Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

The Effect of Drying and Roasting to Quality of Robusta Coffee in Kepahiang Taufik Hidayat; Siti Rosmanah; Taupik Rahman; Lina Ivanti; Wilda Mikasari; Shannora Yuliasari; Hendri Suyanto; Darkam Musaddad
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 27, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v27n2.2021.80-89

Abstract

Coffee is a superior regional commodity in Bengkulu Province, but post-harvest processing of coffee at the farmer level is still traditional. Coffee farmers in Kepahiang Regency harvest rainbow cherry picks and use dry coffee processing, which reduces product quality. This study aims to study the effect of drying techniques and roasting temperature on the quality of Kepahiang robusta coffee powder and local consumer preferences. The study was conducted in Sidorejo Village, Kabawetan District, Kepahiang Regency, from June 2019 to December 2019. The study used a Randomized Block Design (RAK) with two treatments, namely drying technique treatment with two levels (with and without solar dryer) and roasting treatment with three levels of roasting temperature (light, medium and dark), in total, six treatment combinations with four replications. The quality parameters of ground coffee observed included water content, ash content, coffee extract, ash alkalinity and caffeine content based on SNI 01-3542-2004 regarding ground coffee. Organoleptic tests (aroma, colour, taste, texture, and overall appearance) involved 30 [Br1] semi-trained panellists. The results showed that ground coffee produced from the P1S3 treatment combination had the water content, ash content, coffee extract and ash alkalinity that met the SNI 01-3542-2004 standard with the lowest caffeine content compared to other treatments. The P2S2 treatment is the most preferred ground coffee by the panellists.Keywords:   Robusta coffee, drying, roasting, quality, preferenceAbstrakPENGARUH CARA PENGERINGAN DAN SUHU PENYANGRAIAN TERHADAP KUALITAS BUBUK KOPI ROBUSTA KEPAHIANGKopi merupakan komoditas unggulan daerah di Provinsi Bengkulu, namun pengolahan pascapanen kopi di tingkat petani masih tradisional. Petani kopi di Kabupaten Kepahiang melakukan panen petik pelangi dan pengolahan kopi secara kering yang mengurangi kualitas produk. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh teknik pengeringan dan suhu penyangraian terhadap kualitas bubuk kopi robusta Kepahiang dan preferensi konsumen setempat. Penelitian dilakukan di Desa Sidorejo, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang dari bulan Juni 2019 sampai dengan Desember 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua perlakuan, yaitu perlakuan teknik pengeringan dengan dua taraf (dengan dan tanpa solar dryer), dan perlakuan penyangraian dengan tiga taraf suhu penyangraian (light, medium dan dark), sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan dengan empat ulangan. Parameter mutu kopi bubuk yang diamati meliputi kadar air, kadar abu, sari kopi, kealkalian abu dan kadar kafein berdasarkan SNI 01-3542-2004 mengenai kopi bubuk. Uji organoleptik (aroma, warna, rasa, tekstur, dan tampilan keseluruhan) dilakukan dengan melibatkan 30 orang panelis[Br1]  semi terlatih. Hasil penelitian menunjukkan kopi bubuk yang dihasilkan dari kombinasi perlakuan pengeringan dengan solar dryer dan suhu penyangraian 200-205oC (P1S3) memiliki kadar air, kadar abu, sari kopi dan kealkalian abu memenuhi standar SNI 01-3542-2004 dengan kadar kafein terendah dibanding perlakuan lain. Perlakuan pengeringan tanpa solar dryer dan suhu penyangraian (P2S2) merupakan kopi bubuk yang paling disukai oleh panelisKata kunci : Kopi robusta, pengeringan, penyangraian, mutu, preferensi
The Effect of Drying and Roasting to Quality of Robusta Coffee in Kepahiang Taufik Hidayat; Siti Rosmanah; Taupik Rahman; Lina Ivanti; Wilda Mikasari; Shannora Yuliasari; Hendri Suyanto; Darkam Musaddad
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 27, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v27n2.2021.80-89

Abstract

Coffee is a superior regional commodity in Bengkulu Province, but post-harvest processing of coffee at the farmer level is still traditional. Coffee farmers in Kepahiang Regency harvest rainbow cherry picks and use dry coffee processing, which reduces product quality. This study aims to study the effect of drying techniques and roasting temperature on the quality of Kepahiang robusta coffee powder and local consumer preferences. The study was conducted in Sidorejo Village, Kabawetan District, Kepahiang Regency, from June 2019 to December 2019. The study used a Randomized Block Design (RAK) with two treatments, namely drying technique treatment with two levels (with and without solar dryer) and roasting treatment with three levels of roasting temperature (light, medium and dark), in total, six treatment combinations with four replications. The quality parameters of ground coffee observed included water content, ash content, coffee extract, ash alkalinity and caffeine content based on SNI 01-3542-2004 regarding ground coffee. Organoleptic tests (aroma, colour, taste, texture, and overall appearance) involved 30 [Br1] semi-trained panellists. The results showed that ground coffee produced from the P1S3 treatment combination had the water content, ash content, coffee extract and ash alkalinity that met the SNI 01-3542-2004 standard with the lowest caffeine content compared to other treatments. The P2S2 treatment is the most preferred ground coffee by the panellists.Keywords:   Robusta coffee, drying, roasting, quality, preferenceAbstrakPENGARUH CARA PENGERINGAN DAN SUHU PENYANGRAIAN TERHADAP KUALITAS BUBUK KOPI ROBUSTA KEPAHIANGKopi merupakan komoditas unggulan daerah di Provinsi Bengkulu, namun pengolahan pascapanen kopi di tingkat petani masih tradisional. Petani kopi di Kabupaten Kepahiang melakukan panen petik pelangi dan pengolahan kopi secara kering yang mengurangi kualitas produk. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh teknik pengeringan dan suhu penyangraian terhadap kualitas bubuk kopi robusta Kepahiang dan preferensi konsumen setempat. Penelitian dilakukan di Desa Sidorejo, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang dari bulan Juni 2019 sampai dengan Desember 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua perlakuan, yaitu perlakuan teknik pengeringan dengan dua taraf (dengan dan tanpa solar dryer), dan perlakuan penyangraian dengan tiga taraf suhu penyangraian (light, medium dan dark), sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan dengan empat ulangan. Parameter mutu kopi bubuk yang diamati meliputi kadar air, kadar abu, sari kopi, kealkalian abu dan kadar kafein berdasarkan SNI 01-3542-2004 mengenai kopi bubuk. Uji organoleptik (aroma, warna, rasa, tekstur, dan tampilan keseluruhan) dilakukan dengan melibatkan 30 orang panelis[Br1]  semi terlatih. Hasil penelitian menunjukkan kopi bubuk yang dihasilkan dari kombinasi perlakuan pengeringan dengan solar dryer dan suhu penyangraian 200-205oC (P1S3) memiliki kadar air, kadar abu, sari kopi dan kealkalian abu memenuhi standar SNI 01-3542-2004 dengan kadar kafein terendah dibanding perlakuan lain. Perlakuan pengeringan tanpa solar dryer dan suhu penyangraian (P2S2) merupakan kopi bubuk yang paling disukai oleh panelisKata kunci : Kopi robusta, pengeringan, penyangraian, mutu, preferensi
PREFERENSI PENANGKAR TERHADAP PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT DAN KARET (STUDI KASUS PADA UPK MANDIRI SEJAHTERA – KABUPATEN SELUMA) Sudarmansyah Sudarmansyah; Shannora Yuliasari; Wahyuni A Wulandari; Andi Ishak; Afrizon Afrizon
Jurnal AGRIBIS Vol. 13 No. 2 (2020): Jurnal Agribis
Publisher : Program Studi Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.275 KB) | DOI: 10.36085/agribis.v13i2, Juli.839

Abstract

Penangkaran benih tanaman perkebunan skala kecil banyak dilakukan oleh petani yang memiliki keterbatasan sumberdaya sehingga pilihan produksi benih komoditas tanaman tertentu dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi petani terhadap produksi benih kelapa sawit dan karet di UPK Mandiri Sejahtera, Desa Sarimulyo, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam selama bulan Maret 2020 dengan satu orang  informan kunci yaitu pemilik UPK Mandiri Sejahtera yang meliputi atribut penentu preferensi yaitu permintaan pasar, biaya produksi, risiko produksi, tingkat kesulitan, dan harga benih. Analisis data dilakukan secara menggunakan metode AHP. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa bahwa petani penangkar menyukai produksi benih berturut-turut adalah kelapa sawit (83,3%) dan karet (16,7%). Atribut yang paling menentukan preferensi petani adalah kondisi musim (39,3%), diikuti dengan permintaan pasar (26,3%), risiko produksi benih (11,6%), harga jual benih (11,5%), dan terakhir biaya produksi (11,2%). Kata kunci: preferensi, penangkar benih, kelapa sawit, karet.
SIFAT ORGANOLEPTIK DAN UMUR SIMPAN MINUMAN HERBAL KUMANSI DENGAN PENAMBAHAN GULA BATU DAN GULA AREN Lina Ivanti; Shannora Yuliasari; Wilda Mikasari; Dian Aprilia Kartika
Agrica Ekstensia Vol 16 No 1 (2022): Edisi Juni
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55127/ae.v16i1.115

Abstract

Herbal drinks were proven can increase body immunity, sothose werewidely consumed during this pandemic. The objective of this study were to examine the organoleptic characteristic and shelf life of herbal drinks that consist of turmeric, curcuma, and calamondin citrus with the addition of rock sugar and palm sugar. The research was conducted in March s.d. April 2021 at the Postharvest Laboratory of BPTP Bengkulu that include formulation stages, Total Dissolved Solids test (% Brix), organoleptic testing with 25 respondents, and shelf life test. The research design used Factorial Completely Randomized Design (CRD) with the addition of rock sugar and palm sugar at concentration of 5%, 10%, 15% and four replication. The data obtained were analyzed descriptively and statistically using analysis of variance (ANOVA). The results showed that the total dissolved solids increased with the addition of rock sugar and palm sugar concentrations. The treatment of adding rock sugar and palm sugar also had a significant effect on the taste of Kumansi herbal drinks but it was not significant to color, aroma, and viscosity at the 95% confidence level (P <0.05). In addition, Kumansi herbal drink with palm sugar has a longer shelf life than Kumansi with rock sugar.Herbal drink Kumansi was alternatif ready todrink herbal productfrom local raw material that was expected can increase those added value.
Farmers' Knowledge And Adoption Level Of Vub In Tebing Kaning Village, Bengkulu Utara Regency Robiyanto Robiyanto; Wawan Eka Putra; Shannora Yuliasari; Lina Ivanti; Yahumri Yahumri; Tri Wahyuni
AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 9 No 2 (2022)
Publisher : UNIVED Press, Dehasen University Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37676/agritepa.v9i2.1852

Abstract

The purpose of the study is to determine the level of knowledge and adoption of farmers on the use of new high yielding varieties (VUB). The research location is in Tebing Kaning Village, North Bengkulu Regency in March 2021. The selection of locations and respondents purposively are farmers and extension workers totaling 58 people who take part in labor-intensive technical guidance. Data collection is done through surveys. The results showed that the level of knowledge of farmers before and after the study on the introduction of VUB increased by an average of 20.07% for each measurement variable and the adoption of VUB technology showed high adoption by 36 samples (92%), moderate adoption rate by 14 samples (7%) and low adoption rate as much as 2 samples (1%)