Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH UKURAN BENIH RIMPANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEMULAWAK Sukarman Sukarman; Mono Rahardjo; Devi Rusmin; Melati Melati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Efisiensi penggunaan benih temulawak (Curcuma xanthorrhiza), beberapa bagian rimpang dan ukurannya diuji dalam pene-litian ini. Penelitian bertujuan untuk mem-pelajari pengaruh ukuran benih (rimpang) terhadap pertumbuhan dan hasil te-mulawak. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Sukamulya, Balai Peneliti-an Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) sejak November 2007 sampai Agustus 2008. Percobaan dengan lima perlakuan dan lima ulangan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang diuji adalah lima taraf asal benih (rimpang) yaitu : (1) rimpang induk utuh (220,5 g), (2) rimpang induk dibelah 2 (109,7 g), (3) rimpang induk dibelah 4 (54,36 g), (4) rimpang induk dibelah 8 (27,29 g), dan (5) rimpang cabang (22,01 g). Peubah yang diamati adalah pertum-buhan tanaman, komponen hasil (jumlah dan bobot rimpang induk serta rimpang cabang, dan hasil). Hasil penelitian me-nunjukkan tanaman berasal dari rimpang induk menghasilkan rimpang segar terting-gi (27,2 t/ha), dan tidak berbeda nyata de-ngan produksi tanaman yang dihasilkan dari rimpang induk dibelah dua (24,2 t/ ha). Untuk efisiensi benih maka rimpang induk dibelah dua dapat dijadikan alterna-tif sebagai bahan tanaman dalam budidaya temulawak.
VIABILITAS BENIH JAHE (Zingiber officinale Rosc.) PADA CARA BUDIDAYA DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA Sukarman Sukarman; Devi Rusmin; Melati Melati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 1 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n1.2007.%p

Abstract

Salah satu permasalahan dalam pengem-bangan tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah kurang tersedianya benih jahe unggul bermutu. Pada umumnya produksi be-nih jahe dilakukan secara monokultur, jarang dilakukan dengan menyisipkan tanaman lain. Oleh karena itu, informasi mengenai mutu benih jahe yang dibudidayakan secara inter-cropping dengan tanaman lain masih sangat terbatas. Percobaan ini dilakukan dengan tu-juan untuk mengetahui viabilitas benih jahe da-ri cara budidaya yang berbeda selama periode penyimpanan. Percobaan dilakukan di Keca-matan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka (600 m dpl), sejak Agustus sampai November 2003. Percobaan menggunakan 3 tipe jahe yaitu : 1). Jahe Putih Besar/JPB (Z. officinale var. Offici-nale), 2).Jahe Putih Kecil/JPK (Z. officinale var. amarum) dan 3). Jahe Merah/JM (Z. Offici-nale var. rubrum). Untuk masing-masing tipe jahe percobaan disusun dalam rancangan petak terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 3 cara budidaya benih jahe yaitu :1) Jahe ditanam secara monokultur, 2). Jahe ditanam secara intercropping dengan bawang daun, dan 3). Jahe ditanam secara intercroping dengan kacang merah. Anak petak adalah 4 periode penyimpanan yaitu : 0, 1, 2, dan 3 bulan. Parameter yang diamati adalah kadar air benih, penyusutan bobot benih dan daya tum-buh benih pada akhir penyimpanan. Hasil per-cobaan menunjukkan bahwa benih JPK, yang diproduksi dengan cara budidaya inter-crop-ping dengan kacang merah menghasilkan mutu yang lebih baik (kadar airnya lebih tinggi dan penyusutan bobot benih/rimpang rendah). Mu-tu fisiologis benih JPB, JPK, dan JM dengan cara budidaya secara monokultur dan inter-croping dengan kacang merah dan bawang daun, tidak berbeda. Setelah 3 bulan penyim-panan, daya tumbuh untuk JPB, JPK, dan JM  berturut – turut masih diatas 90,67 %, 85,33 % dan 86,67 %. Kadar air benih jahe menurun, penyusutan bobot rimpang meningkat sejalan dengan lamanya penyimpanan. Berdasarkan hasil tersebut, di atas maka benih jahe dapat diproduksi secara monokultur atau intercrop-ping dengan kacang merah dan bawang daun atau tanaman lain yang bukan merupakan tanaman inang  bagi hama dan penyakit utama tanaman jahe. 
Perlakuan Fisik dan Kimia Untuk Menghilangkan Kekerasan Benih Secang Devi Rusmin; Maharani Hasanah
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 8, No 2 (1993): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v8n2.1993.100-107

Abstract

PENGARUH UKURAN BENIH RIMPANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEMULAWAK Sukarman Sukarman; Mono Rahardjo; Devi Rusmin; Melati Melati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Efisiensi penggunaan benih temulawak (Curcuma xanthorrhiza), beberapa bagian rimpang dan ukurannya diuji dalam pene-litian ini. Penelitian bertujuan untuk mem-pelajari pengaruh ukuran benih (rimpang) terhadap pertumbuhan dan hasil te-mulawak. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Sukamulya, Balai Peneliti-an Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) sejak November 2007 sampai Agustus 2008. Percobaan dengan lima perlakuan dan lima ulangan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang diuji adalah lima taraf asal benih (rimpang) yaitu : (1) rimpang induk utuh (220,5 g), (2) rimpang induk dibelah 2 (109,7 g), (3) rimpang induk dibelah 4 (54,36 g), (4) rimpang induk dibelah 8 (27,29 g), dan (5) rimpang cabang (22,01 g). Peubah yang diamati adalah pertum-buhan tanaman, komponen hasil (jumlah dan bobot rimpang induk serta rimpang cabang, dan hasil). Hasil penelitian me-nunjukkan tanaman berasal dari rimpang induk menghasilkan rimpang segar terting-gi (27,2 t/ha), dan tidak berbeda nyata de-ngan produksi tanaman yang dihasilkan dari rimpang induk dibelah dua (24,2 t/ ha). Untuk efisiensi benih maka rimpang induk dibelah dua dapat dijadikan alterna-tif sebagai bahan tanaman dalam budidaya temulawak.
VIABILITAS BENIH JAHE (Zingiber officinale Rosc.) PADA CARA BUDIDAYA DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA Sukarman Sukarman; Devi Rusmin; Melati Melati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 1 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n1.2007.%p

Abstract

Salah satu permasalahan dalam pengem-bangan tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah kurang tersedianya benih jahe unggul bermutu. Pada umumnya produksi be-nih jahe dilakukan secara monokultur, jarang dilakukan dengan menyisipkan tanaman lain. Oleh karena itu, informasi mengenai mutu benih jahe yang dibudidayakan secara inter-cropping dengan tanaman lain masih sangat terbatas. Percobaan ini dilakukan dengan tu-juan untuk mengetahui viabilitas benih jahe da-ri cara budidaya yang berbeda selama periode penyimpanan. Percobaan dilakukan di Keca-matan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka (600 m dpl), sejak Agustus sampai November 2003. Percobaan menggunakan 3 tipe jahe yaitu : 1). Jahe Putih Besar/JPB (Z. officinale var. Offici-nale), 2).Jahe Putih Kecil/JPK (Z. officinale var. amarum) dan 3). Jahe Merah/JM (Z. Offici-nale var. rubrum). Untuk masing-masing tipe jahe percobaan disusun dalam rancangan petak terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 3 cara budidaya benih jahe yaitu :1) Jahe ditanam secara monokultur, 2). Jahe ditanam secara intercropping dengan bawang daun, dan 3). Jahe ditanam secara intercroping dengan kacang merah. Anak petak adalah 4 periode penyimpanan yaitu : 0, 1, 2, dan 3 bulan. Parameter yang diamati adalah kadar air benih, penyusutan bobot benih dan daya tum-buh benih pada akhir penyimpanan. Hasil per-cobaan menunjukkan bahwa benih JPK, yang diproduksi dengan cara budidaya inter-crop-ping dengan kacang merah menghasilkan mutu yang lebih baik (kadar airnya lebih tinggi dan penyusutan bobot benih/rimpang rendah). Mu-tu fisiologis benih JPB, JPK, dan JM dengan cara budidaya secara monokultur dan inter-croping dengan kacang merah dan bawang daun, tidak berbeda. Setelah 3 bulan penyim-panan, daya tumbuh untuk JPB, JPK, dan JM  berturut – turut masih diatas 90,67 %, 85,33 % dan 86,67 %. Kadar air benih jahe menurun, penyusutan bobot rimpang meningkat sejalan dengan lamanya penyimpanan. Berdasarkan hasil tersebut, di atas maka benih jahe dapat diproduksi secara monokultur atau intercrop-ping dengan kacang merah dan bawang daun atau tanaman lain yang bukan merupakan tanaman inang  bagi hama dan penyakit utama tanaman jahe. 
Effect of Storage Treatment on Small White Ginger Rhizome Viability Melati Melati; Devi Rusmin
JURNAL AGRONIDA Vol. 4 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.103 KB) | DOI: 10.30997/jag.v4i1.1528

Abstract

One problem for developing small white ginger (Zingiber officinale var. amarum) is theavailability of high quality rhizome seeds in right quantity and time. Seed rhizome will sproutquickly, and its quality will decreased in immature seed rhizome and in not good storage conditions.The main objective of the experiment was to study the best storage room conditions for storagerhizome seeds of small white ginger. The experiment was conducted in seed laboratory and storageroom of Research Institute for Medicinal and Aromatic Crops Bogor. The experiment wasconducted by randomized complete design with nine different storage, 3 replication and 25 sampleseach treatment. The treatments are 1) rhizome seeds storage in room temperature (control),(2)rhizome seeds storage in AC room (16–240C),(3) rhizome seed soaked in paclobutrazol 1000 ppmfor 4 hours then seeds storage in room temperature ( 4) put rhizome seeds in rack and cover bystraw, storage in room temperature (5) rhizome seed storage on straws in the greenhouse ( 6)rhizome seed storage in the greenhouse without straw ( 7) rhizome seed soaked in water during 1hour every month then dried naturally in 300C and storage in AC room (8) rhizome seed soakedin paclobutrazol 1000 ppm for 4 hour then storage in AC room ( 9) put rhizome in wood box andcover by rice straw and husk. Variables observed include moisture contents of ginger seed, lostweight of seed and germination percentage of rhizome seeds at the end of storage period. The resultof experiment indicated that the moisture content and weight rhizome seeds decrease after 2 months. After four months storage period, moisture content was still high above 80 %, exceptrhizome seeds in under ground. The rhizome seeds that store in AC room showed the bestperformance and thus, this treatment can be recommended for storage of small white gingerrhizome seeds for 4 months. The low moisture content (< 80%) of rhizome small white ginger seedswill decreased its viability.Keywords: Zingiber officinale var. amarum, seed, storage, viability
Phenological Study and Determination of Physiological Maturity of Purwoceng Seeds Devi Rusmin; Ireng Darwati
JURNAL AGRONIDA Vol. 4 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.852 KB) | DOI: 10.30997/jag.v4i1.1534

Abstract

The experiment was conducted at Gunung Putri Experimental Station and PlantPhysiology Laboratory of Indonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institute(IMACRI), from November 2008 to July 2009. The aim of the experiment was to determinephysiological maturity of Pimpinella pruatjan seed and to study its morphological structures.Observation and sampling using one hundred plants with four replications. Results of theexperiment showed that the physiological seed maturity on the first and third umbell of P.Pruatjan was achieved at 7 weeks after anthesis, and physiological seed maturity on thesecond umbell was achieved at 8 weeks after anthesis. Seed dry weight on the physiologicalseed maturity on first, second and third umbells were 166,87; 158,20, and 141,35 mg/100pericarp, respectively. Germination percentage and germination speed on the first, secondand third umbells were 5,75 % and 0,22 %/etmal; 22,75 % and 0,94 %/etmal; 10,50 % and0,38 %/etmal, respectively.Keywords: flowering, pruatjan, seed quality, morphology