Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

THE EXPRESSION OF PIETY THROUGH THE RATIK TOGAK IN THE TAREKAT SURAU SULUK IN RIAU Toni Hartono; Imron Rosidi; Roni Setia Nugraha
Sosiohumaniora Vol 22, No 2 (2020): SOSIOHUMANIORA, JULY 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v22i2.26713

Abstract

Tarekat is piety expression based on spirituality encouragement as Islamic identity in Indonesia. Studies about piety expression is often connected to redicalism or violent movement. In fact, piety expression of Muslims in Indonesia as described in this article can accomodate with local culture. This study examines the existence of Surau Suluk and the tradition of Ratik Togak, which is one of the practices of the Naqsabandiyah tarekat in Rokan Hulu. It is known ‘Negeri Seribu Suluk’, having approximately 122 Surau Suluk. Surau Suluk is a place to undergo religious activities to get closer to God. This study uses qualitative descriptive method employing observation and interview. A phenomenological concept is used to see the religious traditions of followers of the Surau Suluk congregation. The results showed that Surau Suluk in Rokan Hulu is developed by Sheikh Abdul Wahab Rokan. A practice that has become a tradition in the Naqsabandiyah tariqah is Ratik Togak. Ratik means dhikr, a practice in the form of dhikr and forgiveness which is done to find the peak of enjoyment of dhikr. The Togak Ratik is performed at certain religious events in public spaces as an important medium for them to get closer to God. Ratik Togak is a form of social Islamic religious worship. This tradition is special because it has become an icon for Surau Suluk which involves ordinary people. It also gets support from local government. This tradition is a practice for followers of the Naqsabandiyah as a form of their piety with God.
KONSEPSI TEORI DAN REALITAS PERSPEKTIF METODOLOGI Toni Hartono
An-Nida' Vol 40, No 1 (2015): January - June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v40i1.1495

Abstract

Dalam artikel ini dijelaskan bahwa teori dan realitas tidak dapat dipisahkan karena teori merupakan abstraksi dari kenyataan sosial. Teori diperlukan untuk menjelaskan fenomena alam dan sosial. Dalam konteks ini, teori penting untuk meneliti kenyataan sosial. Tetapi observasi juga vital untuk menemukan sebuah teori. Hal ini berarti teori dan observasi adalah dua hal yang tak terpisahkan. Menggunakan teori atau observasi lebih dahulu tergantung pada paradigma seorang peneliti; deduktif atau induktif. Biasanya teori dapat dibagi menjadi tiga; besar, pertengahan dan membatasi teori. Sebuah teori dapat dievaluasi dari segi signifikansi masalah yang diajukan dan kualitas solusi yang diberikan. Dalam tulisan ini juga dianalisis pentingnya kekuasaan dalam menyebarkan dan mempopulerkan sebuah teori. Ia juga menjelaskan tentang pentingnya akal dalam memproduksi sebuah teori. Akan tetapi dalam konteks Islam, keimanan juga penting untuk memfilter sebuah teori apakah ia memperkuat atau meruntuhkan keimanan individu muslim sebagaimana dalam kasus teori Darwin. Oleh karena itu, dalam memproduksi sebuah teori, akal seharusnya diimbangi oleh iman sebab di dunia ini ada beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia yang disebut dengan istilah ‘ghaib’.