Reny Sawitri
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Pengelolaan Hutan Produksi terhadap Keragaman Jenis Plasma Nutfah Perairan Reny Sawitri; Sofian Iskandar
Buletin Plasma Nutfah Vol 12, No 2 (2006)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v12n2.2006.p76-82

Abstract

Management of forest production by application of Reduced Impact Logging (RIL) created crown opening by 13.3%, which was smaller compared with Conventional Logging (CNV) that caused crown opening by19.2%, and provided significant influence to water biodiversity. Availability of nutrient and essential minerals was better in RIL that was supported by high soluble residual or 95% higher and low velocity of river flow or 50% of surrounding CNV water. This physical condition showed significant difference to N and P ratio (N/P ratio) in RIL and CNV or 77.5 and 51.3. These values showed high content of nitrate of the water and it was in oligotropic type condition. Diversity Index of plankton in RIL was 1.754 and in CNV was 1.682 with each population density was 12,916 and 7,222 individuals/liter. The number of plankton had possitive correlation with N/P ratio (r = 0.9). In water catchment study area, there were found 28 fish species belonged to 20 genera and 8 families. The dominance families were Cyprinidae 57.14%, Bagridae 17.14%, and Anguillidae 7.14%. Most endemic fish species of Borneo were also found in both RIL and CNV water, however species with high relative frequency and density were found higher in RIL water. AbstrakPengelolaan hutan produksi dengan model penebangan Reduced Impact Logging (RIL) membuat pembukaan tajuk seluas 13,3% yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan penebangan konvensional (CNV) dengan pembukaan tajuk seluas 19,2%, memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keanekaragaman hayati perairan. Ketersediaan nutrisi dan hara penting yang lebih baik di perairan kawasan RIL ditunjang oleh tingginya residu terlarut 95% dan rendahnya kecepatan aliran air sungai 50% dari perairan sekitar CNV. Kondisi fisik perairan yang demikian menunjukkan perbedaan nyata terhadap perbandingan nitrat dan fosfat (N/P rasio) di RIL dan CNV, yaitu 77,5 dan 51,3. Nilai ini menunjukkan kadar nitrat perairan yang tinggi, dan perairan berada dalam tipe oligotropic. Indeks keragaman jenis plankton di RIL 1,754 dan di CNV 1,682 dengan populasi masing-masing 12.916 individu/liter dan 7.222 individu/ liter. Jumlah plankton ini berkorelasi positif dengan N/P rasio (r = 0,9). Di perairan sekitar DAS areal penelitian terdapat 28 jenis ikan tergolong kedalam 20 genera dan 8 famili. Famili dominan adalah Cyprinidae 57,14%, Bagridae 17,14%, dan Anguillidae 7,14%. Sebagian besar ikan jenis endemik Kalimantan terdapat pula di kedua perairan RIL dan CNV, tetapi jenis yang mempunyai kerapatan dan frekuensi relatif tinggi ditemukan lebih banyak di perairan RIL.
Kajian Ekologi dan Potensi Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) di Kelompok Hutan Sungai Manna-Sungai Nasal, Bengkulu N. M. Heriyanto; Reny Sawitri; Endro Subiandono
Buletin Plasma Nutfah Vol 12, No 2 (2006)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v12n2.2006.p69-75

Abstract

The study indicated that 88 species found belonged to 29 families. The predominant species was Shorea parvifolia (meranti) and Dipterocarpus costulatus (keruing). The highest dominance value belonged to second transect (0,0998) and the lowest dominant value was the fourth transect (0,0526). The highest diversity index value belonged to fifth transect (2,28) and the lowest of diversity index value was fourth transect (1,41). The abundance of pasak bumi was different in transect, for trees level it was 2 individuals/ha (first transect and third transect), however, in the second, fourth and fifth transect were none. For belta level, it was 10 individuals/ha (the first transect), 20 individuals/ha (the third transect) and 20 individuals/ ha (the fifth transect), while in the second and fourth transect were none. For seedling level it was 280 individuals/ ha (the third transect), 60 individuals/ha (the fourth transect) and 100 individuals/ha (the fifth transect), while in the first and the second were none. This intolerant species was adapted in slope and dry areas. The rarity of pasak bumi was not affecting local people because they were seldom used for traditional medicine. AbstrakDari hasil penelitian dijumpai 88 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 29 famili. Jenis tumbuhan yang mendominasi tegakan adalah Shorea parvifolia (meranti) dan Dipterocarpus costulatus (keruing). Nilai dominansi tertinggi tingkat pohon dimiliki oleh jalur II (0,0998) dan terendah pada jalur IV (0,0526). Nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi di tingkat ini dimiliki oleh jalur V (2,28) dan terendah pada jalur IV (1,41). Kelimpahan pasak bumi pada setiap jalur berbeda-beda, untuk tingkat pohon adalah 2 pohon/ha pada jalur I dan jalur III. Pada jalur II, IV, dan V tidak dijumpai jenis pohon pasak bumi. Pada tingkat belta dijumpai 10 individu/ha pada jalur I, 20 individu/ha pada jalur III, dan 20 individu/ha pada jalur V. Pada jalur II dan IV tidak dijumpai jenis pasak bumi. Pada tingkat semai dijumpai 280 individu/ha pada jalur III, 60 individu/ ha pada jalur IV, dan jalur V memiliki kelimpahan 100 individu/ha. Pada jalur I dan II tidak dijumpai jenis pasak bumi. Tempat tumbuh yang disukai oleh pasak bumi adalah tanah miring dan tidak pernah tergenang air. Tumbuhan muda tidak toleran pada cahaya langsung. Ancaman terhadap kelangkaan pasak bumi di Bengkulu tidak terlalu merisaukan karena masyarakat setempat jarang yang memanfaatkannya untuk obat tradisional.