C) Ikan asap pinekuhe direndam dalam asap cair lalu dikeringkan dan (D) Ikan asap pinekuhe dari pengasapan konvensional dengan bahan bakar biasa. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa ikan asap cair yang dikeringkan kemudian direndam dalam asap cair memiliki kadar fenol yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan asap yang diolah dengan metode pengasapan konvensional, yaitu dengan menggunakan bahan bakar cangkang pala. Kadar fenol tertinggi yaitu pada perlakuan B (15,77%) dan kadar fenol terendah yaitu pada perlakuan C (10,2%). The purpose of this study was to determine the phenol content of pinekuhe smoked fish with liquid smoke and conventional smoking. The study used a qualitative descriptive design by providing an overview of the research process and results through pictures, tables, and histograms. The treatments in the study were as follows: (A) Pinekuhe smoked fish soaked in liquid smoke then dried, (B) Pinekuhe smoked fish that was dried, soaked in liquid smoke then dried, (C) Pinekuhe smoked fish was immersed in liquid smoke then dried and (D) Pinekuhe smoked fish from conventional smoking on ordinary fuel. The conclusion from the results of this study is that smoked fish that is dried and then immersed in liquid smoke has a higher phenol content when compared to smoked fish processed by conventional smoking methods, namely using nutmeg shell fuel. The highest phenol content was in treatment B (15.77%) and the lowest phenol content was in treatment C (10.2%) Abstract: The purpose of this study was to determine the phenol content of pinekuhe smoked fish with liquid smoke and conventional smoking. . The study used a qualitative descriptive design by providing an overview of the research process and results through pictures, tables, and histograms. The treatments in the study were as follows: (A) Pinekuhe smoked fish soaked in liquid smoke then dried, (B) Pinekuhe smoked fish that was dried, soaked in liquid smoke then dried, (C) Pinekuhe smoked fish was immersed in liquid smoke then dried and (D) Pinekuhe smoked fish from conventional smoking on ordinary fuel. The conclusion from the results of this study is that smoked fish that is dried and then immersed in liquid smoke has a higher phenol content when compared to smoked fish processed by conventional smoking methods, namely using nutmeg shell fuel. The highest phenol content was in treatment B (15.77%) and the lowest phenol content was in treatment C (10.2%).
IbM Teknik Penanganan Pasca Tangkap dan Pengesan Ikan Segar Kelompok Nelayan Bahari dan Kelompok Nelayan Usaha Mina Pulau Manipa Desa Nanadakele Kecamatan Nusa Tabukan Jaka F.P. Palawe; Jefri A. Mandeno; Ely John Karimela; Mukhlis A. Kaim
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.543 KB)

Abstract

Tujuan dari kegiatan IbM ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai teknik penanganan ikan pasca tangkap yang benar dan teknik pemberian es, metode yang digunakan dalam pengabdian ini yaitu diawali dengan observasi dan wawancara selanjutnya dilakukan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat di Desa Nanedakele dilaksanakan dengan tahapan survei, penyuluhan mengenai Cara Penanganan Ikan Yang Baik (CPIB), penyuluhan mengenai teknik pengesan, penyuluhan mengenai sanitasi dan hygine pemberian bantuan peralatan penanganan ikan pasca tangkap dan evaluasi. Hasil dari pengabdian ini didapatkan kesimpulan Kelompok nelayan dapat mengetahui cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB) atau pedoman dan tata cara penanganan ikan hasil tangkapan, termasuk pembongkaran dari kapal yang baik untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil penangkapan, Kelompok nelayan dapat memaksimalkan penggunaan es untuk menjaga kesegaran hasil tangkapan sekaligus mempertahankan mutu dan nilai jual, Dapat memberikan bantuan peralatan penanganan untuk menunjang pengaplikasian penjaminan mutu dan keamanan hasil tangkapan.
PKM HAND LINE “KINDAENG” DI KAMPUNG PETTA SELATAN KECAMATAN TABUKAN UTARA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Mukhlis A. Kaim; Yuliana V. Tatontos; Fitria F. Lungari; Ishak Bawias
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.117 KB)

Abstract

Kampung Petta Selatan yang juga dikenal dengan nama lain kampung Embuhanga terletak di wilayah pesisir yang memiliki penduduk dengan mata pencarian sebagai Pettani dan nelayan. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, umumnya hanya mengenal teknik penangkapan ikan dengan penggunakan pancing yang disebut dengan “Paranto”, dimana konstruksinya hanya menggunakan bahan seadanya yang disediakan alam dan pancing ”Kindaeng” yang lebih modern dibandingkan “Palanto”. PKM Hand Line “Kindaeng” di Kampung Petta Selatan, dilakukan dengan mengadakan penyuluhan tentang pentingnya menjaga ekosistem terumbu karang dalam pengoperasian alat tangkap, sehingga operasi penengkapan ikan di Kampung Petta Selatan menjadi penengkapan ikan yang mengarah pada perikanan tangkap bertanggungjawab dan berkelanjutan, serta membuat dan memberikan bahan untuk 10 unit alat tangkap Hand line “Kindaeng”. Melalui kegiatan ini nelayan penangkap ikan dapat melakukan penangkapan ikan secara benar dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungannya khususnya terhadap kondisi terumbu karang disekitarnya, dengan demikian usaha ini dapat menjadi sumber meningkatkan taraf hidup demi kesejahteraan masyarakat nelayan.