Budi Hariyono
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Macam Tanaman Sela Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Hasil Rehabilitasi Tahun Ketiga Sri Mulyaningsih; Budi Hariyono
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n2.2013.69-77

Abstract

Pada pertanaman jarak pagar yang masih muda (umur 1–2 tahun) dengan jarak tanam 2 m x 2 m ada lahan kosong yang tidak termanfaatkan. Upaya optimalisasi pemanfaatan lahan adalah menanam tanaman sela, sehingga petani mempunyai pendapatan dari tanaman sela sebelum jarak pagar menghasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan dan hasil jarak pagar dan men-dapatkan macam tanaman sela yang sesuai pada jarak pagar hasil rehabilitasi (penyambungan) pada tahun ketiga. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Muktiharjo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah mulai bulan Januari hingga Desember 2011, menggunakan rancangan acak kelompok diulang enam kali. Perlakuan yang diuji adalah: 1) jarak pagar + kacang tanah, 2) jarak pagar + kedelai, 3) jarak pagar + kacang hijau, 4) jarak pagar + wijen, dan 5) jarak pagar tanpa tanaman sela. Ukuran petak 8 m x 8 m, jarak tanam jarak pagar 2 m x 2 m. Jarak tanam tanaman sela kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau masing-masing 25 cm x 25 cm, sedangkan jarak tanam wijen 50 cm x 25 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil biji kering tanaman jarak pagar dengan tanaman sela kedelai, kacang hijau, dan wijen tidak berbeda nyata dengan hasil biji kering jarak pagar monokultur kecuali dengan kacang tanah. Hasil biji kering jarak pagar + kedelai 655,87 kg/ha + 1.316,07 kg/ha; jarak pagar + kacang hijau 644,70 kg/ha + 1.557,5 kg/ha; jarak pagar + wijen 511,49 kg/ha + 1.416,67 kg/ha; jarak pagar + kacang tanah yaitu 358,31 kg/ha + 1.015,28 kg/ha; dan hasil biji kering tanaman jarak pagar tanpa tanaman sela 602,27 kg/ha. Tumpang sari jarak pagar dengan keempat macam tanaman sela (kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan wijen), efisien dalam pemanfaatan lahan dan layak secara ekonomi untuk ditanam dan dikembangkan bersama dengan tanaman jarak pagar rehabilitasi tahun ketiga dengan nilai NKL masing-masing: 1,32; 1,64; 1,98; 1,72 dan B/C ratio 4,79; 1,88; 5,71; 7,03. In young jatropha plantation (1–2 years aged) with 2 m x 2 m spacing there is fallow land. The effort to optimize of land use was by planting intercrops, so that the farmers get income before the jatropha plant produce. This study aimed to determine the effect of intercrops on growth and yield of jatropha and get suitable intercrops in the jatropha rehabilitated plantation (by grafting) in the third year. Research was conducted at Muktiharjo Research Station, Pati, Central Java from January to December 2011. The experiment was arranged in randomized block design with 6 replications. Treatments were 1) intercropping physic nut + peanut, 2) intercropping physic nut + soybean, 3) intercropping physic nut + mungbean, 4) intercropping physic nut + sesame, and 5) physic nut monoculture. Plot size was 8 m x 8 m, plant distance of physic nut were 2 m x 2 m, and plant distances for peanut, soybean, and mungbean were 25 cm x 25 cm and for sesame was 50 cm x 25 cm. Result showed that intercropping was not significantly effect on seed yield of physic nut, however intercropping physic nut with peanut decreased the physic nut seed yield. Seed yield of intercropping physic nut + soybean 655.87 kg/ha + 1,316.07 kg/ha; physic nut + mungbean 644.70 kg/ha + 1,557.55 kg/ha; physic nut + sesame 511.49 kg/ha + 1,416.67 kg/ha; physic nut + peanut 358.31 kg/ha + 1,015.28 kg/ha; and physic nut monoculture 602.27 kg/ha. Intercropping physic nut with four kinds of intercrop plant (peanut, soybean, mungbean, and sesame), efficient land use and economically viable for the grown and developed along with physic nut rehabilitation third year with the value of each land equi-valent ratio (LER) 1.32; 1.64; 1.98; 1.72 intercropping and B/C ratio 4.79; 1.88; 5.71; and 7.03.
Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Produksi dan Kandungan Minyak Wijen Serta Kelayakan Usaha Tani di Lahan Pasir Pantai Dewi Ratna Nurhayati; Aris Eddy Sarwono; Budi Hariyono
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n1.2013.31-39

Abstract

Wijen (Sesamum indicum L.) adalah komoditas perkebunan rakyat potensial sebagai sumber minyak pangan yang banyak dibutuhkan, dan mempunyai potensi agroindustri cerah untuk bahan pangan dan bahan dasar produk farmasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan terhadap produksi dan kandungan minyak wijen serta kelayakan usaha tani di lahan pasir pantai. Penelitian dilaksanakan di Purworejo, Jawa Tengah, bulan Juni hingga Desember 2011. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemupukan, yakni kontrol, pupuk kandang sapi 10 ton/ha, NPK rekomendasi (100:100:50), pupuk kandang sapi 7,5 ton/ha + 25% NPK, pupuk kandang sapi 5 ton/ha + 50% NPK, dan pupuk kandang sapi 2,5 ton/ha + 75% NPK. Faktor kedua adalah varietas, yakni Sumberrejo-1, Sumberrejo-2, dan Lokal hitam. Variabel yang diamati meliputi: tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, berat biji per tanaman, berat 1.000 biji, dan kadar minyak. Parameter kelayakan usaha meliputi internal rate of return (IRR), benefit and cost ratio (B/C ratio), dan payback period (PP). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh interaksi perlakuan pemupukan dan varietas. Umur berbunga tercepat 45 hari pada perlakuan kontrol. Umur panen hampir sama, yakni 105 hari. Kadar minyak total tertinggi 51,73% pada perlakuan pemupukan organik (pupuk kandang sapi) 10 ton/ha. Varietas unggul wijen Sumberrejo-1 dan Sumberrejo-2 memberikan produksi dan kadar minyak yang lebih tinggi dibandingkan varietas lokal. Budi daya wijen di lahan pasir pantai dengan menerapkan pemupukan organik memberikan kelayakan eko-nomi yang prospektif dan efisien, khususnya pada perlakuan pupuk kandang sapi 10 ton/ha dengan varietas Sumberrejo-2, dengan B/C Ratio 1,91, IRR 48%, dan PP 0,5. Sesame (Sesamum indicum L.) is a potential commodities as source of food oil, and has a high potential for agro-food industry and pharmaceutical products. This study was aimed to evaluate the effect of fertilizer on the production and seed oil content of sesame and the feasibility of cultivation in the sandy coastal land. This study conducted in Purworejo, Central Java, from June to December 2011. The experiment was arranged in factorial randomized block design with two factors, repeated three times. The first factor is fertilization: control, cow manure 10 ton/ha, NPK 100:100:50, cow manure 7.5 ton/ha + 25% NPK, cow manure 5 ton/ha + 50% NPK, and cow manure 2.5 ton/ha + 75% NPK. The second factor is the variety: Sumberrejo-1, Sumberrejo-2, and local black sesame. Variables observed were: plant height, days to flowering, day of harvest, seed weight, weight of 1,000 seeds, and seed oil content, as well as economic indicators (B/C ratio, IRR, and payback period). The result of study showed that no interaction effect between fertilization and variety. The fastest flowering (45 days) was on the control treatment. The age of harvest was almost the same, 105 days. Highest total seed oil content, 51.73%, obtained in the treatment of organic fertilizer 10 ton/ha. Sumberrejo-1 and Sumberrejo-2 provide production and seed oil content higher than those local varieties. Sesame cultivation in sandy coastal land provides prospective economic feasibiility and efficience, especially by applying organic fertilizer on Sumberrejo-2, with the achievements of B/C Ratio 1.91; IRR of 48%, and payback period of 0.5.
Pengaruh Macam Tanaman Sela Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Hasil Rehabilitasi Tahun Ketiga Sri Mulyaningsih; Budi Hariyono
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n2.2013.69-77

Abstract

Pada pertanaman jarak pagar yang masih muda (umur 1–2 tahun) dengan jarak tanam 2 m x 2 m ada lahan kosong yang tidak termanfaatkan. Upaya optimalisasi pemanfaatan lahan adalah menanam tanaman sela, sehingga petani mempunyai pendapatan dari tanaman sela sebelum jarak pagar menghasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan dan hasil jarak pagar dan men-dapatkan macam tanaman sela yang sesuai pada jarak pagar hasil rehabilitasi (penyambungan) pada tahun ketiga. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Muktiharjo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah mulai bulan Januari hingga Desember 2011, menggunakan rancangan acak kelompok diulang enam kali. Perlakuan yang diuji adalah: 1) jarak pagar + kacang tanah, 2) jarak pagar + kedelai, 3) jarak pagar + kacang hijau, 4) jarak pagar + wijen, dan 5) jarak pagar tanpa tanaman sela. Ukuran petak 8 m x 8 m, jarak tanam jarak pagar 2 m x 2 m. Jarak tanam tanaman sela kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau masing-masing 25 cm x 25 cm, sedangkan jarak tanam wijen 50 cm x 25 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil biji kering tanaman jarak pagar dengan tanaman sela kedelai, kacang hijau, dan wijen tidak berbeda nyata dengan hasil biji kering jarak pagar monokultur kecuali dengan kacang tanah. Hasil biji kering jarak pagar + kedelai 655,87 kg/ha + 1.316,07 kg/ha; jarak pagar + kacang hijau 644,70 kg/ha + 1.557,5 kg/ha; jarak pagar + wijen 511,49 kg/ha + 1.416,67 kg/ha; jarak pagar + kacang tanah yaitu 358,31 kg/ha + 1.015,28 kg/ha; dan hasil biji kering tanaman jarak pagar tanpa tanaman sela 602,27 kg/ha. Tumpang sari jarak pagar dengan keempat macam tanaman sela (kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan wijen), efisien dalam pemanfaatan lahan dan layak secara ekonomi untuk ditanam dan dikembangkan bersama dengan tanaman jarak pagar rehabilitasi tahun ketiga dengan nilai NKL masing-masing: 1,32; 1,64; 1,98; 1,72 dan B/C ratio 4,79; 1,88; 5,71; 7,03. In young jatropha plantation (1–2 years aged) with 2 m x 2 m spacing there is fallow land. The effort to optimize of land use was by planting intercrops, so that the farmers get income before the jatropha plant produce. This study aimed to determine the effect of intercrops on growth and yield of jatropha and get suitable intercrops in the jatropha rehabilitated plantation (by grafting) in the third year. Research was conducted at Muktiharjo Research Station, Pati, Central Java from January to December 2011. The experiment was arranged in randomized block design with 6 replications. Treatments were 1) intercropping physic nut + peanut, 2) intercropping physic nut + soybean, 3) intercropping physic nut + mungbean, 4) intercropping physic nut + sesame, and 5) physic nut monoculture. Plot size was 8 m x 8 m, plant distance of physic nut were 2 m x 2 m, and plant distances for peanut, soybean, and mungbean were 25 cm x 25 cm and for sesame was 50 cm x 25 cm. Result showed that intercropping was not significantly effect on seed yield of physic nut, however intercropping physic nut with peanut decreased the physic nut seed yield. Seed yield of intercropping physic nut + soybean 655.87 kg/ha + 1,316.07 kg/ha; physic nut + mungbean 644.70 kg/ha + 1,557.55 kg/ha; physic nut + sesame 511.49 kg/ha + 1,416.67 kg/ha; physic nut + peanut 358.31 kg/ha + 1,015.28 kg/ha; and physic nut monoculture 602.27 kg/ha. Intercropping physic nut with four kinds of intercrop plant (peanut, soybean, mungbean, and sesame), efficient land use and economically viable for the grown and developed along with physic nut rehabilitation third year with the value of each land equi-valent ratio (LER) 1.32; 1.64; 1.98; 1.72 intercropping and B/C ratio 4.79; 1.88; 5.71; and 7.03.