Sylvester Kanisius Laku
Jurusan Filsafat, Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PANDANGAN ATAU TANGGAPAN AKHIR PESERTA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TERHADAP PENDIDIKAN PANCASILA DI UNPAR Sylvester Kanisius Laku; Andreas Doweng Bolo
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 1 (2009)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4193.191 KB)

Abstract

Pancasila adalah philosophische grondslag, weltanschauung bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila sudah hidup jauh sebelum dirumuskan para pendiri. Maka tak berlebihan bila dikatakan bahwa Pancasila merupakan inti jiwa bangsa Indonesia. Pancasila bisa juga dikatakan sebagai kerangka pandang orang Indonesia melihat dirinya. Perjalanan sejarah bangsa seharusnya menjadikan Pancasila semakin terbuka untuk dibicarakan. Pancasila yang sudah dirumuskan itu harus terus ditafsirkan dalam konteks Indonesia yang berubah. Dengan demikian, ia menjadi semakin hidup dan kaya makna karena menjadi milik seluruh komponen bangsa.Kesan yang muncul di awal perkuliahan berhadapan dengan perkuliahan Pendidikan Pancasila adalah negatif. Mayoritas mahasiswa menganggap dan memandang mata kuliah Pendidikan Pancasila sekadar menjadi ideologi yang melayani kehendak penguasa. Model pendidikan yang indoktrinatif merupakan salah satu cara yang kerap digunakan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila sehingga cenderung represif. Karena itu, kecurigaan bahwa Pendidikan Pancasila merupakan sebuah upaya manipulasi dalam kerangka tafsir kelompok yang berkuasa. Sehingga menurut mayoritas mahasiswa Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa ini tidak lagi memiliki daya atau kekuatan mempengaruhi sehingga mempelajarinya pun sekedar sebuah tuntutan teknis-akademis. Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang masih setia pada sejarah Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi merasa selalu terpanggil untuk mencoba merumuskan ulang Pancasila. UNPAR sebagai sebuah universitas yang mendasari diri pada spirit multi-kultur dan muliti-religi menjadikan Pancasila sebagai falsafah. Hal ini pula yang membuat Mata Kuliah Pendidikan Nilai Pancasila tetap dipertahankan di kampus ini. Penelitian ini mencoba menggali dan menganalisis sejauh mana mahasiswa UNPAR menyadari spirit ini.Salah satu komponen penting dinamika pembelajaran mata kuliah ini adalah mahasiswa. Maka penelitian ini mencoba menggali pendapat akhir peserta mata kuliah. Pandangan atau pendapat ini berhubungan dengan pengalaman mereka mengikuti perkuliahan Pendidikan Pancasila selama satu semester. Dalam penelitian ini ada tiga pendapat yang coba digali diantara mahasiswa peserta mata kuliah. Ketiga pendapat itu berkaitan dengan pertama, pendapat akhir tentang materi; kedua, pendapat akhir terhadap metode yang digunakan; ketiga, pendapat akhir terhadap dosen atau pengajar mata kuliah Pendidikan Pancasila.Pendapat akhir mahasiswa ini yang kemudian ditangkap dan dianalisis sehingga akhirnya pendapat akhir dari peserta didik ini memperkaya pengembangan mata kuliah ini. Sehingga sebagai falsafah bangsa Pancasila tetap hidup dalam hati, pikiran dan tindakan manusia Indonesia pada umumnya dan civitas academica UNPAR pada khususnya.
PENGARUH MODERNISASI DAN GLOBALISASI TERHADAP PEMAKNAAN NASIONALISME DI KALANGAN GENERASI MUDA KATOLIK Sylvester Kanisius Laku; Wilfridus Demetrius Siga
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1014.09 KB)

Abstract

Modernisasi dan globalisasi merupakan dua fenomena sekaligus realitas sosial-kultural yang tak terelakkan, yang mesti dihadapi oleh setiap individu, dari semua generasi manusia yang ada di muka bumi ini, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak luar biasa terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di dalam semua aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam aspek nilai secara politik-historis, yaitu berupa semangat berkebangsaan dan berkenegaraan atau yang secara gampang disebut nasonalisme. Patut diduga bahwa telah terjadi pergeseran pemaknaan maupun praksis berbangsa dan bernegara yang lebih berorientasi pada berbagai aspek yang berciri global. Modernisasi dan globalisasi di satu sisi dipandang sebagai anugerah tak terelakkan bagi kemajuan dan kemuliaan manusia, tetapi di sisi lain dipandang sebagai ancaman bagi pertumbuhan rasa dan semangat berbangsa dan bernegara bagi masyarakat di sebuah negara. Tidak sedikit individu, termasuk di Indonesia, yang mengidentikkan dirinya dengan nilai-nilai maupun kultur global. Hal yang paling mengkhawatirkan bahwa ancaman tersebut paling terasa menerpa atau menyergap kesadaran generasi muda Indonesia. Merekalah generasi yang paling rentan terpapar pengaruh modernisasi dan globalisasi, baik langsung maupun tidak langsung. Sementara di pundak merekalah terletak masa depan bangsa dan negara Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengemukakan atau membuktikan asumsi bahwa modernisasi dan globalisasi telah memainkan peran yang signifikan dalam mempengaruhi merosotnya nasionalisme, terutama di kalangan generasi muda. Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis bahwa modernisasi dan globalisasi memainkan peranan dalam mempengaruhi pergeseran pemaknaan dan praksis nasionalisme di kalangan generasi muda Katolik, berdasarkan studi kasus atas generasi muda Katolik Paroki St. Martinus, tidak cukup kuat signifikansinya. Artinya, ada pengaruh terhadap pemaknaan nasionalisme, tetapi pengaruh tersebut sangat kecil dan belum terwujud dalam bentuk sistem keyakinan atau praksis hidup masing-masing individu. Responden mengakui bahwa mereka masih cukup setia dengan tradisi lokal, meskipun sebagian dari mereka menyatakan lebih memiliki orientasi pada hal-hal yang bersifat modern. Sebagian besar responden menyatakan bahwa modernisasi dan globalisasi tidak sampai mempengaruhi cara pandang atau cara berpikir mereka terhadap nasionalisme serta sikap maupun prilaku hidup mereka sebagai warga negara Indonesia. Sebagan besar juga menyatakan bahwa peran mereka sebagai generasi muda dalam memaknai nasionalisme harus selalu ditumbuhkan dan ditingkatkan demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.