Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Perencanaan Sistem Pemanenan Air Hujan sebagai Alternatif Air Bersih di Rusunawa Sumur Welut dan Keputih Surabaya Halif Akbar Ibadah; Mas Agus Mardyanto
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i1.109226

Abstract

Kota Surabaya merupakan kota metropolitan yang jumlah penduduknya diproyeksikan meningkat setiap tahunnya. Seiring berjalannya waktu terjadinya kelangkaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan terjadi jika penggunaan air bersih tidak dikelola dengan baik. Pemanenan air hujan merupakan cara yang digunakan untuk menangkap dan mengelola air hujan untuk dimanfaatkan kembali dan untuk melakukan pemanenan air hujan dibutuhkan sistem yang baik agar pemanenan air hujan dapat dilakukan secara maksimal. Data yang digunakan pada perencanaan kali ini yaitu data primer berupa observasi lapangan dan data sekunder berupa denah rusunawa, penggunaan air, jumlah penghuni, data curah hujan harian 10 tahun terakhir, dan jumlah kamar. Hasil dari perencanaan sistem pemanenan air hujan ini yaitu pada sistem pemanenan air hujan Rusunawa Keputih dapat menghemat efisiensi biaya penggunaan air selama musim hujan dengan rata-rata penghematan pada Blok A sebesar Rp 214.616,38, Blok B sebesar Rp. 347.309,11, Blok C sebesar Rp. 296.090,93, dan Blok D sebesar Rp. 205.196,38. Sedangkan Rusunawa Sumur Welut dapat menghemat biaya penggunaan air bersih selama musim hujan tiap blok dengan rata-rata estimasi penghematan biaya pada Blok A sebesar Rp 437.015,28, Blok B sebesar Rp. 316.217,28, Blok C sebesar Rp. 301.337,28, Blok D sebesar Rp. 387.467,28 dan Blok E sebesar Rp. 296.909,94. Total biaya yang dikeluarkan dalam perencanaan sistem pemanenan air hujan pada Rusunawa Keputih sebesar Rp 30.000.000,00 sedangkan untuk Rusunawa Sumur Welut menghabiskan total biaya sebesar Rp 39.000.000,00.
Kajian Risiko Lingkungan pada Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah B3 Industri Kimia di PT XYZ dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Hendriana, Tasya Afrida; Mardyanto, Mas Agus
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 3 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i3.121683

Abstract

Adanya peningkatan aktivitas industri berisiko untuk meningkatkan kerusakan lingkungan, baik dari eksploitasi bahan baku, aktivitas produksi maupun dari buangan limbah akibat proses produksi. Oleh karena itu peningkatan aktivitas industri harus dibarengi dengan peningkatan upaya pengelolaan lingkungannya. Penelitian ini mengkaji risiko lingkungan yang dapat diakibatkan dari suatu sistem pengelolaan B3 dan limbah B3 di PT XYZ. PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kimia. Saat ini, PT XYZ sedang berfokus pada pengembangan efisiensi pengelolaan limbahnya, terutama limbah B3. Oleh karena itu, untuk meningkatkan sistem pengelolaan limbah industri di PT XYZ sebagai upaya dan komitmen perusahaan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan, diperlukan adanya kajian risiko dengan pendekatan Failure Mode and Effect Analysis untuk mengidentifikasi risiko serta akibat yang dapat ditimbulkan dari sistem pengelolaan B3 dan limbah B3 tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Fishbone Analysis dan FMEA, dimulai dengan mengidentifikasi risiko melalui identifikasi kegagalan, penyebab, dan efek potensial dari sistem pengelolaan B3 dan limbah B3 dengan menggunakan diagram fishbone. Dilanjutkan dengan perhitungan Risk Priority Number (RPN) berdasarkan tingkat severity, occurrence, dan detection menggunakan metode FMEA. Selanjutnya dilakukan penyusunan skenario pengendalian risiko berdasarkan hasil identifikasi dan perhitungan RPN. Metode FMEA dipilih karena metode ini dapat menganalisis hampir setiap risiko yang didapat dan dapat mempertimbangkan risiko dalam jumlah besar. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan observasi, wawancara, dan data sekunder dari perusahaan menunjukkan potensi kegagalan terbesar berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN) pada pengelolaan B3 terjadi pada item Oli, yaitu berupa tumpahan atau ceceran Oli dengan nilai RPN sebesar 75. Sedangkan, pada pengelolaan limbah B3, potensi kegagalan terbesar yaitu keluarnya gas atau limbah cair B3 (Ammonium Hidroksida) dengan nilai RPN sebesar 50. Adapun mitigasi risiko yang diusulkan berupa engineering control, perbaikan manajemen, dan peningkatan deteksi kegagalan.
Surface Groundwater Pollution Dynamics Over 2015-2020 in the Salt Drying Pond of Pademawu Subdistrict, Madura, Indonesia Wisnu Arya Gemilang; Ulung Jantama Wisha; Mas Agus Mardyanto
Geosfera Indonesia Vol. 7 No. 1 (2022): GEOSFERA INDONESIA
Publisher : Department of Geography Education, University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/geosi.v7i1.28898

Abstract

Pamekasan coastal area is the center of salt production concentrated in the Pademawu subdistrict with the ponds area of 740.96 ha. The sufficiently close distance of salt ponds to settlement areas allows several issues, such as shallow groundwater salinization. This study aimed to determine the salt pond’s degradation over five years (2015-2020) and its influence on the salinization issue in Pademawu. We compare groundwater quality parameters (conductivity, TDS, the depth of shallow surface groundwater, and salinity) surveyed in 2015 and 2020, correlated to salt pond area alterations. Over five years of measurement, it was found that conductivity declined, reaching 2779.94 µS/cm. Based on TDS deterioration, groundwater transformed from brackish to freshwater in 2020. By contrast, the depth of shallow groundwater-surface increased by almost one meter. The freshwater area also increased by 22% over five years based on conductivity classification. Groundwater quality dynamics are related to the alteration of the salt pond area. On the other hand, the significant increase in rainfall intensity, which is not beneficial for salt agriculture, results in the salt pond area deterioration, thereby declining surface groundwater salinity in Pademawu due to the less interaction between Cl and groundwater within aquifers. Although the groundwater pollution induced by seawater intrusion and salinization declined in 2020, re-organizing the distance between salt ponds and the settlement area in Pademawu is crucial to minimize further groundwater pollution. Keywords : Dynamics; pollution; groundwater; salt agriculture; Pademawu Copyright (c) 2022 Geosfera Indonesia and Department of Geography Education, University of Jember This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Share A like 4.0 International License
Study of Failure Risk on the Utilities Unit of Oil Production PT Kilang Pertamina International RU IV Cilacap by Using Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Method Sugiarto, Rachmat; Mardyanto, Mas Agus
Jurnal Teknik ITS Vol 14, No 1 (2025)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v14i1.145054

Abstract

The Utilities Unit at Pertamina RU IV Cilacap is all materials/media/facilities needed to support refinery processing operations such as electricity, steam, cooling water, clean water, compressed air, fuel, and raw water. The Utilities Unit is one of the units that has an important role in oil production at PT Pertamina International Refinery RU IV Cilacap, so it is necessary to maintain the quality and quantity of production so that there is no sudden shutdown in the Utilities Unit. Failures that may occur can be detrimental in terms of very expensive equipment repairs and can hinder the process of existing facilities such as the cessation of water treatment. Using the Fishbone Analysis and Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) method, this research determines the risk of failure in the petroleum processing process at the Utilities unit of PT Pertamina International RU IV Cilacap Refinery. The greatest risk of failure that arises based on the calculation of the Risk Priority Number (RPN) value will be used to determine alternative recommendations for improvements. The source of failure is obtained from 2 factors, namely from the machine and material factors. The Material factor is characterized as an aspect of product quality determined by the parameter indicators of each product, while the machinery factor can be classified as an aspect of the operating conditions of each unit. The biggest risk of failure based on the Risk Priority Number (RPN) results in the Sea Water Desalination unit with a value of 60 (low category). The suggested mitigation is by checking and monitoring chemical injections and cleaning evaporators.