Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Potensi Tepung Biji Durian (Durio zibenthinus Murr) dan Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus) Sebagai Prebiotik Tina Dewi Rosahdi; Nunung Kurniasih; Asep Supriadin; Fitri Ayu Novita Sari; Dewi Siti Aisah
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 16, No 1 (2022): TEKNOTAN, April 2022
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jt.vol16n1.5

Abstract

Biji nangka dan biji durian merupakan limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal. Biji durian mempunyai kandungan serat sebesar 22,48 % sedangkan biji nangka 7,46 %, yang dapat dimanfaatkan sebagai pangan fungsional. Senyawa oligosakarida yang terdapat dalam kedua biji tersebut dapat dijadikan sebagai sumber prebiotik pada bakteri asam laktat (BAL). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas tepung biji nangka  dan durian sebagai media pertumbuhan bakteri Lactobacillus casei. Pengujian hasil fermentasi tepung dilakukan pada jam ke 0, 24, 48, dan 72 dengan dilakukan analisis jumlah bakteri, pH, total asam, dan gula reduksi. Fermentasi 48 jam merupakan waktu puncak untuk pertumbuhan  Lactobacillus casei. Jumlah bakteri pada tepung biji nangka sebanyak 3,24×1010 sel/ml, sedangkan pada tepung biji durian 3,04 × 1010 sel/ml. Nilai pH dari tepung biji nangka yaitu pH 3,8, sedangkan tepung biji durian 4,3. Total asam pada substrat tepung biji nangka yaitu 0,357 % dan 0,354 % pada tepung biji durian. Kadar gula reduksi pada tepung biji nangka 2,4658 mg/ml, sedangkan tepung biji durian 2,4925 mg/ml. Dengan membandingkan jumlah bakteri, nilai pH dan total asam diketahui bahwa tepung biji nangka lebih efektif sebagai prebiotik bagi bakteri L. casei  daripada tepung biji durian. 
Lumpur Hitam Tanah Rawa Hutan Mangrove Karangsong (Kabupaten Indramayu): Komposisi Kimia dan Transformasi Fasa Mineral yang Dihasilkan melalui Penanganan secara Termal Dede Suhendar; Esti Sundari; Asep Supriadin
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 29, No 2 (2019)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/risetgeotam2019.v29.625

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki kandungan unsur dan transformasi mineral-mineral utama lumpur hitam dari tanah rawa hutan mangrove Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Sampel lumpur hitam kering diberi perlakuan secara termal dan bertahap pada kisaran suhu 120 - 1000 °C. Kandungan mineral dan transformasinya kemudian dianalisis dengan metode difraksi serbuk sinar-X. Kandungan unsur-unsur berat sebelum dan sesudah perlakuan ditentukan dengan menggunakan metode fluoresensi sinar-X, sedangkan unsur-unsur yang lebih ringannya ditentukan berdasarkan interpretasi pola pergeseran spektrum FTIR. Berdasarkan tiga analisis dan karakterisasi, sampel lumpur mengandung unsur utama O, Si, Al, Fe, Cl, Na, S, dan Mg, dan sisanya masing-masing kurang dari 1% adalah K, Ca, Ti, P , Mn, V, Zn, Cr, Br, Rb, Cu, Ni, Ga, Y, dan Sc. Kehadiran unsur C dan N dideteksi secara kualitatif melalui pola spektrum inframerah. Fase yang terdeteksi pada sampel awal terutama meliputi kuarsa, hastingsit, halloisit, dan albit. Dua fase lainnya yang terdeteksi adalah pirit dan sfalerit. Dengan memperhatikan kandungan kimia dan transformasi mineral-mineralnya, lingkungan abiotik hutan mangrove menyimpan banyak informasi kimia yang berharga dalam memahami kemungkinan reaksi-reaksi katalisis di dalamnya sepanjang waktu geologi. This research was to investigate the content of elements and transformation of the minerals of black mud samples from mangrove forest masrshland, Karangsong, Indramayu Regency, West Java. The dried black mud sample was treated gradually in the temperature ranges of 120 - 1000 °C. The mineral contents and their transformations were then examined by the X-ray powder diffraction method. The content of heavy elements before and after the treatment was determined using the X-ray fluorescence method, while the light elements was determined based on the interpretation of the FTIR spectrum shift patterns. The three analyses and characterizations indicate that the mud samples contained the main elements of O, Si, Al, Fe, Cl, Na, S, and Mg. The remaining of less than 1% contained K, Ca, Ti, P , Mn, V, Zn, Cr, Br, Rb, Cu, Ni, Ga, Y, and Sc. The presence of C and N elements were detected qualitatively through the infrared spectrum patterns. The phases detected in the initial sample mainly include quartz, hastingsite, halloysite, and albite. The other two phases detected were pyrite and sphalerite. Given the elements and transformation of such minerals, the abiotic environment of mangrove forests holds much valuable chemical information in understanding the possibility of catalysis reactions in them over geologic time. 
HUBUNGAN ANTARA TITIK DIDIH DENGAN PERSENTASE MASSA DARI BEBERAPA LARUTAN MADU ALAMI DAN MADU KOMERSIAL Dede Suhendar; Afifah Tasdiq; Asep Supriadin; Yusuf Rohmatulloh
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 40 No. 3 (2022): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : BRIN Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2022.40.3.203-214

Abstract

The traditional society's need for natural honey cannot easily be met with the many alternatives to commercial honey today,but the consistency of traditional methods in determining the authenticity of natural honey has not been scientifically confirmed. Thissimple research aims to study the relationship between the boiling point and mass percentage of some dilute natural honey based onthe basic idea of the colligative properties of the solution and its comparison with some commercial honey samples. Each honeysample (six samples of natural honey and six samples of commercial honey) was diluted with distilled water in various weightpercentages of 2.5–15.0% (w/w), then the boiling points were determined in ambient temperature and pressure. By using polynomialregression of degree 3, it was found that all-natural honey solutions had a pattern of increasing boiling point with increasing weightpercentage, with different curvature patterns approaching linear (R3Lin), logarithmic (R3Log), exponential (R3Exp), and sigmoid(R3Sig) like patterns. The results of the comparison with six commercial honey solutions, there are only two samples that have anincreasing regularity pattern, the rest are like fluctuates and/or has no relationship. Based on these results, the natural honeysolution still has a close consistency with the colligative properties of the concentrated solutions so that it can be recommended as anew method in determining the authenticity of honey that has not undergone further processing, remains simple, easy, and inexpensivefor testing.