O S Gunawan
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza untuk Meningkatkan Efisiensi Serapan Unsur Hara NPK serta Pengaruhnya terhadap Hasil dan Kualitas Umbi Bawang Merah Sumiati, E; Gunawan, O S
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 1 (2007): Maret 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Salah satu cara memperbaiki hasil dan kualitas umbi bawang merah, yaitu dengan aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dan pupuk hayati mikoriza. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (1.250 m dpl) dari Juli-Oktober 2001. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama pupuk NPK 15-15-15 dosis 0, 2,5, dan 5,0 g/tanaman. Anak petak pupuk hayati mikoriza dosis 2,5, 5,0, dan 7,5 g/tanaman. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 2,5 g/tanaman yang dikombinasikan dengan pupuk hayati mikoriza dosis 2,5 g/tanaman meningkatkan persentase infeksi akar bawang merah oleh mikoriza. Jumlah spora yang terdeteksi pada rizosfer bawang merah yang terbanyak berasal dari aplikasi NPK 15-15-15 2,5 g/tanaman + pupuk hayati mikoriza 5 g/tanaman. Spesies mikoriza yang berasosiasi dengan tanaman bawang merah, yaitu Glomus sp., Glomus sp. hitam, dan Gigaspora sp.. Kandungan NPK tanaman serta pertumbuhannya meningkat oleh aplikasi NPK + pupuk hayati. Hasil umbi bawang merah nyata meningkat oleh aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 2,5-5,0 g/tanaman atau oleh aplikasi pupuk hayati mikoriza dosis 2,5-5,0 g/tanaman. Aplikasi kedua jenis pupuk tersebut tidak meningkatkan kandungan bahan kering umbi bawang merah.ABSTRACT. Sumiati, E. and O.S. Gunawan. 2007. Application of Mycorrhizal Biofertilizer to Increase the Efficiency of NPK Uptake and its Effects on Yield and Quality of Shallot Bulbs. Yield and quality of shallot bulbs can be improved by application of NPK 15-15-15 in combination with mycorrhizal biofertilizer. Research was conducted at the greenhouse of Indonesian Vegetable Research Institute, Lembang (1,250 m asl) from July to October 2001. A split plot design with 3 replications was arranged. Main plot was dosage of NPK 15-15-15, viz. 0, 2.5, and 5.0 g/plant. Subplot was dosage of mycorrhizal biofertilizer, viz. 2.5, 5.0, and 7.5 g/plant. Research results revealed that the application of 2.5 g/plant NPK 15-15-15 in combination with mycorrhizal biofertilizer 2.5 g/plant increased the percentage of root infected by mycorrhiza. While the highest number of mycorrhizal spores at shallot rhizosphere was gained from application of 2.5 g/plant NPK 15-15-15 + 5 g/plant mycorrhizal biofertilizer. Species of mycorrhiza which infected shallot roots were Glomus sp. black, Glomus sp., and Gigaspora sp.. NPK content and the growth of shallot were increased by application of NPK 15-15-15 and biofertilizer. The yield of shallot increased significantly by application of NPK 15-15-15 dosage of 2.5 to 5.0 g/plant or mycorrhizal biofertilizer dosage of 2.5 to 5.0 g/plant. Application of both NPK 15-15-15 and mycorrhizal biofertilizer did not increase the dry matter of shallot bulbs
Uji Efektivitas Biopestisida sebagai Pengendali Biologi terhadap Penyakit Antraknos pada Cabai Merah Gunawan, O S
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 4 (2005): Desember 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk menguji efektivitas PfM BO 001 50 WP biopestisida dan BsBE 001 50 WP terhadap penyakit antraknos pada cabai merah. Penelitian dilakukan di rumahkaca Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang pada bulan September sampai Desember 2003, menggunakan benih cabai merah varietas Jetset. Inokulasi cendawan patogen Colletrotrichum gloeosporioides dilakukan pada 70 hari setelah tanam dengan (4-5)x106 konidia. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 4 ulangan. Jenis perlakuan yang diuji yaitu PfMBO 001 50 WP 0,7 g/l, PfMBO 001 50 WP 0,35 g/l, PfMBO 001 50 WP 0,175 g/l, BsBE 001 50 WP 0,7g/l, BsBE 001 50 WP 0,35 g/l, BsBE 001 50 WP 0,175 g/l, fungisida Bion 1/48 WP 2 g/l, dan kontrol. Interval waktu aplikasi 7 hari setelah muncul buah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa formulasi biopestisida PfMBO 001 50 WP dan BsBE 001 50 WP masing-masing konsentrasi 0,7 g/l, mempunyai potensi yang baik menekan intensitas serangan penyakit antraknos sebesar 2,60% dan 2,76% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan fungisida standar Bion 1/48 WP 2g/l sebesar 2,07% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.Effectivity of biopesticides as biological control to anthracnose disease on red pepper. Objectives of the experiment was to determine the effect of various concentration formulation of Pseudomonas fluorescens PfM BO 001 50 WP and Bacillus subtilis BsBE 001 50 WP to anthracnose disease on red pepper. The experiment was conducted at the greenhouse of Indonesian Vegetable Research Institute Lembang from September to December 2003. Jetset variety of pepper was used. The experiment was arranged in a randomized block design, consisted of 8 treatments, i.e., PfMBO 001 50 WP (concentration: 0.7 g/l, 0.35 g/l, 0.175 g/l), BsBE 001 50 WP (concentration: 0.7g/l, 0.35 g/l, 0.175 g/l), fungicide Bion 1/48 WP 2 g/l, and control using water, with 4 replications. Results of this study showed that application of biopesticide formulation of PfMBO 001 50 WP and BsBE 001 50 WP 0.7 g/l, gave the best result to suppresed the intensity of anthracnose disease at 2.60% and 2.76% and was not significantly different with standard fungicide Bion 1/48 WP 2 g/l (2.07 %), and significantly different with the other treatments.
Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza untuk Meningkatkan Efisiensi Serapan Unsur Hara NPK serta Pengaruhnya terhadap Hasil dan Kualitas Umbi Bawang Merah E Sumiati; O S Gunawan
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 1 (2007): Maret 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v17n1.2007.p%p

Abstract

ABSTRAK. Salah satu cara memperbaiki hasil dan kualitas umbi bawang merah, yaitu dengan aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dan pupuk hayati mikoriza. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (1.250 m dpl) dari Juli-Oktober 2001. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama pupuk NPK 15-15-15 dosis 0, 2,5, dan 5,0 g/tanaman. Anak petak pupuk hayati mikoriza dosis 2,5, 5,0, dan 7,5 g/tanaman. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 2,5 g/tanaman yang dikombinasikan dengan pupuk hayati mikoriza dosis 2,5 g/tanaman meningkatkan persentase infeksi akar bawang merah oleh mikoriza. Jumlah spora yang terdeteksi pada rizosfer bawang merah yang terbanyak berasal dari aplikasi NPK 15-15-15 2,5 g/tanaman + pupuk hayati mikoriza 5 g/tanaman. Spesies mikoriza yang berasosiasi dengan tanaman bawang merah, yaitu Glomus sp., Glomus sp. hitam, dan Gigaspora sp.. Kandungan NPK tanaman serta pertumbuhannya meningkat oleh aplikasi NPK + pupuk hayati. Hasil umbi bawang merah nyata meningkat oleh aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 2,5-5,0 g/tanaman atau oleh aplikasi pupuk hayati mikoriza dosis 2,5-5,0 g/tanaman. Aplikasi kedua jenis pupuk tersebut tidak meningkatkan kandungan bahan kering umbi bawang merah.ABSTRACT. Sumiati, E. and O.S. Gunawan. 2007. Application of Mycorrhizal Biofertilizer to Increase the Efficiency of NPK Uptake and its Effects on Yield and Quality of Shallot Bulbs. Yield and quality of shallot bulbs can be improved by application of NPK 15-15-15 in combination with mycorrhizal biofertilizer. Research was conducted at the greenhouse of Indonesian Vegetable Research Institute, Lembang (1,250 m asl) from July to October 2001. A split plot design with 3 replications was arranged. Main plot was dosage of NPK 15-15-15, viz. 0, 2.5, and 5.0 g/plant. Subplot was dosage of mycorrhizal biofertilizer, viz. 2.5, 5.0, and 7.5 g/plant. Research results revealed that the application of 2.5 g/plant NPK 15-15-15 in combination with mycorrhizal biofertilizer 2.5 g/plant increased the percentage of root infected by mycorrhiza. While the highest number of mycorrhizal spores at shallot rhizosphere was gained from application of 2.5 g/plant NPK 15-15-15 + 5 g/plant mycorrhizal biofertilizer. Species of mycorrhiza which infected shallot roots were Glomus sp. black, Glomus sp., and Gigaspora sp.. NPK content and the growth of shallot were increased by application of NPK 15-15-15 and biofertilizer. The yield of shallot increased significantly by application of NPK 15-15-15 dosage of 2.5 to 5.0 g/plant or mycorrhizal biofertilizer dosage of 2.5 to 5.0 g/plant. Application of both NPK 15-15-15 and mycorrhizal biofertilizer did not increase the dry matter of shallot bulbs
Uji Efektivitas Biopestisida sebagai Pengendali Biologi terhadap Penyakit Antraknos pada Cabai Merah O S Gunawan
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 4 (2005): Desember 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v15n4.2005.p%p

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk menguji efektivitas PfM BO 001 50 WP biopestisida dan BsBE 001 50 WP terhadap penyakit antraknos pada cabai merah. Penelitian dilakukan di rumahkaca Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang pada bulan September sampai Desember 2003, menggunakan benih cabai merah varietas Jetset. Inokulasi cendawan patogen Colletrotrichum gloeosporioides dilakukan pada 70 hari setelah tanam dengan (4-5)x106 konidia. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 4 ulangan. Jenis perlakuan yang diuji yaitu PfMBO 001 50 WP 0,7 g/l, PfMBO 001 50 WP 0,35 g/l, PfMBO 001 50 WP 0,175 g/l, BsBE 001 50 WP 0,7g/l, BsBE 001 50 WP 0,35 g/l, BsBE 001 50 WP 0,175 g/l, fungisida Bion 1/48 WP 2 g/l, dan kontrol. Interval waktu aplikasi 7 hari setelah muncul buah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa formulasi biopestisida PfMBO 001 50 WP dan BsBE 001 50 WP masing-masing konsentrasi 0,7 g/l, mempunyai potensi yang baik menekan intensitas serangan penyakit antraknos sebesar 2,60% dan 2,76% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan fungisida standar Bion 1/48 WP 2g/l sebesar 2,07% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.Effectivity of biopesticides as biological control to anthracnose disease on red pepper. Objectives of the experiment was to determine the effect of various concentration formulation of Pseudomonas fluorescens PfM BO 001 50 WP and Bacillus subtilis BsBE 001 50 WP to anthracnose disease on red pepper. The experiment was conducted at the greenhouse of Indonesian Vegetable Research Institute Lembang from September to December 2003. Jetset variety of pepper was used. The experiment was arranged in a randomized block design, consisted of 8 treatments, i.e., PfMBO 001 50 WP (concentration: 0.7 g/l, 0.35 g/l, 0.175 g/l), BsBE 001 50 WP (concentration: 0.7g/l, 0.35 g/l, 0.175 g/l), fungicide Bion 1/48 WP 2 g/l, and control using water, with 4 replications. Results of this study showed that application of biopesticide formulation of PfMBO 001 50 WP and BsBE 001 50 WP 0.7 g/l, gave the best result to suppresed the intensity of anthracnose disease at 2.60% and 2.76% and was not significantly different with standard fungicide Bion 1/48 WP 2 g/l (2.07 %), and significantly different with the other treatments.