Herjuno Gularso
Badan Informasi Geospasial

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGGUNAAN FOTO UDARA FORMAT KECIL MENGGUNAKAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DALAM PEMETAAN SKALA BESAR Gularso, Herjuno; Rianasari, Hayu; Silalahi, Florence Elfriede S
JURNAL ILMIAH GEOMATIKA Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.311 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2015.21-1.472

Abstract

Hingga saat ini, teknologi fotogrametri terus berkembang, baik dari segi pengumpulan data dan pengolahan. Hal ini ditandai dengan adanya teknik pengumpulan data dengan wahana udara tak berawak sebagai wahana pembawa sensor fotogrametri. Keuntungan menggunakan teknologi ini adalah efektif dan efisien baik dari segi waktu serta biaya untuk pemetaan di daerah yang tidak terlalu besar. Keuntungan lainnya dapat menghasilkan foto yang lebih jelas, karena tinggi terbang UAV sekitar ± 200 meter di atas permukaan tanah menghasilkan foto dengan resolusi 0,5 cm. Saat ini perangkat lunak fotogrametri telah berkembang pesat, awalnya pengolahan data fotogrametri dilakukan secara manual tetapi saat ini proses pengolahan datanya dapat dilakukan secara otomatis, salah satunya dengan menggunakan perangkat lunakAgisoft PhotoScan. Perangkat lunak ini dapat mengidentifikasi kesesuain pixel antar foto, mosaik dan membangun DSM otomatis. Kalibrasi kamera dan orientasi luar kamera juga dapat dilakukan secara otomatis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan uji akurasi hasil pemotretan dengan UAV format kecil untuk dimanfaatkan pada pemetaan skala besar.Akuisisi data dan uji akurasi berlangsung di sekitar kantor Badan InformasiGeospasial. Kamera yang digunakan adalah kamera digital non-metrik (Sony NEX 7). Proses fotogrametri menggunakan perangkat lunakAgisoft PhotoScan. Untuk membuat stereo model yang nantinya akan digunakan untuk plotting 3D didapatkan dari pembetukan stereomate dari mosaik yang telah terbentuk dan DSM dengan menggunakan perangkat lunak summit evolution. Hasil penelitian didapat bahwa nilai akurasi horizontalsebesar 0,270319 meter dan akurasi vertikal sebesar 0,331021 meter. Berdasarkan NMAS nilai hasil akurasi mozaik dan DSM UAV pada penelitian ini memenuhi toleransi akurasi untuk pemetaan skala besar.Kata kunci: Wahana Udara Nir-awak, model stereo, summit evolution, pemetaan skala besarABSTRACTUntil now, photogrammetry technology continues to grow, both in terms of data collection and processing. It is characterized by the presence of data collection techniques by unmanned aerial vehicle as photogrammetric sensors carrier. The advantages of using the technology is effective and efficient in terms of both time and cost for mapping in not too large area, and can result in a clearer picture, because high of flying the UAV is ± 200 meter above ground level so the image have ground spatial distance 0,5 cm. In the development of photogrammetry software had been developed, initially photogrammetric data processing is done manually, in this time the process can be done automatically, one of them is Agisoft PhotoScan. The software can identify tie points, mosaics, and build DSM automatically. Calibration camera and exterior orientation is also done automatically. Data acquisition and the accuracy test take place in the area of Geospatial Information Agency. The camera used is a non-metric digital camera (Sony NEX7). Photogrametry process using software Agisoft PhotoScan. To make stereo model that will be used for 3D digitization is carried making stereomate from mosaics and DSM of the summit evolution software.The result is that the value of 0,270319 meter horizontal accuracy and vertical accuracy of 0,331021 meters. Based NMAS mosaic accuracy and value of the DSM UAV in this study meets the accuracy tolerances for large-scale mapping.Keywords: UAV, stereo model, summit evolution, large scale mapping
ANALISIS AKURASI PEMETAAN MENGGUNAKAN DIRECT GEOREFERENCING Susetyo, Danang Budi; Gularso, Herjuno
GEOMATIKA Vol 24, No 2 (2018)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.419 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2018.24-1.826

Abstract

Banyak tantangan yang harus dihadapi ketika melaksanakan survei Ground Control Point (GCP). Salah satu upaya meminimalisir jumlah titik kontrol adalah melakukan pengukuran posisi dan orientasi foto udara tanpa GCP, atau disebut direct georeferencing . Penelitian ini menguji metode direct georeferenci ng terhadap data yang ada di Indonesia, sehingga nantinya dapat mengurangi jumlah penggunaan GCP. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto udara Palu yang diakuisisi dengan kamera RCD30, parameter Exterior Orientation (EO), dan titik Independen t Check Point (ICP). Jumlah ICP yang digunakan sebanyak 8 titik. Pengukuran langsung posisi dan orientasi sensor kamera kemudian dilakukan dengan data-data tersebut tanpa menggunakan GCP. Analisis dilakukan dari dua aspek, yaitu ketelitian hasil foto udara dan perbandingan nilai X, Y, Z antar model. Hasil statistik perataan menunjukkan nilai sigma naught = 2,7 mikron, sehingga masih masuk dalam toleransi 1 piksel. Hasil uji akurasi menunjukkan nilai 1,9 m untuk ketelitian horizontal (CE90) dan 3,6 m untuk ketelitian vertikal (LE90), sehingga ketelitian horizontal masuk pada skala 1:5.000 kelas 3 atau skala 1:10.000 kelas 1, dan ketelitian vertikal masuk pada skala 1:10.000 kelas 3 atau skala 1:25.000 kelas 1. Dilihat dari sisi konsistensi antar model stereo, rata-rata perbedaan koordinat dan elevasi pada setiap model stereo berada di bawah 0,5 m, di mana rata-rata ΔX = 0,1173 m, ΔY = 0,2167 m, dan ΔZ = 0,2793 m. Artinya, meski penggunaan metode direct georeferencing dapat mengurangi akurasi absolut, namun hal tersebut tidak berpengaruh terhadap konsistensi antar model stereonya.
Bathymetric Mapping of Shallow Water Using Aerial Images With Structure-From-Motion Approach: A Case Study Of Kepulauan Seribu Water, Dki Jakarta Sulistian, Teguh; Gularso, Herjuno; Arum, Dewi Sekar; Aditya, Sandi; Mugiarto, Fajar Triady
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 7, No 2 (2024): December
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.102075

Abstract

Bathymetric mapping is crucial for marine spatial planning and coastal infrastructure development. However, shallow waters with depths ranging from 0 to 5 meters are considered critical areas that pose dangers to conventional survey vessels. This research examines a bathymetric mapping method for the shallow waters of Kepulauan Seribu, Jakarta, using aerial images captured by an unmanned aerial vehicle (UAV) with a structure-from-motion (SfM) approach. Furthermore, the point cloud must be corrected for the refractive index since light passes through both air and water. The seawater refractive index is derived from salinity and seawater temperature data. The validation process uses several independent control points (ICPs) obtained from GNSS real-time kinematic (RTK) measurements and soundings conducted with an unmanned surface vessel (USV). The accuracy assessment shows that the SfM point cloud data has a horizontal RMSE of 0.103 m and a vertical RMSE of 0.191 m. The aerial image approach significantly speeds up the acquisition process compared to conventional sounding methods and produces a higher density of point clouds, integrating the coastal digital elevation model (DEM) of both land and sea areas. However, the use of this method is limited to clear waters where the seabed is visible in the images.