This Author published in this journals
All Journal Potret Pemikiran
Musdalifah Dachrud
Institut Agama Islam Negeri Manado, Manado, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MEMPERTIMBANGKAN KUALITAS DATA KUALITATIF WAWANCARA PADA PARTISIPAN YANG MENGALAMI KESULITAN DALAM MENJELASKAN PENGALAMAN SECARA DETAIL Musdalifah Dachrud
Potret Pemikiran Vol 19, No 1 (2015)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v19i1.713

Abstract

This paper discusses the constraints and challenges that may arise when conducting qualitative interviews with people with language disabilities or the weak elderly who have difficulty explaining in detail about their experiences. The literature on qualitative research seems to assume that good quality qualitative interviews consist of long and unbroken narratives. This ideal includes specific requirements for research participants. Qualitative studies including weak elderly people or people with disabilities in communication will be disadvantaged by biased samples or vague descriptions. Strategies to maximize the quality of interview data, such as larger samples and more varied samples, require an investment of sufficient time to build a "rapport approach" in interview situations, repeated interviews, special interview techniques, and the incorporation of interviews and observations - participant observation is suggested. Keywords: Qualitative methods, qualitative interviews, interviews, stroke sufferers, elderly (elderly) are weak  Tulisan ini membahas kendala-kendala dan tantangan-tantangan yang mungkin timbul ketika melakukan wawancara kualitatif dengan penyandang cacat bahasa atau lansia lemah yang mengalami kesulitan menjelaskan secara detil mengenai pengalaman-pengalaman mereka. Literatur-literatur tentang penelitian kualitatif tampaknya mengasumsikan bahwa wawancara kualitatif yang berkualitas baik terdiri dari narasi yang panjang dan tidak terputus. Hal ideal ini mencakup persyaratanpersyaratan khusus pada partisipan-partisipan penelitian. Kajian kualitatif termasuk lansia lemah atau orang yang cacat dalam berkomunikasi akan dirugikan dengan sampel yang bias atau deskripsi yang tidak jelas. Strategi-strategi untuk memaksimalkan kualitas data wawancara, seperti sampel yang lebih besar dan sampel yang lebih bervariasi, membutuhkan investasi waktu yang cukup untuk membangun “pendekatan awal/rapport” dalam situasi wawancara, wawancara berulang, teknik wawancara khusus, dan penggabungan wawancara dan pengamatan-pengamatan partisipan disarankan.Kata Kunci: Metode kualitatif, wawancara kualitatif, wawancara, penderita stroke, lanjut usia (lansia) lemah
MEMAHAMI PENCITRAAN POLITIK MELALUI PENDEKATAN MEKANISME PERTAHANAN DIRI Musdalifah Dachrud; Aris Soleman
Potret Pemikiran Vol 19, No 2 (2015)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v19i2.730

Abstract

Political imagery is one way that has the potential to lead and persuade people to political choices. The issue is raised imaging behavior of a politician(candidate) is not necessarily the same as the real character and personality. Defense mechanism is one of the studies in psychology that can provide insight and understanding of the political imagery. Sigmund Freud explained that the defense mechanisms are not conscious effort to show the process that protects the individual from anxiety through the perversion of reality. Keywords: political imagery, defense mechanism Pencitraan politik merupakan salah satu cara yang berpotensi untuk menggiring dan merayu rakyat terhadap pilihan politiknya. Permasalahannya adalah perilaku pencitraan yang dimunculkan seorang politisi (calon) belum tentu sama dengan karakter dan kepribadian yang sesungguhnya. Mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) merupakan salah satu kajian dalam psikologi yang dapat memberikan pandangan dan pemahaman mengenai pencitraan politik. Sigmund Freud menjelaskan bahwa mekanisme pertahanan diri adalah upaya menunjukkan proses tidak sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikkan kenyataan. Kata Kunci: pencitraan politik, mekanisme pertahanan diri