N. M. Heriyanto
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Ekologi dan Potensi Ramin (Gonystylus bancanus Kurz.) di Kelompok Hutan Sungai Tuan-Sungai Suruk, Kalimantan Barat N. M. Heriyanto; R. Garsetiasih
Buletin Plasma Nutfah Vol 12, No 1 (2006)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v12n1.2006.p24-29

Abstract

Ecological and potential study of ramin was conducted in September 2002. Sampling plot of 20 meters x 1,000 meters with distance between plots was 1 km with total transect of three. Observation within the transect were on stage of tree, pole, sapling and seedling measured. Predominant species were Gluta renghas, Kingiodendron sp., and Shorea spp. The tree stages of ramin was 1.48 tree/ha, poles stage 33.75 individual/ ha, sapling stage 125 individual/ha, and seedling stage 468.75 individual/ha. Ramin was closely related to Kingiodendron sp., G. renghas, and Mezzettia parviflora. However, this species did not associate with Litsea sp., Dryobalanops abnormis, and Canarium caudatum. The habitat of ramin was peat swamp forest with the depth of more than 3 m and influenced by tide but the water remain unsalted. AbstrakUntuk mengetahui ekologi dan potensi jenis ramin (G. bancanus) di habitat alamnya dilakukan penelitian pada bulan September 2002. Penelitian menggunakan satuan contoh berupa jalur dengan lebar 20 m, panjang 1.000 m dengan jumlah pengamatan 3 jalur dan jarak antar jalur 1 km. Pada jalur ini dilakukan pengukuran semai, pancang, tiang, dan pohon. Jenis tumbuhan yang mendominasi tegakan di kelompok hutan Sungai Tuan-Sungai Suruk adalah Gluta renghas (rengas), Kingiodendron sp. (sempetir), dan Shorea spp. (meranti). Ramin memiliki kelimpahan 1,48 pohon/ha untuk tingkat pohon, 33,75 individu/ha untuk tingkat tiang, 125 individu/ha untuk tingkat pancang, dan 468,75 individu/ha untuk tingkat semai. Jenis-jenis yang berasosiasi kuat dengan ramin adalah Kingiodendron sp. (sempetir), Gluta renghas (rengas), dan Mezzettia parviflora (pisang-pisang). Sedangkan jenis yang berasosiasi tidak kuat dengan ramin adalah Litsea sp. (medang), Dryobalanops abnormis (kelansau), dan Canarium caudatum (kenari hutan). Habitat ramin adalah hutan rawa gambut yang umumnya mempunyai kedalaman lebih dari 3 m yang terpengaruh oleh pasang surut tetapi airnya tidak pernah asin.
Kajian Ekologi dan Potensi Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) di Kelompok Hutan Sungai Manna-Sungai Nasal, Bengkulu N. M. Heriyanto; Reny Sawitri; Endro Subiandono
Buletin Plasma Nutfah Vol 12, No 2 (2006)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v12n2.2006.p69-75

Abstract

The study indicated that 88 species found belonged to 29 families. The predominant species was Shorea parvifolia (meranti) and Dipterocarpus costulatus (keruing). The highest dominance value belonged to second transect (0,0998) and the lowest dominant value was the fourth transect (0,0526). The highest diversity index value belonged to fifth transect (2,28) and the lowest of diversity index value was fourth transect (1,41). The abundance of pasak bumi was different in transect, for trees level it was 2 individuals/ha (first transect and third transect), however, in the second, fourth and fifth transect were none. For belta level, it was 10 individuals/ha (the first transect), 20 individuals/ha (the third transect) and 20 individuals/ ha (the fifth transect), while in the second and fourth transect were none. For seedling level it was 280 individuals/ ha (the third transect), 60 individuals/ha (the fourth transect) and 100 individuals/ha (the fifth transect), while in the first and the second were none. This intolerant species was adapted in slope and dry areas. The rarity of pasak bumi was not affecting local people because they were seldom used for traditional medicine. AbstrakDari hasil penelitian dijumpai 88 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 29 famili. Jenis tumbuhan yang mendominasi tegakan adalah Shorea parvifolia (meranti) dan Dipterocarpus costulatus (keruing). Nilai dominansi tertinggi tingkat pohon dimiliki oleh jalur II (0,0998) dan terendah pada jalur IV (0,0526). Nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi di tingkat ini dimiliki oleh jalur V (2,28) dan terendah pada jalur IV (1,41). Kelimpahan pasak bumi pada setiap jalur berbeda-beda, untuk tingkat pohon adalah 2 pohon/ha pada jalur I dan jalur III. Pada jalur II, IV, dan V tidak dijumpai jenis pohon pasak bumi. Pada tingkat belta dijumpai 10 individu/ha pada jalur I, 20 individu/ha pada jalur III, dan 20 individu/ha pada jalur V. Pada jalur II dan IV tidak dijumpai jenis pasak bumi. Pada tingkat semai dijumpai 280 individu/ha pada jalur III, 60 individu/ ha pada jalur IV, dan jalur V memiliki kelimpahan 100 individu/ha. Pada jalur I dan II tidak dijumpai jenis pasak bumi. Tempat tumbuh yang disukai oleh pasak bumi adalah tanah miring dan tidak pernah tergenang air. Tumbuhan muda tidak toleran pada cahaya langsung. Ancaman terhadap kelangkaan pasak bumi di Bengkulu tidak terlalu merisaukan karena masyarakat setempat jarang yang memanfaatkannya untuk obat tradisional.