Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

EFEKTIVITAS MINYAK JARAK PAGAR DAN JAMUR Beauveria bassiana UNTUK PENGENDALIAN HAMA Helopeltis spp . PADA KAKAO / Effectivity of Jatropha Oil and Beauveria bassiana Fungi to Control Helopeltis spp. on Cacao Elna Karmawati; Siswanto Siswanto
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n4.2016.189-196

Abstract

The oil of jatropha seeds has a potency as botanical pesticide, because of its chemical subtances which are unsaponifiable such as streoester, tryacycerol, diacilglicerol, sterol, monoacilglycerol and others. The chemical substances which are toxic to insect are sterol and triterpene alcohol. The other substance in fruits and seeds which is also toxic is curcin. The objective of this research is to find out the efectivity of jatropha cake and oil on mortality of Helopeltis spp. combined with commercial B. bassiana. Two factors were used in this activity i.e. accessions of Jatropha curcas and strains of B. bassiana. Accession factors consist of nine levels based on phorbol ester and curcin, as B. bassiana consists of three strains, so there were 27 combinations of treatments. The research used factorially block design with three replications. Variables observed were damage intensity, mortality of helopeltis and the effect on cacao seeds and B. bassiana development. The formulation contained 20% of jatropha oil or cake, 60% of solvent, 10% of emulsifiers and others. This formula was diluted in water with 10% concentration. The result of the research were a) Jatropha oil and cake had the same effect on insect mortality b) the combination between two accessions of jatropha (C100 and JW) and ED7 resulted 97-100% mortality, while c) B80 and C81 gave the highest mortality on Helopeltis spp. without the use of fungi.Keywords: Beauveria bassiana, cacao, Helopeltis spp, Jatropha curcas oil AbstrakMinyak biji jarak pagar berpotensi seb agai pestisida nabati, karena mengandung bahan kimia yang bersifat toksik terhadap serangga. Suatu penelitian telah dilakukan di Bogor dan Cianjur dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012 untuk mengetahui efektifitas minyak dan bungkil biji jarak pagar dikombinasikan dengan Beauveria bassiana terhadap mortalitas Helopeltis spp. pada pertanaman kakao dan melihat tingkat kerusakannya. Kegiatan penelitian disusun dalam 2 faktor perlakuan yaitu aksesi jarak pagar dan strain B. bassiana. Aksesi terdiri dari 9 level dipilih dari berbagai jenis yang proporsinya berbeda antara curcin dan phorbol ester. Faktor kedua B. bassiana terdiri atas 3 level yaitu strain yang berasal dari kumbang Scolytidae dan Tingidae serta kontrol, sehingga kombinasi seluruhnya menjadi 27 perlakuan. Rancangan yang digunakan faktorial dalam kelompok dan diulang tiga kali. Banyaknya buah per perlakuan adalah tiga buah per tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas serangga, banyaknya bercak per buah dan pengaruhnya terhadap biji, serta perkembangan B. bassiana. Helopeltis spp. diinfestasikan ke buah kakao yang telah dikerodong. Konsentrasi larutan yang disemprotkan adalah 10 cc/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Minyak dan bungkil jarak pagar memberikan efek yang sama terhadap mortalitas Helopeltis (2) Pemilihan aksesi terbaik tergantung dari ada-tidaknya jamur B. bassiana. Bila tersedia B. bassiana strain ED7 pilihan aksesi yaitu C100, dan jarak wangi. Kedua aksesi tersebut bila dikombinasikan dengan strain ED7 menghasilkan mortalitas 97-100%, (3) Apabila jamur B. bassiana tidak tersedia, pilihannya adalah B80 dan C81 karena efektivitasnya paling tinggi tanpa dikombinasikan dengan jamur B. bassiana.Kata kunci: minyak jarak pagar, B.bassiana, Helopeltis sp., kakao
POTENSI DAMPAK EKONOMI PENERAPAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN DAN POLIKULTUR LADA DI KABUPATEN PURBALINGGA, PROVINSI JAWA TENGAH / Potential Economic Impact of Pepper Fertilization and Multiple Cropping Technology Application in Purbalingga Regency, Central Java I Ketut Ardana; M. Syakir; Elna Karmawati; Siswanto Siswanto
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v23n2.2017.112-122

Abstract

Purbalingga regency since five years has been the center of pepper production in Java Island. This study was conducted from May to September 2017 to analyze the financial performance of pepper farming and its economic impact on the development area. Data and information analysis is done qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis uses cross tabulation, then interpreted descryptionally, while quantitative analysis includes: (1) RAVC and MBCR for assessing financial performance; and (2) ΔRAVC and ROI for projected potential economic impacts. The results showed that application of fertilizer technology with <50% recommended dosage only increased RAVC IDR 1.7 million/ha/year with MBCR = 1.53. RAVC contribution of mixed crops reached IDR 12.5 million/ha/year with MBCR = 3.79. The application of fertilization and multiple cropping technology encourages greater pepper productivity increase than BEP productivity and pepper prices in year 2017 is also greater than BEP price, so the application of fertilization technology provides postive benefits for the financial performance of pepper farming. The potential economic impact of pepper technology application reached IDR 1 billion/year up to IDR 3.6 billion/year with ROI = 11.37% to 81.37% may still be enhanced by: (1) encouraging the application of fertilization technology, and (2) encouraging farmers to adopt the fertilization technology and multiple cropping correctly, given that pepper productivity is still far below genetic potential. Therefore, efforts are needed to accelerate adoption of innovation.Keywords: white pepper, technology, financial performance, economic impact AbstrakKabupaten Purbalingga sejak lima tahun terkahir telah menjadi sentra produksi lada di Pulau Jawa. Teknologi budidaya yang dilakukan para petani masih beragam sehingga mempengaruhi terhadap kinerja keuangan serta dampak ekonominya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan September 2017 untuk menganalisis kinerja finansial usahatani lada serta potensi dampak ekonomi penerapan teknologi pemupukan dan polikultur. Analisis data dan informasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan tabulasi silang, kemudian diinterpretasi secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif meliputi: (1) RAVC dan MBCR untuk menilai kinerja finansial, dan (2) ΔRAVC dan ROI untuk proyeksi dampak ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi pemupukan dengan <50% dosis anjuran hanya meningkatkan RAVC Rp1,7 juta/ha/th dengan MBCR=1,53. Kontribusi RAVC tanaman campuran mencapai Rp 12,5 juta/ha/th dengan MBCR=3,79. Penerapan teknologi pemupukan dan polikultur mendorong peningkatan produktivitas lada lebih besar dari pada BEP produktivitas dan harga lada pada tahun tahun 2017 juga lebih besar dari pada BEP harga, sehingga penerapan teknologi pemupukan dan polikultur memberikan manfaat posistif bagi kinerja finansial usahatani lada. Potensi dampak ekonomi penerapan teknologi pemupukan dan polikultur lada mencapai Rp 1 miliar/th sampai dengan Rp 3,6 miliar/th dengan ROI= 11,37% sampai dengan 81,37% masih mungkin ditingkatkan dengan pendekatan: (1) mendorong peningkatan areal penerapan teknologi pemupukan, dan (2) mendorong petani menerapkan teknologi pemupukan dan polikultur secara benar, mengingat capaian produktivitas lada masih jauh di bawah potensi genetis. Untuk itu diperlukan upaya untuk mempercepat adopsi inovasi secara berkesinambungan. Kata kunci: lada putih, teknologi, kinerja finansial, dampak ekonomi
Peningkatan Produksi dan Pengembangan Kakao ( Theobroma cacao L. ) di Indonesia Rubiyo Rubiyo; Siswanto Siswanto
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n1.2012.p33-48

Abstract

Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor biji kakao terpenting di dunia. Tahun 2010 Indonesia menduduki posisi sebagai pengekspor biji kakao terbesar ketiga dunia dengan produksi biji kering 550.000 ton. Pada tahun tersebut dari luas 1.651.539 ha areal kakao, sekitar 1.555.596 ha atau 94% adalah kakao rakyat. Hal ini mengindikasikan peran penting kakao baik sebagai sumber lapangan kerja maupun pendapatan bagi petani. Di samping itu, areal dan produksi kakao Indonesia meningkat pesat pada dekade terakhir, dengan laju 5,99% per tahun. Namun demikian, seiring dengan semakin luasnya daerah pengembangan kakao, akhir-akhir ini produksi dan produktivitas kakao di Indonesia terus mengalami penurunan yang sangat berarti. Selain tingkat produktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan potensi klon atau bahan tanam yang ada, aspek mutu juga mengalami penurunan. Menurunnya mutu dan daya hasil tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain serangan organisme pengganggu tanaman seperti infeksi penyakit dan serangan hama penggerek buah kakao (PBK), bahan tanam kakao yang diusahakan, penanganan pasca panen, dan sistem usahatani. Teknologi yang tersedia untuk mendukung peningkatan produksi dan pengembangan kakao antara lain bahan tanaman unggul, informasi kesesuaian lahan, teknologi perbanyakan bahan tanaman, teknologi pengendalian hama dan penyakit utama, teknologi sambung samping dan sambung pucuk, teknologi pengolahan hasil dan teknologi pengembangan industri kakao. Bahan tanaman unggul memegang peranan yang sangat penting dalam usahatani kakao di Indonesia. Saat ini telah dihasilkan beberapa  klon unggul kakao dengan produktivitas di atas 2 ton/ha/th, beberapa di antaranya juga mempunyai sifat tahan terhadap hama dan penyakit utama kakao. Pengendalian hama dan penyakit tersebut, saat ini telah diimplementasikan model pengendalian secara terpadu yang melibatkan komponen bahan tanam unggul resisten terhadap hama dan penyakit, teknologi budidaya serta kriteria lahan yang sesuai untuk tanaman kakao. Produktivitas dan mutu hasil kakao sangat ditentukan oleh kualitas bahan tanam. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil kakao dapat dilakukan dengan teknik klonalisasi dengan cara sambung samping. Teknik sambung samping telah terbukti mampu memperbaiki produktivitas dan mutu kakao rakyat. Teknologi sambung samping telah diadopsi oleh para petani pekebun khususnya untuk merehabilitasi tanaman tua dan tanaman kurang produktif. Selain itu, teknologi pengolahan hasil dan pengembangan industri hilir juga telah banyak tersedia antara lain teknologi fermentasi, teknologi pengolahan limbah, dan teknologi diversifikasi produk. Agar usahatani kakao dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan, ke depan diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas dan pengembangan penanganan hasil dan produk kakao di Indonesia. Improvement and Development Production of Cocoa in IndonesiaABTRACT Indonesia is known as important exporting country of the world's cocoa beans. In 2010 Indonesia is the third largest world exporter of cocoa beans with production estimated 550,000 tons of dry beans. From1,651,596 ha in Indonesia, approximately 1,555,539 ha or 94% is managed by smallholders. This indicates an important role of cocoa both as a source of employment and income for farmers. In addition, the acreage and production of cocoa Indonesia increased rapidly in the last decade, a rate of 5,99% per year. Cocoa crop is non-oil export commodity which is very important in the estate sub-sector. Aside from being a source of state divisa, cocoa trees in Indonesia is a source of income and employment to estate farmers. Along with the vast development of new cocoa areas in Indonesia, the recent production and productivity of cocoa in Indonesia continues to a significant decline. In addition to a smaller level of productivity compared to the clone or plant material potency, the quality aspect also decreased. The decline in the quality and yield are influenced by many factors, among others, the attacks of infectious diseases and pests such as cocoa fruit borer Conophomorpha cramerella, plant materials, post harvest and farming systems. Technology available to support increased production and development of cocoa among other superior cacao plant materials, information, suitability of land for cocoa, the technology of plant propagation materials, technology major pest and disease control, side-grafting technology and continued shoots, processing technology and technological development of the cocoa industry. Superior cocoa plant material plays a very important role in cocoa farms in Indonesia. At present it has produced some excellent cocoa clones with productivity above 2 tons/ha/yr, some of which also have properties resistant to pests and major diseases of cocoa. To control pests and diseases have now implemented an integrated control model that involves components of superior planting materials that are resistant to pests and diseases, cultivation technology, and the criteria for suitable land for cocoa plants. Productivity and quality of cocoa is largely determined by the quality of planting material. One effort to improve cocoa productivity and quality results can be done with the clonalisasion technique by side-grafting. Side-grafting technique has been shown to improve cocoa productivity and quality of the people. Side-grafting technology has adopted by farmers to rehabilitate crop planters, especially older and less productive plants. Besides processing technology and the development of downstream industries have also been widely available among other  fermentation technology, processing technology and waste  product diversification technology. In order cocoa farming can be developed in the future, the next necessary efforts is to improve product development and processing of cocoa.
POTENSI DAMPAK EKONOMI PENERAPAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN DAN POLIKULTUR LADA DI KABUPATEN PURBALINGGA, PROVINSI JAWA TENGAH / Potential Economic Impact of Pepper Fertilization and Multiple Cropping Technology Application in Purbalingga Regency, Central Java I Ketut Ardana; M. Syakir; Elna Karmawati; Siswanto Siswanto
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v23n2.2017.112-122

Abstract

Purbalingga regency since five years has been the center of pepper production in Java Island. This study was conducted from May to September 2017 to analyze the financial performance of pepper farming and its economic impact on the development area. Data and information analysis is done qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis uses cross tabulation, then interpreted descryptionally, while quantitative analysis includes: (1) RAVC and MBCR for assessing financial performance; and (2) ΔRAVC and ROI for projected potential economic impacts. The results showed that application of fertilizer technology with <50% recommended dosage only increased RAVC IDR 1.7 million/ha/year with MBCR = 1.53. RAVC contribution of mixed crops reached IDR 12.5 million/ha/year with MBCR = 3.79. The application of fertilization and multiple cropping technology encourages greater pepper productivity increase than BEP productivity and pepper prices in year 2017 is also greater than BEP price, so the application of fertilization technology provides postive benefits for the financial performance of pepper farming. The potential economic impact of pepper technology application reached IDR 1 billion/year up to IDR 3.6 billion/year with ROI = 11.37% to 81.37% may still be enhanced by: (1) encouraging the application of fertilization technology, and (2) encouraging farmers to adopt the fertilization technology and multiple cropping correctly, given that pepper productivity is still far below genetic potential. Therefore, efforts are needed to accelerate adoption of innovation.Keywords: white pepper, technology, financial performance, economic impact AbstrakKabupaten Purbalingga sejak lima tahun terkahir telah menjadi sentra produksi lada di Pulau Jawa. Teknologi budidaya yang dilakukan para petani masih beragam sehingga mempengaruhi terhadap kinerja keuangan serta dampak ekonominya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan September 2017 untuk menganalisis kinerja finansial usahatani lada serta potensi dampak ekonomi penerapan teknologi pemupukan dan polikultur. Analisis data dan informasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan tabulasi silang, kemudian diinterpretasi secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif meliputi: (1) RAVC dan MBCR untuk menilai kinerja finansial, dan (2) ΔRAVC dan ROI untuk proyeksi dampak ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi pemupukan dengan <50% dosis anjuran hanya meningkatkan RAVC Rp1,7 juta/ha/th dengan MBCR=1,53. Kontribusi RAVC tanaman campuran mencapai Rp 12,5 juta/ha/th dengan MBCR=3,79. Penerapan teknologi pemupukan dan polikultur mendorong peningkatan produktivitas lada lebih besar dari pada BEP produktivitas dan harga lada pada tahun tahun 2017 juga lebih besar dari pada BEP harga, sehingga penerapan teknologi pemupukan dan polikultur memberikan manfaat posistif bagi kinerja finansial usahatani lada. Potensi dampak ekonomi penerapan teknologi pemupukan dan polikultur lada mencapai Rp 1 miliar/th sampai dengan Rp 3,6 miliar/th dengan ROI= 11,37% sampai dengan 81,37% masih mungkin ditingkatkan dengan pendekatan: (1) mendorong peningkatan areal penerapan teknologi pemupukan, dan (2) mendorong petani menerapkan teknologi pemupukan dan polikultur secara benar, mengingat capaian produktivitas lada masih jauh di bawah potensi genetis. Untuk itu diperlukan upaya untuk mempercepat adopsi inovasi secara berkesinambungan. Kata kunci: lada putih, teknologi, kinerja finansial, dampak ekonomi
EFEKTIVITAS MINYAK JARAK PAGAR DAN JAMUR Beauveria bassiana UNTUK PENGENDALIAN HAMA Helopeltis spp . PADA KAKAO / Effectivity of Jatropha Oil and Beauveria bassiana Fungi to Control Helopeltis spp. on Cacao Elna Karmawati; Siswanto Siswanto
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n4.2016.189-196

Abstract

The oil of jatropha seeds has a potency as botanical pesticide, because of its chemical subtances which are unsaponifiable such as streoester, tryacycerol, diacilglicerol, sterol, monoacilglycerol and others. The chemical substances which are toxic to insect are sterol and triterpene alcohol. The other substance in fruits and seeds which is also toxic is curcin. The objective of this research is to find out the efectivity of jatropha cake and oil on mortality of Helopeltis spp. combined with commercial B. bassiana. Two factors were used in this activity i.e. accessions of Jatropha curcas and strains of B. bassiana. Accession factors consist of nine levels based on phorbol ester and curcin, as B. bassiana consists of three strains, so there were 27 combinations of treatments. The research used factorially block design with three replications. Variables observed were damage intensity, mortality of helopeltis and the effect on cacao seeds and B. bassiana development. The formulation contained 20% of jatropha oil or cake, 60% of solvent, 10% of emulsifiers and others. This formula was diluted in water with 10% concentration. The result of the research were a) Jatropha oil and cake had the same effect on insect mortality b) the combination between two accessions of jatropha (C100 and JW) and ED7 resulted 97-100% mortality, while c) B80 and C81 gave the highest mortality on Helopeltis spp. without the use of fungi.Keywords: Beauveria bassiana, cacao, Helopeltis spp, Jatropha curcas oil AbstrakMinyak biji jarak pagar berpotensi seb agai pestisida nabati, karena mengandung bahan kimia yang bersifat toksik terhadap serangga. Suatu penelitian telah dilakukan di Bogor dan Cianjur dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012 untuk mengetahui efektifitas minyak dan bungkil biji jarak pagar dikombinasikan dengan Beauveria bassiana terhadap mortalitas Helopeltis spp. pada pertanaman kakao dan melihat tingkat kerusakannya. Kegiatan penelitian disusun dalam 2 faktor perlakuan yaitu aksesi jarak pagar dan strain B. bassiana. Aksesi terdiri dari 9 level dipilih dari berbagai jenis yang proporsinya berbeda antara curcin dan phorbol ester. Faktor kedua B. bassiana terdiri atas 3 level yaitu strain yang berasal dari kumbang Scolytidae dan Tingidae serta kontrol, sehingga kombinasi seluruhnya menjadi 27 perlakuan. Rancangan yang digunakan faktorial dalam kelompok dan diulang tiga kali. Banyaknya buah per perlakuan adalah tiga buah per tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas serangga, banyaknya bercak per buah dan pengaruhnya terhadap biji, serta perkembangan B. bassiana. Helopeltis spp. diinfestasikan ke buah kakao yang telah dikerodong. Konsentrasi larutan yang disemprotkan adalah 10 cc/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Minyak dan bungkil jarak pagar memberikan efek yang sama terhadap mortalitas Helopeltis (2) Pemilihan aksesi terbaik tergantung dari ada-tidaknya jamur B. bassiana. Bila tersedia B. bassiana strain ED7 pilihan aksesi yaitu C100, dan jarak wangi. Kedua aksesi tersebut bila dikombinasikan dengan strain ED7 menghasilkan mortalitas 97-100%, (3) Apabila jamur B. bassiana tidak tersedia, pilihannya adalah B80 dan C81 karena efektivitasnya paling tinggi tanpa dikombinasikan dengan jamur B. bassiana.Kata kunci: minyak jarak pagar, B.bassiana, Helopeltis sp., kakao