M. Syakir
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

POTENSI DAMPAK EKONOMI PENERAPAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN DAN POLIKULTUR LADA DI KABUPATEN PURBALINGGA, PROVINSI JAWA TENGAH / Potential Economic Impact of Pepper Fertilization and Multiple Cropping Technology Application in Purbalingga Regency, Central Java I Ketut Ardana; M. Syakir; Elna Karmawati; Siswanto Siswanto
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v23n2.2017.112-122

Abstract

Purbalingga regency since five years has been the center of pepper production in Java Island. This study was conducted from May to September 2017 to analyze the financial performance of pepper farming and its economic impact on the development area. Data and information analysis is done qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis uses cross tabulation, then interpreted descryptionally, while quantitative analysis includes: (1) RAVC and MBCR for assessing financial performance; and (2) ΔRAVC and ROI for projected potential economic impacts. The results showed that application of fertilizer technology with <50% recommended dosage only increased RAVC IDR 1.7 million/ha/year with MBCR = 1.53. RAVC contribution of mixed crops reached IDR 12.5 million/ha/year with MBCR = 3.79. The application of fertilization and multiple cropping technology encourages greater pepper productivity increase than BEP productivity and pepper prices in year 2017 is also greater than BEP price, so the application of fertilization technology provides postive benefits for the financial performance of pepper farming. The potential economic impact of pepper technology application reached IDR 1 billion/year up to IDR 3.6 billion/year with ROI = 11.37% to 81.37% may still be enhanced by: (1) encouraging the application of fertilization technology, and (2) encouraging farmers to adopt the fertilization technology and multiple cropping correctly, given that pepper productivity is still far below genetic potential. Therefore, efforts are needed to accelerate adoption of innovation.Keywords: white pepper, technology, financial performance, economic impact AbstrakKabupaten Purbalingga sejak lima tahun terkahir telah menjadi sentra produksi lada di Pulau Jawa. Teknologi budidaya yang dilakukan para petani masih beragam sehingga mempengaruhi terhadap kinerja keuangan serta dampak ekonominya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan September 2017 untuk menganalisis kinerja finansial usahatani lada serta potensi dampak ekonomi penerapan teknologi pemupukan dan polikultur. Analisis data dan informasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan tabulasi silang, kemudian diinterpretasi secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif meliputi: (1) RAVC dan MBCR untuk menilai kinerja finansial, dan (2) ΔRAVC dan ROI untuk proyeksi dampak ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi pemupukan dengan <50% dosis anjuran hanya meningkatkan RAVC Rp1,7 juta/ha/th dengan MBCR=1,53. Kontribusi RAVC tanaman campuran mencapai Rp 12,5 juta/ha/th dengan MBCR=3,79. Penerapan teknologi pemupukan dan polikultur mendorong peningkatan produktivitas lada lebih besar dari pada BEP produktivitas dan harga lada pada tahun tahun 2017 juga lebih besar dari pada BEP harga, sehingga penerapan teknologi pemupukan dan polikultur memberikan manfaat posistif bagi kinerja finansial usahatani lada. Potensi dampak ekonomi penerapan teknologi pemupukan dan polikultur lada mencapai Rp 1 miliar/th sampai dengan Rp 3,6 miliar/th dengan ROI= 11,37% sampai dengan 81,37% masih mungkin ditingkatkan dengan pendekatan: (1) mendorong peningkatan areal penerapan teknologi pemupukan, dan (2) mendorong petani menerapkan teknologi pemupukan dan polikultur secara benar, mengingat capaian produktivitas lada masih jauh di bawah potensi genetis. Untuk itu diperlukan upaya untuk mempercepat adopsi inovasi secara berkesinambungan. Kata kunci: lada putih, teknologi, kinerja finansial, dampak ekonomi
Analisa Usaha Tani Budi Daya Tebu Intensif: Studi Kasus di Kabupaten Purbalingga M. Syakir; S. Deciyanto; S. Damanik
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n2.2013.51-57

Abstract

Peningkatan produktivitas tebu akan berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan petani dan juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi petani dalam berusaha usaha tani tebu. Studi kasus di lahan tebu tegalan di Desa Lambur, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga bertujuan mengetahui pengaruh budi daya intensif, semi-intensif, dan non-intensif terhadap nilai usaha tani tebu. Hasil studi menunjukkan bahwa budi daya tebu intensif melalui penggunaan pupuk organik lima ton per ha, pengairan yang memadai dan sistem tanam overlapping, dan klenthekan yang memadai, mampu menghasilkan produktivitas tebu varietas Bululawang rerata 150 ton tebu per ha, rendemen 7,16% dan pendapatan bersih petani sebesar Rp32,38 juta per ha. Perlakuan budi daya semi-intensif (budi daya intensif tanpa pupuk organik) mampu meng-hasilkan 100 ton tebu per ha, rendemen yang sama dan menghasilkan pendapatan bersih Rp16,45 juta. Sedangkan areal tebu dengan budi daya non intensif (tanpa pupuk organik, tanpa pengairan dan sistem tanam end to end) pada rendemen yang sama hanya mampu menghasilkan produktivitas 45–75 ton per ha. Perla-kuan terakhir ini juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik yang memadai tanpa pupuk organik tidak menghasilkan produktivitas yang optimum. Pada tingkat produktivitas tebu 45 ton per ha, petani akan mengalami kerugian sebesar Rp2,78 juta per ha. B/C ratio untuk usaha tani intensif, semi-intensif, non-intensif dengan bantuan program ekstensifikasi dan non-intensif perlakuan petani umumnya, masing-masing berturut 1,68; 1,44; 1,25; dan 0,89. Untuk mensuplai pupuk organik pada pertanaman tebu disarankan kelompok petani tebu yang lokasinya jauh dari pabrik gula (PG) dapat mengembangkan model pengem-bangan tebu ternak, agar pupuk organik dapat selalu tersedia di dekat areal pengembangan. Sedangkan kelompok tani tebu di sekitar PG, diharapkan membangun kerja sama dengan PG untuk dapat memanfaatkan blothong sisa penggilingan sebagai bahan baku pupuk organik. Increasing productivity of sugar cane would give a direct impact on increasing farmer income, as well as farmer motivation. Case study in dry land sugar cane plantation at Lambur Village, Mrebet District of Pur-balingga Region was aimed to show the effect of intensive, semi-intensive, and non-intensive cultivation to economic value of sugar cane. Result of this study showed that intensive planting cane cultivation of sugar cane by applicating cow manure 5 ton per ha, sufficient irrigation, with overlapping planting system, and old leaves detrashing, as well as implemented extensification aid program, was achieving approximately 150 tons productivity of Bululawang sugar cane variety, with rendement level of 7.16%. This was giving farmer income Rp32.38 million per ha. While semi-intensive cultivation of sugarcane (without cow manure) was yielding 100 ton sugar cane, by the same level of rendement and was giving Rp16.45 million per ha. How-ever, non-intensive sugar cane (without irrigation, without cow manure, end to end planting system) only achieved 45–75 ton sugar cane per ha. The last implementation also showed that the use of an-organic fer-tilizer without organic ferlizer was not an optimal productivity of dry land sugarcane at this area. Besides, the 45 ton yield of sugar cane would cause detriment of Rp2.78 million per ha. B/C ratio of intensive, semi inten-sive, non-intensive1, and non-intensive2 cultivations, were 1,68; 1,44; 1,25; and 0,89 respectively. To imple-ment the use of organic fertilizer on farmer’s fields are suggested for group of farmers, where their planta-tion is closed from sugar manufacture, to have cooperation and collaboration in using organic waste material as blothong of the manufacture for fertilizing their farms. Meanwhile for those that are far from the sugar manufacture, are suggested to rear cow and using the cow manure for fertilize their plantation.
POTENSI DAMPAK EKONOMI PENERAPAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN DAN POLIKULTUR LADA DI KABUPATEN PURBALINGGA, PROVINSI JAWA TENGAH / Potential Economic Impact of Pepper Fertilization and Multiple Cropping Technology Application in Purbalingga Regency, Central Java I Ketut Ardana; M. Syakir; Elna Karmawati; Siswanto Siswanto
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v23n2.2017.112-122

Abstract

Purbalingga regency since five years has been the center of pepper production in Java Island. This study was conducted from May to September 2017 to analyze the financial performance of pepper farming and its economic impact on the development area. Data and information analysis is done qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis uses cross tabulation, then interpreted descryptionally, while quantitative analysis includes: (1) RAVC and MBCR for assessing financial performance; and (2) ΔRAVC and ROI for projected potential economic impacts. The results showed that application of fertilizer technology with <50% recommended dosage only increased RAVC IDR 1.7 million/ha/year with MBCR = 1.53. RAVC contribution of mixed crops reached IDR 12.5 million/ha/year with MBCR = 3.79. The application of fertilization and multiple cropping technology encourages greater pepper productivity increase than BEP productivity and pepper prices in year 2017 is also greater than BEP price, so the application of fertilization technology provides postive benefits for the financial performance of pepper farming. The potential economic impact of pepper technology application reached IDR 1 billion/year up to IDR 3.6 billion/year with ROI = 11.37% to 81.37% may still be enhanced by: (1) encouraging the application of fertilization technology, and (2) encouraging farmers to adopt the fertilization technology and multiple cropping correctly, given that pepper productivity is still far below genetic potential. Therefore, efforts are needed to accelerate adoption of innovation.Keywords: white pepper, technology, financial performance, economic impact AbstrakKabupaten Purbalingga sejak lima tahun terkahir telah menjadi sentra produksi lada di Pulau Jawa. Teknologi budidaya yang dilakukan para petani masih beragam sehingga mempengaruhi terhadap kinerja keuangan serta dampak ekonominya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan September 2017 untuk menganalisis kinerja finansial usahatani lada serta potensi dampak ekonomi penerapan teknologi pemupukan dan polikultur. Analisis data dan informasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan tabulasi silang, kemudian diinterpretasi secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif meliputi: (1) RAVC dan MBCR untuk menilai kinerja finansial, dan (2) ΔRAVC dan ROI untuk proyeksi dampak ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi pemupukan dengan <50% dosis anjuran hanya meningkatkan RAVC Rp1,7 juta/ha/th dengan MBCR=1,53. Kontribusi RAVC tanaman campuran mencapai Rp 12,5 juta/ha/th dengan MBCR=3,79. Penerapan teknologi pemupukan dan polikultur mendorong peningkatan produktivitas lada lebih besar dari pada BEP produktivitas dan harga lada pada tahun tahun 2017 juga lebih besar dari pada BEP harga, sehingga penerapan teknologi pemupukan dan polikultur memberikan manfaat posistif bagi kinerja finansial usahatani lada. Potensi dampak ekonomi penerapan teknologi pemupukan dan polikultur lada mencapai Rp 1 miliar/th sampai dengan Rp 3,6 miliar/th dengan ROI= 11,37% sampai dengan 81,37% masih mungkin ditingkatkan dengan pendekatan: (1) mendorong peningkatan areal penerapan teknologi pemupukan, dan (2) mendorong petani menerapkan teknologi pemupukan dan polikultur secara benar, mengingat capaian produktivitas lada masih jauh di bawah potensi genetis. Untuk itu diperlukan upaya untuk mempercepat adopsi inovasi secara berkesinambungan. Kata kunci: lada putih, teknologi, kinerja finansial, dampak ekonomi