Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PENGARUH BATANG ATAS DAN BAWAH TERHADAP KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) DEVI RUSMIN; SUKARMAN SUKARMAN; MELATI MELATI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v12n1.2006.32-37

Abstract

ABSTRAKRata-rata produksi jambu mete Indonesia masih rendah (350 kggelondong/ha/tahun), dibandingkan dengan India dan Brazil (800 – 1000kg gelondong/ha/tahun). Hal itu antara lain disebabkan oleh teknikbudidaya yang masih tradisional, rendahnya mutu bibit, dan kurang ter-sedianya pohon induk sebagai sumber benih. Berdasarkan permasalahantersebut, telah dilakukan percobaan penyambungan 1 varietas dan 3 nomorharapan jambu mete. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bibit hasilsambungan bermutu tinggi, sebagai dasar pendirian kebun benih jambumete. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Muktiharjo, Jawa Tengah,bulan Januari - Desember tahun 2001. Percobaan disusun dalam rancanganpetak terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 4 jenis batangatas yaitu: Gunung Gangsir 1, Gunung Gangsir 2, Muktiharjo 1 danMuktiharjo 2. Anak petak adalah empat jenis batang bawah yaitu: GunungGangsir 1, Gunung Gangsir 2, Muktiharjo 1 dan Muktiharjo 2. Parameteryang diamati adalah keberhasilan penyambungan pada fase pembibitan,data pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, diameter batang, diameterkanopi, jumlah cabang primer, sekunder dan tersier). Hasil percobaanmenunjukkan bahwa penyambungan batang bawah Muktiharjo 1 denganbatang atas Muktiharjo 1 dan Muktiharjo 2, menghasilkan persentasekeberhasilan penyambungan tertinggi (50%). Penyambungan denganGunung Gangsir 1 sebagai batang bawah dan Muktiharjo 1 danMuktiharjo 2 sebagai batang atas, keberhasilan penyambungannya palingrendah (38,89%). Tidak ada interaksi antara batang atas dan batangbawah terhadap pertumbuhan tanaman. Batang atas berpengaruh nyataterhadap jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman,diameter batang, dan lebar kanopi. Penyambungan Gunung Gangsir 1 danMuktiharjo 2 sebagai batang atas, menghasilkan pertumbuhan tanamanyang lebih baik dibandingkan dengan batang atas Gunung Gangsir 2 danMuktiharjo 1. Penyambungan Gunung Gangsir 1, Gunung Gangsir 2, danMuktiharjo 1 sebagai batang bawah menghasilkan diameter batang dantinggi tanaman lebih baik dibandingkan Muktiharjo 2. Setelah tanamanmencapai umur 3 tahun, batang atas tidak berpengaruh terhadap pertum-buhan tanaman, sedangkan batang bawah memberikan pengaruh terhadappertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman terbaik diperoleh padatanaman dengan batang bawah Gunung Gangsir 1.Kata kunci : Jambu mete, Anacardium occidentale L., klon, penyam-bungan, batang bawah, batang atas, pertumbuhan, JawaTengahABSTRACTEffect of scion and root stock on successful grafting ofcashew plantCashew nut production of Indonesia is lower (350 kg/ha/year)compared to India and Brazil (800 and 1000 kg/ha/year). There are manyfactors causing low production of cashew in Indonesia such as lowcultivation technology, poor quality of seedlings and insufficient of motherplants. The purpose of the research was to find out good quality seedlingsfrom grafting as a basic to establish cashew mother plants gardens. Theexperiment was conducted in Muktiharjo Experimental Garden, CentralJava, in 2001. The experiment was arranged in split-plot design with 3replications. The main plot was 4 kinds of scions namely Gunung Gangsir1, Gunung Gangsir 2, Muktiharjo1 and Muktiharjo 2. The sub plot was 4kinds of root stocks the same as the scions. Variables observed weresuccessful grafting at nursery phase and plant growth such as height ofplants, diameter of trunk, diameter of canopy, and number of primer,secondary and tertiary branches. The results of experiment showed thatgrafting by using clone Muktiharjo 1 as root stock, and Muktiharjo 1 andMuktiharjo 2 as scions produced the highest percentage of successfulgrafting (50%). Grafting by using Gunung Gangsir 1 as root stock and,Muktiharjo 1 and Muktiharjo 2 as scions produced the lowest percentageof successful grafting (38.89%). There were no significant interactionsbetween root stock and scion on the growth of cashew plant. Scion hadsignificant effect on the number of leaves, but, it did not have significanteffect on the plant height, diameters of trunk and diameters of canopy.Grafting by using Gunung Gangsir 1 and Muktiharjo 2 as scions producedbetter plant growth compared to those of Gunung Gangsir 2 andMuktiharjo 1 as scions. Grafting by using Gunung Gangsir 1, GunungGangsir 2 and Muktiharjo 1 as root stocks produced diameter of trunk andheight of plants better than that of Muktiharjo 2 as rootstock. At 3 yearsold after planting, scions did not significantly affect the plant growthneither did their interaction. While rootstock significantly affected thegrowth of cashew plant. As a rootstock, Gunung Gangsir 1, produced thebest cashew plant growth compared to other clones.Key words: Cashew, Anacardium occidentale L, clones, grafting,rootstock, scion, growth, Central Java
KARAKTER MORFOLOGI, HASIL, DAN MUTU ENAM GENOTIP LENGKUAS PADA TIGA AGROEKOLOGI Nurliani Bermawie; Susi . Purwiyanti; Melati Melati; Nurlaila Wahyuni Meilawati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 2 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n2.2012.%p

Abstract

Penampilan karakter morfologi, hasil dan mutu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi, hasil dan mutu enam genotip lengkuas (Alpina galanga) pada tiga agroekologi. Penelitian dilakukan sejak Januari 2011 sampai Agustus 2012 di Lebak (Banten); Kulon Progo (Yogyakarta), dan Karang Anyar (Jawa Tengah). Enam genotip lengkuas dan dua nomor lokal ditanam menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan empat ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi, produksi, dan mutu. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan ragam gabungan. Mutu dianalisis mengacu kepada Farmakope Herbal Indonesia (FHI). Terdapat keragaman pada karakter morfologi, hasil, dan mutu antar genotip pada berbagai lokasi. Nomor Lokal-2 asal Karang Anyar menunjukkan pertumbuhan terbaik dibandingkan nomor lokal yang lain. Lokasi berpengaruh terhadap bobot dan karakter morfologi rimpang. Hasil terbaik diperoleh dari penanaman di Lebak dan Karang Anyar. Terdapat variasi pada kadar minyak atsiri antar genotip pada tiga lokasi berkisar antara 0,30-0,50%. Kadar minyak atsiri tertinggi dan memenuhi standar FHI (0,5%) diperoleh dari genotip lengkuas merah Alga 013 yang ditanam di Kulon Progo. Kadar air simplisia sesuai dengan standar FHI, sedangkan kadar abu dan abu tak larut asam masih melebihi batas MMI. Kadar sari yang larut dalam alkohol dan air lengkuas lebih baik dibandingkan ketentuan FHI. Kadar serat dan kadar pati berbeda antar lokasi. Kadar serat tertinggi ditunjukkan oleh genotip yang ditanam di Lebak dan terendah di Kulon Progo.
PENGARUH UMUR FISIOLOGIS SULUR DAN POSISI RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT VANILI KLON 1 DAN 2 DI RUMAH KACA Sukarman Sukarman; Melati Melati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Salah satu permasalahan dalam pengembangan vanili adalah kurang tersedia-nya benih dari varietas unggul dan pertumbuh-an yang tidak seragam, akibat penggunaan setek yang tidak seragam. Untuk itu penelitian pengaruh umur fisiologis dan posisi ruas terhadap pertumbuhan bibit dua klon harapan vanili dilaksanakan untuk mendapatkan tek-nologi perbanyakan vegetatif, sebagai landasan penetapan standar prosedur operasional (SPO) perbanyakan benih vanili. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) dari Januari – Desem-ber 2006, dengan menggunakan klon harapan 1 dan klon harapan 2, yang diambil dari kebun induk vanili di KP Natar, BPTP Lampung. Percobaan faktorial, dengan 2 faktor dan 3 ulangan, disusun dalam rancangan petak terbagi (RPT). Petak utama adalah 2 umur fisiologis sulur, yaitu : (1) 12 bulan dan (2) 6 bulan setelah pemangkasan. Anak petak adalah 10 perlakuan terdiri dari kombinasi 2 klon dan 5 posisi ruas yaitu ; 1). klon 1 + setek dari ruas kesatu; 2). klon 1 + setek dari ruas kedua; 3). klon 1 + setek dari ruas ketiga; 4) klon 1 + setek dari ke empat, dan 5). klon 1 + setek dari ruas ke lima; 6). klon 2 + setek dari ruas kesatu; 7). klon 2 + setek dari ruas kedua; 8). klon 2 + setek dari ruas ketiga; 9). klon 2 + setek dari ke empat, dan 10). klon 2 + setek dari ruas ke lima. Parameter yang diamati meliputi persentase tumbuh benih, tinggi benih, jumlah ruas, dan jumlah daun. Hasil penelitian menunjukkan persentase tumbuh, jumlah ruas, dan jumlah daun tidak nyata dipengaruhi oleh interaksi antara umur fisiologis sulur dan kombinasi klon harapan dengan posisi ruas dan faktor tunggal umur fisiologis sulur, tetapi nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal kombinasi klon harapan dengan posisi ruas. Persentase tumbuh tertinggi didapatkan pada perlakuan kombinasi klon harapan 2 dengan posisi ruas kelima (92,92%). Jumlah ruas tertinggi pada perlakuan kombinasi klon harapan 2 dengan posisi ruas ketiga (7,57). Jumlah daun tertinggi didapatkan pada perlakuan kombinasi klon harapan 2 dengan posisi ruas ketiga (7,55). Setek yang berasal dari umur fisiologis 12 dan 6 bulan setelah pemangkasan, serta kombinasi klon harapan 1 dan 2 dengan posisi ruas 1 sampai 5 dapat direkomendasikan sebagai bahan perbanyakan vegetatif tanaman vanili. 
PENGARUH UKURAN BENIH RIMPANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEMULAWAK Sukarman Sukarman; Mono Rahardjo; Devi Rusmin; Melati Melati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Efisiensi penggunaan benih temulawak (Curcuma xanthorrhiza), beberapa bagian rimpang dan ukurannya diuji dalam pene-litian ini. Penelitian bertujuan untuk mem-pelajari pengaruh ukuran benih (rimpang) terhadap pertumbuhan dan hasil te-mulawak. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Sukamulya, Balai Peneliti-an Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) sejak November 2007 sampai Agustus 2008. Percobaan dengan lima perlakuan dan lima ulangan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang diuji adalah lima taraf asal benih (rimpang) yaitu : (1) rimpang induk utuh (220,5 g), (2) rimpang induk dibelah 2 (109,7 g), (3) rimpang induk dibelah 4 (54,36 g), (4) rimpang induk dibelah 8 (27,29 g), dan (5) rimpang cabang (22,01 g). Peubah yang diamati adalah pertum-buhan tanaman, komponen hasil (jumlah dan bobot rimpang induk serta rimpang cabang, dan hasil). Hasil penelitian me-nunjukkan tanaman berasal dari rimpang induk menghasilkan rimpang segar terting-gi (27,2 t/ha), dan tidak berbeda nyata de-ngan produksi tanaman yang dihasilkan dari rimpang induk dibelah dua (24,2 t/ ha). Untuk efisiensi benih maka rimpang induk dibelah dua dapat dijadikan alterna-tif sebagai bahan tanaman dalam budidaya temulawak.
VIABILITAS BENIH JAHE (Zingiber officinale Rosc.) PADA CARA BUDIDAYA DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA Sukarman Sukarman; Devi Rusmin; Melati Melati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 1 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n1.2007.%p

Abstract

Salah satu permasalahan dalam pengem-bangan tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah kurang tersedianya benih jahe unggul bermutu. Pada umumnya produksi be-nih jahe dilakukan secara monokultur, jarang dilakukan dengan menyisipkan tanaman lain. Oleh karena itu, informasi mengenai mutu benih jahe yang dibudidayakan secara inter-cropping dengan tanaman lain masih sangat terbatas. Percobaan ini dilakukan dengan tu-juan untuk mengetahui viabilitas benih jahe da-ri cara budidaya yang berbeda selama periode penyimpanan. Percobaan dilakukan di Keca-matan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka (600 m dpl), sejak Agustus sampai November 2003. Percobaan menggunakan 3 tipe jahe yaitu : 1). Jahe Putih Besar/JPB (Z. officinale var. Offici-nale), 2).Jahe Putih Kecil/JPK (Z. officinale var. amarum) dan 3). Jahe Merah/JM (Z. Offici-nale var. rubrum). Untuk masing-masing tipe jahe percobaan disusun dalam rancangan petak terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 3 cara budidaya benih jahe yaitu :1) Jahe ditanam secara monokultur, 2). Jahe ditanam secara intercropping dengan bawang daun, dan 3). Jahe ditanam secara intercroping dengan kacang merah. Anak petak adalah 4 periode penyimpanan yaitu : 0, 1, 2, dan 3 bulan. Parameter yang diamati adalah kadar air benih, penyusutan bobot benih dan daya tum-buh benih pada akhir penyimpanan. Hasil per-cobaan menunjukkan bahwa benih JPK, yang diproduksi dengan cara budidaya inter-crop-ping dengan kacang merah menghasilkan mutu yang lebih baik (kadar airnya lebih tinggi dan penyusutan bobot benih/rimpang rendah). Mu-tu fisiologis benih JPB, JPK, dan JM dengan cara budidaya secara monokultur dan inter-croping dengan kacang merah dan bawang daun, tidak berbeda. Setelah 3 bulan penyim-panan, daya tumbuh untuk JPB, JPK, dan JM  berturut – turut masih diatas 90,67 %, 85,33 % dan 86,67 %. Kadar air benih jahe menurun, penyusutan bobot rimpang meningkat sejalan dengan lamanya penyimpanan. Berdasarkan hasil tersebut, di atas maka benih jahe dapat diproduksi secara monokultur atau intercrop-ping dengan kacang merah dan bawang daun atau tanaman lain yang bukan merupakan tanaman inang  bagi hama dan penyakit utama tanaman jahe. 
PENGARUH BUDAYA REJANG TERHADAP PERENCANAAN KARIER SISWA DI SMA NEGERI 9 KOTA BENGKULU HENI SULUSYAWATI; MELATI MELATI
Psikodidaktika Vol 4 No 2 (2019): Jurnal: Psikodidatika
Publisher : Guidance and counseling the university of Prof. Dr. Hazairin. SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.773 KB) | DOI: 10.32663/psikodidaktika.v4i2.1016

Abstract

This research is motivated by the discovery still rejang culture students who do not have a mature career planning, there are students who are confused rejang culture in choosing courses that will be selected to enter college. The purpose of this study was to determine the influence of culture on career planning rejang students. This research is a qualitative descriptive study, using natural setting approach. Collecting data using the technique of participant observation, unstructured interviews, and technical documentation. Analysis of data using Spradley models that domain analysis, taxonomic analysis, componential analysis, and analysis of the cultural theme. Based on the results of data analysis, then it can be explained several cultural factors that can influence student planning, namely 1) the habit of increasing decisions to improve, 2) influencing peers, 3) replacing work, 4) seeking and keeping high to advance.
PENGARUH BATANG ATAS DAN BAWAH TERHADAP KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) DEVI RUSMIN; SUKARMAN SUKARMAN; MELATI MELATI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v12n1.2006.32-37

Abstract

ABSTRAKRata-rata produksi jambu mete Indonesia masih rendah (350 kggelondong/ha/tahun), dibandingkan dengan India dan Brazil (800 – 1000kg gelondong/ha/tahun). Hal itu antara lain disebabkan oleh teknikbudidaya yang masih tradisional, rendahnya mutu bibit, dan kurang ter-sedianya pohon induk sebagai sumber benih. Berdasarkan permasalahantersebut, telah dilakukan percobaan penyambungan 1 varietas dan 3 nomorharapan jambu mete. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bibit hasilsambungan bermutu tinggi, sebagai dasar pendirian kebun benih jambumete. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Muktiharjo, Jawa Tengah,bulan Januari - Desember tahun 2001. Percobaan disusun dalam rancanganpetak terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 4 jenis batangatas yaitu: Gunung Gangsir 1, Gunung Gangsir 2, Muktiharjo 1 danMuktiharjo 2. Anak petak adalah empat jenis batang bawah yaitu: GunungGangsir 1, Gunung Gangsir 2, Muktiharjo 1 dan Muktiharjo 2. Parameteryang diamati adalah keberhasilan penyambungan pada fase pembibitan,data pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, diameter batang, diameterkanopi, jumlah cabang primer, sekunder dan tersier). Hasil percobaanmenunjukkan bahwa penyambungan batang bawah Muktiharjo 1 denganbatang atas Muktiharjo 1 dan Muktiharjo 2, menghasilkan persentasekeberhasilan penyambungan tertinggi (50%). Penyambungan denganGunung Gangsir 1 sebagai batang bawah dan Muktiharjo 1 danMuktiharjo 2 sebagai batang atas, keberhasilan penyambungannya palingrendah (38,89%). Tidak ada interaksi antara batang atas dan batangbawah terhadap pertumbuhan tanaman. Batang atas berpengaruh nyataterhadap jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman,diameter batang, dan lebar kanopi. Penyambungan Gunung Gangsir 1 danMuktiharjo 2 sebagai batang atas, menghasilkan pertumbuhan tanamanyang lebih baik dibandingkan dengan batang atas Gunung Gangsir 2 danMuktiharjo 1. Penyambungan Gunung Gangsir 1, Gunung Gangsir 2, danMuktiharjo 1 sebagai batang bawah menghasilkan diameter batang dantinggi tanaman lebih baik dibandingkan Muktiharjo 2. Setelah tanamanmencapai umur 3 tahun, batang atas tidak berpengaruh terhadap pertum-buhan tanaman, sedangkan batang bawah memberikan pengaruh terhadappertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman terbaik diperoleh padatanaman dengan batang bawah Gunung Gangsir 1.Kata kunci : Jambu mete, Anacardium occidentale L., klon, penyam-bungan, batang bawah, batang atas, pertumbuhan, JawaTengahABSTRACTEffect of scion and root stock on successful grafting ofcashew plantCashew nut production of Indonesia is lower (350 kg/ha/year)compared to India and Brazil (800 and 1000 kg/ha/year). There are manyfactors causing low production of cashew in Indonesia such as lowcultivation technology, poor quality of seedlings and insufficient of motherplants. The purpose of the research was to find out good quality seedlingsfrom grafting as a basic to establish cashew mother plants gardens. Theexperiment was conducted in Muktiharjo Experimental Garden, CentralJava, in 2001. The experiment was arranged in split-plot design with 3replications. The main plot was 4 kinds of scions namely Gunung Gangsir1, Gunung Gangsir 2, Muktiharjo1 and Muktiharjo 2. The sub plot was 4kinds of root stocks the same as the scions. Variables observed weresuccessful grafting at nursery phase and plant growth such as height ofplants, diameter of trunk, diameter of canopy, and number of primer,secondary and tertiary branches. The results of experiment showed thatgrafting by using clone Muktiharjo 1 as root stock, and Muktiharjo 1 andMuktiharjo 2 as scions produced the highest percentage of successfulgrafting (50%). Grafting by using Gunung Gangsir 1 as root stock and,Muktiharjo 1 and Muktiharjo 2 as scions produced the lowest percentageof successful grafting (38.89%). There were no significant interactionsbetween root stock and scion on the growth of cashew plant. Scion hadsignificant effect on the number of leaves, but, it did not have significanteffect on the plant height, diameters of trunk and diameters of canopy.Grafting by using Gunung Gangsir 1 and Muktiharjo 2 as scions producedbetter plant growth compared to those of Gunung Gangsir 2 andMuktiharjo 1 as scions. Grafting by using Gunung Gangsir 1, GunungGangsir 2 and Muktiharjo 1 as root stocks produced diameter of trunk andheight of plants better than that of Muktiharjo 2 as rootstock. At 3 yearsold after planting, scions did not significantly affect the plant growthneither did their interaction. While rootstock significantly affected thegrowth of cashew plant. As a rootstock, Gunung Gangsir 1, produced thebest cashew plant growth compared to other clones.Key words: Cashew, Anacardium occidentale L, clones, grafting,rootstock, scion, growth, Central Java
PENGARUH UKURAN BENIH RIMPANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEMULAWAK Sukarman Sukarman; Mono Rahardjo; Devi Rusmin; Melati Melati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Efisiensi penggunaan benih temulawak (Curcuma xanthorrhiza), beberapa bagian rimpang dan ukurannya diuji dalam pene-litian ini. Penelitian bertujuan untuk mem-pelajari pengaruh ukuran benih (rimpang) terhadap pertumbuhan dan hasil te-mulawak. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Sukamulya, Balai Peneliti-an Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) sejak November 2007 sampai Agustus 2008. Percobaan dengan lima perlakuan dan lima ulangan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang diuji adalah lima taraf asal benih (rimpang) yaitu : (1) rimpang induk utuh (220,5 g), (2) rimpang induk dibelah 2 (109,7 g), (3) rimpang induk dibelah 4 (54,36 g), (4) rimpang induk dibelah 8 (27,29 g), dan (5) rimpang cabang (22,01 g). Peubah yang diamati adalah pertum-buhan tanaman, komponen hasil (jumlah dan bobot rimpang induk serta rimpang cabang, dan hasil). Hasil penelitian me-nunjukkan tanaman berasal dari rimpang induk menghasilkan rimpang segar terting-gi (27,2 t/ha), dan tidak berbeda nyata de-ngan produksi tanaman yang dihasilkan dari rimpang induk dibelah dua (24,2 t/ ha). Untuk efisiensi benih maka rimpang induk dibelah dua dapat dijadikan alterna-tif sebagai bahan tanaman dalam budidaya temulawak.
VIABILITAS BENIH JAHE (Zingiber officinale Rosc.) PADA CARA BUDIDAYA DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA Sukarman Sukarman; Devi Rusmin; Melati Melati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 1 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n1.2007.%p

Abstract

Salah satu permasalahan dalam pengem-bangan tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah kurang tersedianya benih jahe unggul bermutu. Pada umumnya produksi be-nih jahe dilakukan secara monokultur, jarang dilakukan dengan menyisipkan tanaman lain. Oleh karena itu, informasi mengenai mutu benih jahe yang dibudidayakan secara inter-cropping dengan tanaman lain masih sangat terbatas. Percobaan ini dilakukan dengan tu-juan untuk mengetahui viabilitas benih jahe da-ri cara budidaya yang berbeda selama periode penyimpanan. Percobaan dilakukan di Keca-matan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka (600 m dpl), sejak Agustus sampai November 2003. Percobaan menggunakan 3 tipe jahe yaitu : 1). Jahe Putih Besar/JPB (Z. officinale var. Offici-nale), 2).Jahe Putih Kecil/JPK (Z. officinale var. amarum) dan 3). Jahe Merah/JM (Z. Offici-nale var. rubrum). Untuk masing-masing tipe jahe percobaan disusun dalam rancangan petak terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 3 cara budidaya benih jahe yaitu :1) Jahe ditanam secara monokultur, 2). Jahe ditanam secara intercropping dengan bawang daun, dan 3). Jahe ditanam secara intercroping dengan kacang merah. Anak petak adalah 4 periode penyimpanan yaitu : 0, 1, 2, dan 3 bulan. Parameter yang diamati adalah kadar air benih, penyusutan bobot benih dan daya tum-buh benih pada akhir penyimpanan. Hasil per-cobaan menunjukkan bahwa benih JPK, yang diproduksi dengan cara budidaya inter-crop-ping dengan kacang merah menghasilkan mutu yang lebih baik (kadar airnya lebih tinggi dan penyusutan bobot benih/rimpang rendah). Mu-tu fisiologis benih JPB, JPK, dan JM dengan cara budidaya secara monokultur dan inter-croping dengan kacang merah dan bawang daun, tidak berbeda. Setelah 3 bulan penyim-panan, daya tumbuh untuk JPB, JPK, dan JM  berturut – turut masih diatas 90,67 %, 85,33 % dan 86,67 %. Kadar air benih jahe menurun, penyusutan bobot rimpang meningkat sejalan dengan lamanya penyimpanan. Berdasarkan hasil tersebut, di atas maka benih jahe dapat diproduksi secara monokultur atau intercrop-ping dengan kacang merah dan bawang daun atau tanaman lain yang bukan merupakan tanaman inang  bagi hama dan penyakit utama tanaman jahe. 
KARAKTER MORFOLOGI, HASIL, DAN MUTU ENAM GENOTIP LENGKUAS PADA TIGA AGROEKOLOGI Nurliani Bermawie; Susi . Purwiyanti; Melati Melati; Nurlaila Wahyuni Meilawati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 2 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n2.2012.%p

Abstract

Penampilan karakter morfologi, hasil dan mutu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi, hasil dan mutu enam genotip lengkuas (Alpina galanga) pada tiga agroekologi. Penelitian dilakukan sejak Januari 2011 sampai Agustus 2012 di Lebak (Banten); Kulon Progo (Yogyakarta), dan Karang Anyar (Jawa Tengah). Enam genotip lengkuas dan dua nomor lokal ditanam menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan empat ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi, produksi, dan mutu. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan ragam gabungan. Mutu dianalisis mengacu kepada Farmakope Herbal Indonesia (FHI). Terdapat keragaman pada karakter morfologi, hasil, dan mutu antar genotip pada berbagai lokasi. Nomor Lokal-2 asal Karang Anyar menunjukkan pertumbuhan terbaik dibandingkan nomor lokal yang lain. Lokasi berpengaruh terhadap bobot dan karakter morfologi rimpang. Hasil terbaik diperoleh dari penanaman di Lebak dan Karang Anyar. Terdapat variasi pada kadar minyak atsiri antar genotip pada tiga lokasi berkisar antara 0,30-0,50%. Kadar minyak atsiri tertinggi dan memenuhi standar FHI (0,5%) diperoleh dari genotip lengkuas merah Alga 013 yang ditanam di Kulon Progo. Kadar air simplisia sesuai dengan standar FHI, sedangkan kadar abu dan abu tak larut asam masih melebihi batas MMI. Kadar sari yang larut dalam alkohol dan air lengkuas lebih baik dibandingkan ketentuan FHI. Kadar serat dan kadar pati berbeda antar lokasi. Kadar serat tertinggi ditunjukkan oleh genotip yang ditanam di Lebak dan terendah di Kulon Progo.