Erliana Ginting
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TEKNOLOGI PASCA PANEN UBI JALAR MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI Erliana Ginting; Sri Satya Antarlina; Joko Susilo Utomo; Ratnaningsih Ratnaningsih
Buletin Palawija No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n11.2006.p15-28

Abstract

Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras dan terigu. Sekitar 89% produksi ubi jalar di Indonesia digunakan untuk bahan pangan, sisanya untuk pakan ternak dan bahan baku industri. Ubi jalar kaya akan karbohidrat, vitamin, dan mineral. Khusus ubi jalar kuning/orange kaya akan betakaroten (prekursor vitamin A) dan ubi jalar ungu mengandung senyawa antosianin (antioksidan). Pemanfaatan ubi jalar masih terbatas pada jenis-jenis makanan tradisional yang citranya seringkali dianggap lebih rendah dibanding produk olahan terigu. Diversifikasi, baik pengolahan dari bahan segar maupun bahan antara akan memperluas pemanfaatannya, memberi nilai tambah, sekaligus memacu pengembangan agroindustri berbasis ubi jalar. Penanganan pasca panen (penentuan dan cara panen, penyimpanan segar) yang tepat sangat diperlukan agar bahan baku ubi jalar tersedia dengan mutu dan jumlah yang memadai. Dari bahan ubi jalar segar dapat diolah beragam produk, seperti ubi rebus/goreng, keripik, stik, jus, saos, dan selai. Sementara dari produk antara ubijalar, seperti tepung, tepung instan, dan pati dapat digunakan sebagai substitusi terigu (10–100%) pada produk kue kering, kue basah, roti, dan mie. Untuk meningkatkan kadar proteinnya, tepung ubi jalar dapat dicampur dengan tepung kacang-kacangan (tepung komposit). Pengembangan agroindustri ubi jalar mempunyai prospek yang baik. Teknologi pengolahan menjadi berbagai produk, baik untuk usaha rumah tangga, usaha kecil, maupun besar, telah tersedia. Selain secara ekonomis menguntungkan, sebagian pengolahan tersebut dapat memanfaatkan umbi-umbi kecil yang selama ini tidak dimanfaatkan. Pengembangan pengolahan ubi jalar dapat dilakukan dengan sistem kemitraan antara industri skala kecil/menengah (UKM) dengan industri besar dengan melibatkan semua stake holder mulai dari petani sampai pengolah untuk mendapatkan bahan baku dan produk olahan yang terjamin mutunya dan dapat bersaing di pasaran.
Teknologi Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Ubikayu Menjadi Produk Antara untuk Mendukung Agroindustri Erliana Ginting
Buletin Palawija No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n4.2002.p67-83

Abstract

Ubikayu setelah dipanen, mudah rusak baik secara fisiologis maupun mikrobiologis sehingga tidak tahan lama disimpan. Hal ini menimbulkan masalah dalam pemasaran dan pemanfaatannya karena dapat menyebabkan penurunan mutu sekaligus kehilangan hasil sampai 25%. Kerugian akibat kehilangan hasil dan jatuhnya harga seringkali dialami petani, terutama pada saat panen raya. Pembuatan gaplek yang umum dilakukan petani untuk pengawetan ubikayu, relatif belum memadai mutunya akibat kurang sempurnanya proses pengolahan. Untuk itu, diperlukan teknik penanganan pasca panen dan pengolahan yang tepat guna menekan kehilangan hasil, memperpanjang daya simpan sekaligus memperluas pemanfaatan ubikayu. Pemanenan ubikayu sebaiknya dilakukan pada saat umur optimal, tergantung varietas dan tujuan penggunaannya. Upaya mempertahankan mutu ubikayu segar dalam skala kecil dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji basah dan sekam lembab yang terbukti efektif 1-3 bulan penyimpanan. Ubikayu segar juga dapat diolah menjadi produk antara yang relatif lebih awet disimpan, seperti gaplek/chips, pati, tepung dan serbuk ubikayu yang dapat dikendalikan mutunya melalui teknik pengolahan yang tepat dan pemilihan jenis/varietas yang sesuai. Produk antara ini lebih kecil volumenya dan fleksibel untuk digunakan sebagai bahan baku beragam produk pangan dan industri nonpangan. Hal ini akanberdampak pada peningkatan nilai tambah dan permintaan terhadap ubikayu sekaligus memacu usaha agroindustri berbasis ubikayu. Sebagai contoh, pengolahan tepung ubikayu memberi nilai tambah sebesar Rp 189/ kg pada tingkat harga ubi segar Rp 200/kg. Namun, untuk pengembangannya, diperlukan dukungan kebijakan dan strategi yang tepat dengan mempertimbangkan peran aktif petani, pengolah dan konsumen serta promosi dan penyuluhan yang intensif untuk memperbaiki citra produk pangan dari ubikayu.
TEKNOLOGI PASCA PANEN UBI JALAR MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI Erliana Ginting; Sri Satya Antarlina; Joko Susilo Utomo; Ratnaningsih Ratnaningsih
Buletin Palawija No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.813 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n11.2006.p15-28

Abstract

Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras dan terigu. Sekitar 89% produksi ubi jalar di Indonesia digunakan untuk bahan pangan, sisanya untuk pakan ternak dan bahan baku industri. Ubi jalar kaya akan karbohidrat, vitamin, dan mineral. Khusus ubi jalar kuning/orange kaya akan betakaroten (prekursor vitamin A) dan ubi jalar ungu mengandung senyawa antosianin (antioksidan). Pemanfaatan ubi jalar masih terbatas pada jenis-jenis makanan tradisional yang citranya seringkali dianggap lebih rendah dibanding produk olahan terigu. Diversifikasi, baik pengolahan dari bahan segar maupun bahan antara akan memperluas pemanfaatannya, memberi nilai tambah, sekaligus memacu pengembangan agroindustri berbasis ubi jalar. Penanganan pasca panen (penentuan dan cara panen, penyimpanan segar) yang tepat sangat diperlukan agar bahan baku ubi jalar tersedia dengan mutu dan jumlah yang memadai. Dari bahan ubi jalar segar dapat diolah beragam produk, seperti ubi rebus/goreng, keripik, stik, jus, saos, dan selai. Sementara dari produk antara ubijalar, seperti tepung, tepung instan, dan pati dapat digunakan sebagai substitusi terigu (10–100%) pada produk kue kering, kue basah, roti, dan mie. Untuk meningkatkan kadar proteinnya, tepung ubi jalar dapat dicampur dengan tepung kacang-kacangan (tepung komposit). Pengembangan agroindustri ubi jalar mempunyai prospek yang baik. Teknologi pengolahan menjadi berbagai produk, baik untuk usaha rumah tangga, usaha kecil, maupun besar, telah tersedia. Selain secara ekonomis menguntungkan, sebagian pengolahan tersebut dapat memanfaatkan umbi-umbi kecil yang selama ini tidak dimanfaatkan. Pengembangan pengolahan ubi jalar dapat dilakukan dengan sistem kemitraan antara industri skala kecil/menengah (UKM) dengan industri besar dengan melibatkan semua stake holder mulai dari petani sampai pengolah untuk mendapatkan bahan baku dan produk olahan yang terjamin mutunya dan dapat bersaing di pasaran.
Teknologi Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Ubikayu Menjadi Produk Antara untuk Mendukung Agroindustri Erliana Ginting
Buletin Palawija No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.529 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n4.2002.p67-83

Abstract

Ubikayu setelah dipanen, mudah rusak baik secara fisiologis maupun mikrobiologis sehingga tidak tahan lama disimpan. Hal ini menimbulkan masalah dalam pemasaran dan pemanfaatannya karena dapat menyebabkan penurunan mutu sekaligus kehilangan hasil sampai 25%. Kerugian akibat kehilangan hasil dan jatuhnya harga seringkali dialami petani, terutama pada saat panen raya. Pembuatan gaplek yang umum dilakukan petani untuk pengawetan ubikayu, relatif belum memadai mutunya akibat kurang sempurnanya proses pengolahan. Untuk itu, diperlukan teknik penanganan pasca panen dan pengolahan yang tepat guna menekan kehilangan hasil, memperpanjang daya simpan sekaligus memperluas pemanfaatan ubikayu. Pemanenan ubikayu sebaiknya dilakukan pada saat umur optimal, tergantung varietas dan tujuan penggunaannya. Upaya mempertahankan mutu ubikayu segar dalam skala kecil dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji basah dan sekam lembab yang terbukti efektif 1-3 bulan penyimpanan. Ubikayu segar juga dapat diolah menjadi produk antara yang relatif lebih awet disimpan, seperti gaplek/chips, pati, tepung dan serbuk ubikayu yang dapat dikendalikan mutunya melalui teknik pengolahan yang tepat dan pemilihan jenis/varietas yang sesuai. Produk antara ini lebih kecil volumenya dan fleksibel untuk digunakan sebagai bahan baku beragam produk pangan dan industri nonpangan. Hal ini akanberdampak pada peningkatan nilai tambah dan permintaan terhadap ubikayu sekaligus memacu usaha agroindustri berbasis ubikayu. Sebagai contoh, pengolahan tepung ubikayu memberi nilai tambah sebesar Rp 189/ kg pada tingkat harga ubi segar Rp 200/kg. Namun, untuk pengembangannya, diperlukan dukungan kebijakan dan strategi yang tepat dengan mempertimbangkan peran aktif petani, pengolah dan konsumen serta promosi dan penyuluhan yang intensif untuk memperbaiki citra produk pangan dari ubikayu.